Type Here to Get Search Results !

 


ASAS DAN PRINSIP ASWAJA DALAM MEMBANGUN PERSATUAN

 

Asas dan Prinsip Ahlus Sunnah Dalam Membangun Persatuan dan Ta’awun, dan Bahaya Persatuan dan Ta’awun ala Hizbiyyah

Berkata Syekh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah:

فالاتحاد والتعاون لا خير فيه إلا ما كان على منهاج النبوة المعصومة، وما عداه أقرب إلى حمية الجاهلية.

“PERSATUAN DAN TA’AWUN (APA PUN) TIDAK AKAN ADA KEBAIKAN DIDALAMNYA, KECUALI JIKA (PERSATUAN DAN TA’AWUN TERSEBUT) DIBANGUN DIATAS (ASAS) MINHAJUN NUBUWWAH YANG TERPELIHARA, SEDANGKAN (ASAS) YANG SELAIN ITU MAKA LEBIH DEKAT KEPADA KEANGKUHAN JAHILIYYAH”
_______
Ad Da’wah ilallah Bainal Wahyi wal Fikri hal. 53

Perkara yang telah ma’ruf dan dikenal dalam manhaj salaf, bahwa persatuan dan ta’awun syar’i tidak akan tegak kecuali diatas Minhajin Nubuwwah yang tidak lain adalah manhaj salaf itu sendiri.

Ini adalah sesuatu yang haq adanya…

Dan karena itulah setiap bentuk persatuan dan ta’awun hizbiyyah (walaupun mengatas namakan Islam dan Sunnah) yang dijumpai dalam realita hari ini tidaklah menghasilkan kebaikan apapun bagi Islam dan kaum muslimin, kecuali hanya sekedar kebanggaan dan kesombongan jahiliyyah dimana para hizbiyyun ini menjadikan aturan atau keputusan organisasi/aliran mereka bak wahyu yang selevel atau bahkan melebihi kedudukan wahyu itu sendiri, atau minimal mengklaim diri mereka selevel dengan Ulil Amri sehingga perlu ditaati sebagaimana diberikan ketaatan itu kepada Ulil Amri.

Juga sebagian hizbiyyun hari ini (yang tentu saja mengklaim bagian dari ahlis sunnah, karena itulah modal pokoknya) bahkan sekarang terang-terangan melalui lisan mereka menampakkan kebenciannya kepada sunnah dan manhaj salaf dan menghadang dakwah salaf itu dengan tipu daya mereka.

Karena itu, jangan heran jika kita dapati hari ini ada yayasan/organisasi sunnah katanya (padahal hizbiyyah) menganggap ilmu itu tidak penting, membenci pembahasan dan seruan kepada manhaj salaf, tidak menyukai penisbahan kepada salaf karena cukup istilah “muslim” saja menurut mereka, tidak senang dengan kajian yang mengupas bid’ah dan syirik apalagi menyingkap firqah-firqah sesat,

Bahkan sampai pada tingkat berusaha diam-diam membantu dan menyokong pihak-pihak yang ingin untuk menjatuhkan majelis dakwah, serta memadamkan dan mengenyahkan dakwah sunnah ini.

-Wal ‘iyaadzu billah-

Karena itulah syekh juga mengatakan:

والعجب كل العجب أن يدعي أكثر الحزبيين أن همهم الأول تجميع الصفوف ووحدة المسلمين وفي سبيل ذلك رأوا أنه لا يجوز إنكار البدع ولا بيان مسائل العقيدة التي اختلف عليها المسلمون في العصور المتأخرة حتى لا يكاد وجه الحق يعرف فيها بين أكثرية المسلمين.

“Yang paling sangat mengherankan adalah bahwa mayoritas hizbiyyin mengklaim bahwa tujuan yang paling awal mereka adalah untuk menyatukan barisan dan kesatuan kaum muslimin dengan cara menurut mereka yakni tidak boleh mengingkari bid’ah dan tidak boleh menjelaskan masalah-masalah aqidah yang diperselisihkan kaum muslimin di masa akhir-akhir ini, sehingga (akibatnya) hampir-hampir tidak ada lagi diketahui sisi kebenaran dalam masalah tersebut oleh kebanyakan kaum muslimin.”
_________
Ad Da’wah ilallah Bainal Wahyi wal Fikri hal. 52

Dan sebagian hizbiyyin ini berusaha menebar syubhat untuk menghalangi manusia dari dakwah dan kebenaran dan memalingkan penuntut ilmu dari mengenal manhaj yang haq dengan perkataan sebagian mereka bahwa:

“Kajian ustadz fulan atau majelis fulan TIDAK COCOK untuk dihadiri orang awam karena melulu bahas syirik dan bid’ah saja, karena itu akan membuat orang awam lari”

Karena menurut mereka yang lebih hikmah itu ( padahal menyelisihi dalil) adalah menarik simpati manusia dengan menjelaskan keutamaan bangun masjid, keutamaan hafal Al Quran, keutamaan sholat sunat, keutamaan dzikir dan shalawat, memperbanyak senyum, dimana tidak didapati satupun kelompok sesat yang membenci hal tersebut, bahkan kelompok sesat termasuk yang mendakwahkan semuanya itu karena dengan itu terselimutilah kesesatan mereka. Sedangkan menjelaskan manhaj yang haq dan aqidah yang shahih, mengingkari bid’ah dan membantah kesesatan maka mereka para hizbiyyun mensifati hal ini sebagai sesuatu yang tidak berfaedah, mengeraskan hati dan membuat manusia lari dari dakwah.

-Na’udzu billahi minal jahli wal fitan-

Tags