Type Here to Get Search Results !

 


MENGAPA MEMILIH MANHAJ SALAF BAG. KE-2


Ditulis Oleh: Abu Uwais Musaddad

SIAPAKAH SALAFIY ITU?

Faidah (1). Makna Salafiyyah, adapun salafiyyah, maka itu adalah nisbat (penyandaran) kepada manhaj salaf (cara beragamanya para shahabat Nabi), dan ini adalah penisbatan yang baik kepada manhaj (cara beragama) yang benar, bukan suatu bid`ah (tindak amalan baru) dari madzahb yang baru.

Faidah (2). Menisbatkan diri kepada cara beragamanya para shahabat Nabi bukanlah suatu aib, bukan suatu cacat, bukan suatu keburukan, bahkan merupakan suatu tuntutan menuju benar tidaknya cara beragama kita.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- (wafat 728 H) mengatakan: “bukanlah merupakan suatu aib bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, menyandarkan diri kepadanya, dan bangga dengan madzhab salaf. Bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan para ulama, karena tidaklah madzhab salah kecuali di atas kebenaran. Apabila dia sesuai dengan salaf secara lahir dan batin, maka dia bagaikan seorang mukmin yang berada di atas kebenaran secara lahir dan batin”. (Lihat Majmu` Fatawa [4/149]).

Faidah (3). Istilah Salaf bukanlah istilah baru, istilah itu sudah ada sejak zaman Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam-, seperti ungkapan beliau kepada Fathimah:

وَاصْبِرِي، فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ

Artinya: Bersabarlah! Sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku. (Riwayat Muslim, no. 2450).

Sekali lagi, ungkapan salaf bukanlah ungkapan baru, Al-Imam Al-Auzaa’I –rahimahullah- mengatakan:

عَلَيكَ بِآثَارِ مَن سَلَفَ وَإِن رَفَضَكَ النّاسُ وَإِيّاكَ ورَأيَ الرِّجَال

وَإِن زَخْرَفُوهُ بِالقَولِ فَإِنَّ الأَمرَ يَنجَلِي وَأَنتَ عَلَى طَرِيقٍ مُستَقِيم

Artinya: “Berpegang-teguhlah dengan atsar (riwayat) para ulama salaf, meskipun masyarakat menolakmu. Jangan mengikuti pemikiran manusia, meskipun mereka menghiasi ucapannya. Sesungguhnya, semua perkara akan tampak dalam keadaan engkau berada di jalan yang lurus”. (Riwayat Al-Ajurri dalam Asy-Syarii`ah [I/445, no. 127], dan Ibnu Abdil Barr  dalam kitab Jaami` Bayaanil `Ilmi wa Fadhlihi [II/1071, no. 127] dan Adz-Dzahabi dalam Siyaar A`laamin-Nubalaa’ [VII/120] serta dishahihkanoleh Asy-Syaikh Al-Albani  dalam Mukhtashar  Al-`uluww lil Imam Adz-Dzahabi, hal. 138).

Faidah (4). Siapakah Salafi Itu? Salafi ialah setiap orang yang berada di atas manhaj salaf (cara beragamanya Shahabat) dalam aqiidah, syari`at, akhlak, dan dakwah.

Faidah (5). Salafi, tidak ditengarai dengan merk baju khusus, atau nama majalah khusus, atau siaran radio khusus, atau alumni universitas khusus, atau seragam khsusus.

Tonton video ini: Asy'Ariyah versus Ahlus-Sunnah

Asy-Syaikh  Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin –rahimahullah- mengatakan: “Ahlussunnah wal jamaa`ah adalah orang yang mengikuti para SALAF. Bahkan orang belakangan –sampai hari kiamat- JIKA ia berada di atas jalannya Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam- dan para Shahabatnya, maka dia adalah SALAFI. (Lihat Syarh Al-`Aqiidah Al-Washithiyyah [I/54]).

Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabiy –hafidzahullah- mengatakan: “Dengan alasan itulah, maka ikatan AL-WALA’ WAL BARA’, sikap pembelaan dan permusuhan menurut orang-orang yang menisbatkan diri kepada SALAF ialah di atas Islam itu sendiri, tidak kepada yang lainnya. Tidak kepada sekte tertentu. Al-Wala’ wal Bara’ itu hanyalah berdasarkan Al-Qur’an As-Sunnah”. (Lihat Syarh Al-`Aqiidah Al-Washithiyyah [I/54]).

Faidah (6). Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Apabila dikatakan : salaf atau salafiyun, maka ini adalah penyandaran kepada salaf (para pendahulu), mereka adalah para Shahabat –radhiyallahu `anhum-seluruhnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, mereka tidak terbawa arus hawa nafsu, mereka tegar di atas manhaj nubuwwah, maka mereka disebut salaf, mereka disebut salafiyun, yaitu salafush shalih. Lafazh seperti ini jika dimutlakkan penyandarannya maka maksudnya adalah setiap orang yang mencontoh para sahabat walaupun orang itu hidup pada masa kita. Inilah yang dikatakan oleh para ahli ilmu. Penisbatan seperti ini tidak ada simbol tertentu yang keluar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak akan terpisah walaupun sejenak dari generasi terdahulu. Adapun orang-orang yang menyelisihi mereka (menyelisihi para sahabat), dengan nama atau simbol bukanlah termasuk salaf sekalipun hidup di tengah-tengah mereka dan sezaman dengan mereka”. (Lihat Hukmul Intima’ hal. 36).

Tags