Type Here to Get Search Results !

 


TAUHID RUBUBIYAH, ULUHIYAH, ASMA WA SHIFAT


TAUHID RUBUBIYAH

Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal perbuatanNya. Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang muslim haruslah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memiliki sekutu dalam RububiyahNya.

Sumber: https://almanhaj.or.id/



TAUHID ULUHIYAH

Artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam jenis-jenis peribadatan yang telah disyariatkan. Seperti: shalat, puasa, zakat, haji, do’a, nadzar, sembelihan, berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang tergolong jenis ibadah. Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal-hal tersebut dinamakan Tauhid Uluhiyah dan tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hambaNya. Karena tauhid jenis pertama, yaitu Tauhid Rububiyah, setiap orang (termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus Rasulullah kepada mereka. Mereka meyakini Tauhid Rububiyah ini, sebagaiman tersebut dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, Siapakah yang menciptakan mereka? niscaya mereka menjawab Allah. Maka bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)“. [Al-Zukhruf/43 : 87]

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ﴿٨٦﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah, Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan mempunyai Arsy yang besar? Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah. Katakanlah, Mengapa kamu tidak bertaqwa?” [Al-Mu’minun/23 : 86-87]

Masih banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik meyakini Tauhid Rububiyah. Akan tetapi, sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui Tauhid Uluhiyah (ibadah). Sungguh, Rasulullah (diutus untuk)menyeru mereka agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Hal ini disebutkan dalam firmanNya Subhanahu wa Ta’ala.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut, lalu diantara umat-umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-orang yang telah dipastikan sesat. Oleh karena itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul)” [An-Nahl /16:36]

Setiap rasul menyeru manusia agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Adapun Tauhid Rububiyah, karena merupakan fitrah, maka belumlah cukup kalau seseorang hanya meyakini tauhid ini saja.





TAUHID ASMA WA SHIFAT

Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber: https://almanhaj.or.id/



MENGAPA PENJELASAN TENTANG TAUHID DIBAGI TIGA? AGAR MUDAH DIPAHAMI.


APAKAH ADA DALILNYA?

“Pembagian ini adalah hasil istiqra' (tela'ah) para ulama Salaf terdahulu seperti yang diisyaratakan oleh Ibnu Mandah dan Ibnu Jarir Ath-Thabari serta yang lainnya. Hal ini pun diakui oleh Ibnul Qayim. Begitu pula Syaikh Zabidi dalam “Taaj Al-Aruus” dan Syaikh Syanqithi dalam “Adhwa Al-Bayaan” dan yang lainnya. Semoga Allah merahmati semuanya.

Ini adalah hasil tela'ah yang paripurna dari nash-nash syar’i , seperti yang dikenal dalam setiap bidang ilmu. Seperti hasil tela’ah pakar ilmu Nahwu terhadap bahasa Arab menjadi: isim, fi’il dan harf. Dan orang-orang Arab tidak mencela dan melecehkan para pakar Nahwu tersebut terhadap hasil tela’ahnya”.

Sumber: https://almanhaj.or.id/

APAKAH PEMBAGIAN TAUHID MENJADI 3 [TIGA] BUKAN TRINITAS?

Pembagian tauhid menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat, ini adalah keyakinan para ulama Ahlussunnah sejak dahulu. 

Abu Hanifah (wafat 150H) rahimahullah mengatakan:

وَالله تَعَالَى يُدعى مِن أعلى لَا من أَسْفَل؛ لأنَّ الأَسْفَل لَيْسَ من وصف الربوبية والألوهية فِي شَيْء

“Dan kita berdoa kepada Allah ke atas bukan ke bawah. Karena bawah bukanlah sifat rububiyah Allah dan bukan sifat uluhiyah sama sekali” (Al-Fiqhul Absath, hal. 51).

Ath-Thabari (wafat 310H) rahimahullah mengatakan:

وله خَشَع من في السموات والأرض ، فخضع له بالعبودية وأقرَّ له بإفراد الربوبية ، وانقاد له بإخلاص التوحيد والألوهية طوعاً وكرهاً

“Semua makhluk di langit dan di bumi tunduk kepada Allah dan merendahkan diri mereka kepada Allah dalam rububiyah, dan mereka semua menetapkan rububiyah Allah. Dan mereka semua wajib taat kepada Allah dengan mengikhlaskan tauhid uluhiyah, baik suka atau tidak suka” (Tafsir Ath-Thabari, 3/455).

Ibnu Bathah (wafat 304H) rahimahullah mengatakan:

الإيمان بالله الذي يجب على الخلق اعتقاده في إثبات الإيمان به ثلاثة أشياء:

أحدها: أن يعتقد العبد ربانيته ليكون بذلك مبايناً لمذهب أهل التعطيل الذين لا يثبتون صانعاً.

والثاني: أن يعتقد وحدانيته ليكون مبايناً بذلك مذاهب أهل الشرك الذين أقروا بالصانع وأشركوا معه في العبادة غيره.

والثالث: أن يعتقده موصوفاً بالصفات التي لا يجوز إلا أن يكون موصوفاً بها من العلم والقدرة والحكمة وسائر ما وصف به نفسه في كتابه.

“Iman kepada Allah yang wajib diyakini oleh para makhluk ada tiga macam:

  • Pertama, menyakini rabbaniyah Allah, yang ini membedakan diri kita dengan madzhab ahlut ta’thil (ateis) yang tidak meyakini adanya pencipta.
  • Kedua, meyakini wahdaniyah Allah, yang ini membedakan diri kita dengan madzhab pelaku kesyirikan yang meyakini adanya pencipta namun menyekutukan-Nya dalam ibadah.
  • Ketiga, meyakini bahwa Allah disifati dengan sifat-sifat yang tidak boleh untuk disematkan kepada-Nya kecuali ada dalil yang menyebutkan sifat tersebut, seperti sifat al-ilmu, al-qudrah, al-hikmah, dan sifat-sifat lainnya yang Allah sebutkan di dalam Kitab-Nya” (Mukhtashar Al-Ibanah karya Ibnu Bathah, hal. 150).

Ibnu Abil Izz Al-Hanafi (wafat 792H) rahimahullah mengatakan:

التوحيد يتضمن ثلاث أنواع : أحدهما : الكلام في الصفات والثاني : توحيد الربوبية وبيان أن الله وحده خالق كل شيء والثالث : توحيد الألوهية ، وهو استحقاقه  أن يُعبد وحده لا شريك له

“Tauhid terbagi menjadi tiga: Yang pertama, pembahasan tentang sifat Allah, yang kedua, tauhid rububiyah dan penjelasan bahwa Allah satu-satunya pencipta segala sesuatu, yang ketiga, tauhid uluhiyah, yang mana Allah satu-satunya yang berhak diibadahi semata tidak ada sekutu baginya.” (Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah)

Ibnu Katsir (wafat 774H) rahimahullah dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim, pada penjelasan surat Ath-Thur ayat 35, beliau mengatakan:

هذا المقام في إثبات الربوبية وتوحيد الألوهية (أم خلقوا من غير شيءٍ أم هم الخالقون)

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri]. Ayat ini menetapkan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah“

Al-Maqrizi (wafat 845H) rahimahullah mengatakan:

ولا ريب أن توحيد الربوبية لم ينكره المشركون، بل أقرّوا بأنه سبحانه وحده خالقهم، وخالق السموات والأرض، والقائم بمصالح العالم كله، وإنما أنكروا توحيد الإلهيّة والمحبّة

“Tidak diragukan lagi bahwa TAUHID RUBUBIYYAH itu tidak diingkari oleh kaum musyrikin. Bahkan mereka menetapkan bahwa Allah subhanahu semata yang menciptakan mereka, menciptakan langit dan bumi, dan mengurusi semua maslahat alam semesta. Yang mereka ingkari adalah TAUHID ILAHIYYAH dan mahabbah“

Beliau juga mengatakan:

الذي من عدل به غيره فقد أشرك في ألوهيّته ولو وحّد ربوبيّته، فتوحيد الربوبيّة هو الذي اجتمعت فيه الخلائق مؤمنها وكافرها، وتوحيد الإلهيّة مفرق الطرق بين المؤمنين والمشركين، ولهذا كانت كلمة الإسلام: لا إله إلاّ الله، ولو قال: لا ربّ إلاّ الله أجزاه عند المحققين، فتوحيد الألوهيّة هو المطلوب من العباد

“Orang-orang yang menyimpang dalam hal ini maka mereka telah berbuat syirik dalam ULUHIYYAH walaupun mereka mentauhidkan Allah dalam rububiyyah. Maka TAUHID RUBUBIYYAH itu disepakati oleh semua makhluk, baik mukmin maupun kafir. Sehingga TAUHID ILAHIYYAH lah yang membedakan kaum mukminin dan musyrikin. Oleh karena itu kalimat syahadat “Laa ilaaha illallah” andaikan dibaca “Laa rabba illallah” dianggap sah oleh sebagian ulama muhaqqiqin. Maka TAUHID ULUHIYYAH lah yang dituntut dari para hamba”.(Tajrid At-Tauhid Al-Mufid, 1/7-8).

Dan masih banyak penukilan dari para ulama terdahulu tentang pembagian tauhid menjadi tiga. Untuk melihatnya, silakan merujuk pada kitab Al-Qaulus Sadid fi Raddi man Ankara Taqsimat Tauhid, karya Syaikh Abdurrazzaq Al-Abbad. Ini semua menunjukkan bahwa ulama terdahulu dari zaman ke zaman telah membagi tauhid menjadi tiga, yaitu rububiyah, uluhiyah, dan al-asma wa sifat.

Maka orang yang mengatakan bahwa pembagian tauhid menjadi tiga adalah tauhid trinitas sebenarnya telah menghina dan merendahkan para ulama terdahulu.

Sumber: https://konsultasisyariah.com/