Munculnya asap pada akhir zaman adalah salah satu dari tanda besar Kiamat yang ditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah. Dalil Kemunculannya
a. Dalil dari al-Qur-an al-Karim Allah Ta’ala berfirman:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa asap yang tampak jelas. Yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.” [Ad-Dukhaan: 10-11]
Maknanya, tunggulah wahai Muhammad, orang-orang kafir itu pada suatu hari ketika langit membawa asap yang tampak jelas menutupi manusia seluruhnya, ketika itu dikatakan kepada mereka, “Ini adalah siksa yang pedih,” sebagai celaan dan hinaan bagi mereka. Atau sebagian dari mereka mengatakan yang demikian itu kepada yang lainnya.[1] Tentang apakah yang dimaksud dengan asap tersebut? Apakah telah terjadi? Atau apakah dia termasuk tanda-tanda dekatnya Kiamat? Ada dua pendapat ulama di dalam masalah ini: Pertama: Bahwa asap ini adalah apa yang menimpa kaum Quraisy berupa kesempitan dan kelaparan ketika Nabi berdo’a untuk kecelakaan mereka ketika mereka tidak menjawab seruan dakwah, lalu mereka melihat sesuatu bagaikan asap di langit. Pendapat ini dipegang oleh ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dan diikuti oleh sekelompok ulama Salaf.[2] Beliau Radhiyallahu anhu berkata:
خَمْسٌ قَدْ مَضَيْنَ: اَللِّزَامُ، وَالرُّومُ، والبَطْشَةُ، وَالْقَمَرُ، والدُّخَانُ.
“Ada lima hal (pertanda) yang telah berlalu: al-lizaam[3] , kemenangan dan kekalahan bangsa Romawi, al-bathsyah (pukulan yang keras), terbelahnya bulan, dan asap.” [4] Ketika seseorang dari Kindah berbicara tentang asap dan dia berkata, “Sesungguhnya akan datang asap pada hari Kiamat dan akan melumpuhkan pendengaran dan penglihatan orang-orang munafik.” Maka Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu marah kepadanya dan berkata, “Barangsiapa mengetahuinya, maka hendaklah ia mengatakannya, dan barangsiapa tidak mengetahuinya, maka hendaklah ia mengatakan “wallaahu a’lam (Allah yang lebih tahu)” karena termasuk ilmu, seseorang berkata terhadap hal yang tidak diketahuinya, “Aku tidak tahu.” Dan karena Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya:
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ
“Katakan (hai Muhammad), ‘Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan aku tidak termasuk orang yang mengada-ada.” [Shaad: 86] Sesungguhnya orang-orang Quraisy enggan masuk ke dalam Islam, lalu Rasulullah mendo’akan kecelakaan atas mereka, beliau berkata, ‘Ya Allah, berilah pertolongan kepadaku atas mereka dengan menimpakan kelaparan kepada mereka selama 7 tahun sebagaimana yang menimpa kaum Yusuf.’ Akhirnya mereka ditimpa kelaparan, sehingga mereka binasa di dalamnya, memakan bangkai dan tulang, dan seseorang melihat sesuatu bagaikan asap di antara langit dan bumi.” [5]
Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah, beliau berkata, “Karena Allah yang Mahaagung telah menjanjikan datangnya asap yang akan menimpa orang-orang musyrik Quraisy, dan sesungguhnya firman-Nya kepada Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” [Ad-Dukhaan: 10] Ditujukan kepada kaum Quraisy, dan teguran keras atas kemusyrikan yang mereka lakukan dengan firman-Nya:
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ
“Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dia-lah) Rabb-mu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan.” [Ad-Dukhaan: 8-9]
Selanjutnya hal itu diikuti oleh firman-Nya kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.” [Ad-Dukhaan: 10]
Sebagai perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau untuk bersabar… hingga datang kemalangan mereka, dan sebagai ancaman bagi orang-orang musyrik, artinya hal itu sebagai ancaman bagi mereka dan telah terjadi. Hal ini lebih tepat daripada jika diartikan bahwa ancaman itu diakhirkan dari mereka untuk selainnya.”[6]
Kedua: Bahwa asap ini adalah tanda-tanda Kiamat yang ditunggu-tunggu, artinya belum terjadi dan akan terjadi menjelang Kiamat. Pendapat ini dipegang oleh Ibnu ‘Abbas, sebagian Sahabat dan Tabi’in. Ibnu Jarir telah meriwayatkan demikian pula Ibnu Abi Hatim, dari ‘Abdullah bin Abi Mulaikah rahimahullah [7], beliau berkata, “Pada suatu hari aku pergi kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, lalu beliau berkata, ‘Tadi malam aku tidak bisa tidur sampai pagi.’ Aku bertanya, ‘Kenapa?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berkata, ‘Bintang berekor telah keluar,’ lalu aku khawatir jika asap telah diambang pintu, akhirnya aku tidak bisa tidur sampai pagi.’”[8]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah sanad yang shahih sampai kepada Ibnu ‘Abbas (pakar umat dan penerjemah al-Qur-an), dan demikianlah pendapat yang disepakati oleh sebagian Sahabat dan Tabi’in semuanya, beserta hadits-hadits marfu’ dari yang shahih, hasan dan yang lainnya… disertai dengan bukti (dalil) yang sangat memuaskan bahwa asap adalah salah satu tanda yang ditunggu-tunggu, dan hal ini sesuai dengan zhahir (yang nampak) dalam al-Qur-an. Allah Ta’ala berfirman:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
"Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.” [Ad-Dukhaan: 10]
Artinya sangat jelas, dapat dilihat oleh setiap orang, sedangkan penaf-siran yang diungkapkan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu hanya sebatas khayalan yang membayang pada penglihatan mereka (kafir Quraisy) karena sangat lapar dan sengsara. Demikian pula firman-Nya, يَغْشَى النَّاسَ maknanya adalah meliputi seluruh manusia. Seandainya hal itu (asap) merupakan khayalan yang khusus menimpa penduduk Makkah yang musyrik, niscaya tidak akan dikatakan [9] يَغْشَى النَّاسَ. Telah tetap dalam ash-Shahiihain bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ibnu Shayyad, “Apakah aku telah menyembunyikan sesuatu kepadamu?” Kemudian Ibnu Shayyad menjawab: “Ad-Dukh.” “Duduklah, engkau tidak akan pernah melebihi kedudukanmu,” kata Nabi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan darinya:
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” [d-Dukhaan: 10][10]
Hal ini menunjukkan bahwa asap adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu. Karena Ibnu Shayyad termasuk orang Yahudi Madinah, dan kisah ini tidak terjadi kecuali setelah Nabi hijrah ke Madinah al-Munawwarah Demikian pula, sesungguhnya berbagai hadits shahih menyebutkan bahwa asap yang dimaksud adalah di antara tanda-tanda besar Kiamat, sebagaimana akan dijelaskan. Adapun penafsiran Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, maka hal itu hanya perkataan beliau, sedangkan yang marfu’ (sampai kepada Nabi) lebih didahulukan daripada yang mauquf (hanya sampai kepada Sahabat). [11]
Ketika tanda ini muncul, tidak ada halangan bagi mereka untuk meng-ucapkan do’a:
رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ.
“Wahai Rabb kami, lenyapkanlah dari kami adzab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.”
Lalu Allah melenyapkannya, kemudian mereka kembali kepada kekafiran, dan ini terjadi menjelang Kiamat. Sementara sebagian ulama berpendapat dengan menggabungkan antara riwayat-riwayat (atsar) ini [12]. Mereka berpendapat adanya dua asap, salah satu-nya sudah muncul sementara yang lain belum, dan itulah yang akan terjadi di akhir zaman. Adapun yang telah nampak, maka hal itu yang telah disaksikan oleh orang-orang Quraisy seperti asap, dan asap ini bukanlah asap secara hakiki, yang akan muncul sebagai salah satu tanda dari tanda-tanda Kiamat. Al-Qurthubi berkata, “Mujahid [13] berkata, Ibnu Mas’ud pernah berkata, ‘Keduanya adalah asap yang salah satunya telah terjadi, dan yang tersisa adalah asap yang memenuhi di antara langit dan bumi, seorang mukmin tidak men-dapatinya melainkan ia merasakannya seperti terkena selesma (flu), adapun orang kafir maka asap itu akan menembus.’” [14]
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, “Wa ba’du, sesungguhnya tidak bisa diingkari bahwa asap tersebut telah menimpa orang-orang kafir sebagaimana yang telah diancamkan kepada mereka, demikian pula asap tersebut akan menimpa yang lainnya, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita, karena berita-berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendukung bahwa hal itu akan terjadi. Jadi apa-apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud telah terbukti, maka dua kabar yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah shahih.”[15]
b. Dalil-Dalil dari as-Sunnah al-Muthahharah
Telah sebutkan beberapa hadits yang menjadi dalil atas kemunculan asap di akhir zaman, dan akan kami sebutkan beberapa hadits yang menunjukkan hal itu sebagai tambahan. Pertama: Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَادِرُوْا بِاْلأَعْمَالِ سِتًّا: الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ…
“Bersegeralah untuk beramal sebelum datang enam hal; Dajjal, asap….” [16] Baca Juga Pasal Kedua : Tempat Keluarnya Dajjal, Dajjal Tidak Akan Memasuki Makkah Dan Madinah Kedua: Dijelaskan dalam hadits Hudzaifah tentang tanda-tanda besar Kiamat, di antaranya “Asap.” [17]
Ketiga: Ibnu Jarir dan ath-Thabrani meriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ رَبَّكُمْ أَنْذَرَكُـمْ ثَلاَثًا: الدُّخَانَ يَأْخُذُ الْمُؤْمِنَ كَالزَّكْمَةِ، وَيَأْخُذُ الْكَافِرَ فَيَنْتَفِخُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مَسْمَعٍ مِنْهُ.
‘Sesungguhnya Rabb kalian telah memperingatkan kalian akan tiga hal: asap yang membuat orang mukmin pilek, dan membinasakan orang kafir, lalu dia mengembung hingga asap itu keluar dari setiap lubang pendengarannya.” [18]
BACA SERIAL TANDA-TANDA KECIL KIAMAT:
- Tanda kecil Kiamat Bagian Pertama
- Tanda kecil Kiamat Bagian Kedua
- Tanda kecil Kiamat Bagian Ketiga
- Tanda kecil Kiamat Bagian Keempat
- Tanda kecil Kiamat Bagian Kelima
- Tanda kecil Kiamat Bagian Keenam
- Tanda kecil Kiamat Bagian Ketujuh
- Tanda kecil Kiamat Bagian Kedelapan
BACA SERIAL TANDA-TANDA BESAR KIAMAT:
- Tanda Besar Kiamat Al-Mahdi
- Tanda Besar Kiamat Keluarnya Dajjal
- Tanda Besar Kiamat Turunnya nabi 'Isa 'Alaihissalam
- Tanda Besar Kiamat Keluarnya Ya'juj wa Ma'juj
- Tanda Besar Kiamat Penenggelaman kedalam bumi
- Tanda Besar Kiamat Munculnya Asap
- Tanda Besar Kiamat Terbitnya Matahari dari barat
- Tanda Besar Kiamat Keluarnya Dabbah dari perut bumi
- Tanda Besar Kiamat Adanya Api dari Yaman yang mengumpulkan manusia
_______
Footnote
[1]. Lihat Tafsiir ath-Thabari (XVI/130), dan Tafsiir Ibni Katsir (VII/235-236).
[2]. Lihat Tafsiir ath-Thabari (XV/111-113), Tafsiir al-Qurthubi (XVI/131), dan Tafsiir Ibni Katsir (VII/233).
[3]. (اَللِّزَامَ) adalah sesuatu yang dijelaskan dalam firman-Nya:
فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
“… Sesungguhnya kamu telah mendustakan karena itu lizam akan menimpamu.” [Al-Furqaan: 77]
Yaitu, siksa yang pasti karena sikap mendustakan yang mereka lakukan. Ini adalah apa yang me-nimpa orang-orang kafir Quraisy pada perang Badar berupa kematian dan tawanan. Lihat Tafsiir Ibni Katsir (VI/142, 305), Syarah an-Nawawi li Shahiih Muslim (VII/143).
[4]. Shahiih al-Bukhari, kitab at-Tafsiir, bab Fartaqib Yauma Ta’-tis Samaa-u bi Dukhaanin Mubiin (VIII/571, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab Shifatul Qiyaamah wal Jannah wan Naar, bab ad-Dukhaan (XVII/143, Syarh an-Nawawi).
[5]. Shahiih al-Bukhari, kitab at-Tafsiir, bab Suuratur Ruum (VIII/511, al-Fat-h) dan bab Yaghsyan Naasa Haadza ‘Adzaabun Aliim (VIII/571, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab Shifatul Qiyaamah wal Jannah wan Naar, bab ad-Dukhaan (XVII/140-141, Syarh an-Nawawi).
[6]. Tafsiir ath-Thabari (XXV/114).
[7]. Beliau adalah ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah bin Abi Mulikah Zuhair bin ‘Abdillah bin Jad’an at-Taimi al-Makki, sebelumnya dia adalah seorang hakim juga muadzin untuk Ibnuz Zubair, beliau meriwayatkan dari empat ‘Abdullah (Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu ‘Amr), ter-masuk orang tsiqah yang banyak meriwayatkan hadits, wafat pada tahun 117 H rahimahullah. Tahdziibut Tahdziib (V/306-307).
[8]. Tafsiir ath-Thabari (XXV/113), dan Tafsiir Ibni Katsir (VII/235).
[9]. Tafsiir Ibni Katsir (VII/235).
[10]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Janaaiz, bab Idzaa Aslamash Shabiyyu (III/218, al-Fat-h), Shahiih Muslim, bab Dzikru Ibni Shayyad (XVIII/47-49, an-Nawawi), at-Tirmidzi , bab Ma Jaa-a fi Dzikri Ibnish Shayyad (VI/518-520), dan Musnad Ahmad (IX/136-139, no. 6360) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.” Kami menyebutkan tash-hih Ahmad Syakir untuk hadits ini padahal hadits tersebut terdapat dalam ash-Shahiihain, karena sabda Nabi, “Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan darinya (QS. Ad-Dukhaan: 10)… tidak diungkapkan dalam ash-Shahiihain, akan tetapi terdapat dalam riwayat al-Imam Ahmad, at-Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar, ia hanya sebagai penguat baginya. Lalu kami memberikan peringatan bahwa hadits tersebut shahih.
[11]. Lihat an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/172) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[12]. Lihat at-Tadzkirah (hal. 655) dan Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim (XVIII/27).
[13]. Beliau adalah al-Imam al-Hafizh Mujahid bin Habr al-Makki Abul Hajjaj, banyak mengambil ilmu dari Ibnu ‘Abbas, mempelajari tafsir dari beliau, dan umat sepakat menjadikannya sebagai imam dan berhujjah kepadanya. Di antara ucapannya adalah, “Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah walaupun ilmunya sedikit, sementara orang yang bodoh adalah orang yang bermaksiat kepada Allah walaupun ilmunya banyak.” Wafat pada tahun 302 H. rahimahullah. Lihat biografinya dalam Tadzkiratul Huffaazh (I/92-93), al-Bidaayah wan Nihaayah (IX/224-229), dan Tahdziibut Tahdziib (X/42-44).
[14]. At-Tadzkirah (hal. 655).
[15]. Tafsiir ath-Thabari (XXV/114-115).
[16]. Muslim, bab fii Baqiyyati min Ahaadiitsid Dajjal (XVIII/78, Syarh an-Nawawi).
[17]. Shahiih Muslim , kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah (XVIII/27-28, Syarh an-Nawawi). [18]. Tafsiir ath-Thabari (XX/114), Tafsiir Ibni Katsir (VII/235), Ibnu Katsir berkata, “Sanadnya jayyid.” Dan Ibnu Hajar menyebutkan riwayat ath-Thabari dari Abu Malik dan Ibnu ‘Umar, kemudian beliau berkata, “Sanad keduanya sangat lemah, akan tetapi banyak hadits yang menunjukkan bahwa hadits tersebut memiliki asal (penguat).” Fat-hul Baari (VIII/573).