Type Here to Get Search Results !

 


MENGAPA MEMILIH SALAF BAG. KE-10


Ditulis Oleh: Abu Uwais Musaddad

DALIL WAJIBNYA MENGIKUTI PEMAHAMAN SHAHABAT

 (16). SURAT AR-RUUM AYAT 31-32

Allah –Subhanahu Wa Ta`ala- berfirman:

وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Artinya: “……….dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Surat Ar-Ruum: 31-32).
Faidah (1). Disebutkan syirik secara khusus, karena ia merupakan larangan utama, di mana amal apa pun yang baik tidak akan diterima bila tercampur kesyirikan. Di samping itu, syirik bertentangan dengan sikap kembali memurnikan ibadah, padahal ruhnya ibadah adalah dengan ikhlas untuk Allah.

Faidah (2). Selanjutnya, Allah -Subhaanahu wa Ta’aala- menyebutkan keadaan kaum musyrik sambil menerangkan buruknya keadaan mereka. Para pengikut golongan tersebut bersikap fanatik kepada golongannya dan membela kebatilan yang ada pada golongan tersebut, serta menentang orang yang berada di luar golongannya dan memeranginya.
Faidah (3). Dalam ayat ini terdapat peringatan kepada kaum muslimin agar tidak terpecah-pecah ke dalam beberapa kelompok, di mana masing-masing bersikap fanatik kepada apa yang ada bersama mereka, hak atau batil, sehingga mereka mirip dengan kaum musyrik dalam perpecahan, padahal agamanya satu, rasul mereka satu, dan Tuhan yang disembah hanya satu. (Faidah 1-3 diadaptasi dari Kitab Taisiir Al-Kariimir-rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan, Hal. 641, Cet. Maktabah An-Nubalaa’. Karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`diy).
Faidah (4). Ketika kaum muslimin dilarang berpecah belah, maka makna lainnya adalah diperintah untuk bersatu, sedangkan persatuan yang hakiki hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cara beragamanya para Shahabat Nabi. Itulah mengapa Nabi menyebutkan bahwa ummat ini akan berpecah, bahkan semuanya sesat kecuali satu golongan yaitu yang mengikuti manhaj (cara beragama) nya Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- dan para Shahabat beliau.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah. (para Shahabat) bertanya: Siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: Golongan yang sebagaimana Aku dan para Shahabatku berada di atasnya”. (Riwayat At-Tirmidzi no. 2641, Al-Hakim [I/129], Dishahihkan oleh Ibnul `Arabiy dalam Ahkaamul Qur’an [III/423],dan Al-`Iraqiy dalam Tkhriijul Ihyaa’ [III/284], dan dihasankan oleh Al-Imam Al-Albaniy dalam Shahihh At-Tirmidziy dann dalan Shahiihul Jaami` no. 5343).

(17). SURAT LUQMAN AYAT 15

Allah –Subhanahu Wa Ta`ala- berfirman:

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

Artinya: “dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku..”. (Surat Luqman: 15).

Faidah (1). Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah-: “kaum mukminin salafush-shalih adalah ORANG-ORANG YANG KEMBALI KEPADA ALLAH, maka WAJIB mengikuti jalan (manhaj) mereka”. (Lihat Majmu` Fatawa [XX/500]).

Faidah (2). Al-Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah- berkata: “seluruh Shahabat adalah orang yang kembali kepada Allah Ta`la maka WAJIB mengikuti jalan mereka, sedangkan ucapan-ucapan dan keyakinan mereka adalah seutama-utama jalan. Adapun dalil yang menunjukkan mereka kembali kepada Allah bahwasannya Allah telah memberikan hidayah kepada mereka, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman:

وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ

Artinya: “……….dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)”. (Surat Asy-Syuuraa: 13)”. (Lihat I`laamul Muwaqqi`iin [V/567]).

(18). SURAT SABA’ AYAT 6

Allah –Subhanahu Wa Ta`ala- berfirman:

وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ هُوَ الْحَقَّ

Artinya: “Dan orang-orang yang diberi ilmu berpendapat bahwa (wahyu) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu itulah yang benar….”. (Surat Saba’: 06).

Faidah (1). Ketika menafsirkan ayat ini, Al-Imam Qatadah –rahimahullah- mengatakan: “mereka adalah para Shahabat Nabi –shallallahu`alaihi wa sallam-. (Lihat Tafsir Ath-Thabari [X/347 no. 28711], Jaami` Bayaanil `Ilmi wa Fadhlihi[I/769 no. 1422] sanadnya Shahih).

Faidah (2). Al-Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah- berkata: “Allah Ta`la bersaksi bahwa mereka (para Shahabat) adalah orang-orang yang telah diberi ilmu. (Lihat I`laamul Muwaqqi`iin [V/568-569]).

Tags