Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi hidayah islam kepada kita, dan menjadikan kita bagian dari umat islam, dan tidaklah kita mandapat petunjuk seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberi petunjuk kepada kita. Aku memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, bersyukur kepada -Nya atas segala nikmat -Nya dan aku memohon kepada-Nya keutamaan dan kemuliaan. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi -Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya, yang Allah utus dengan membawa petunjuk dan agama yang haq, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, menyeru kepada kebenaran dan memberi petunjuk kepada kebaikan. Semoga shalawat, keselamatan, dan keberkahan senantiasa tercurahkan kepada Beliau, keluarganya, dan para sahabatnya serta orang-orang yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat. Amma Ba’du
Wahai kaum muslimin….bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan agungkanlah perintah Rabb kalian, jagalah agama dan amanah kalian, tunaikanlah tanggung jawab kalian, bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada diri dan keluarga kalian, dan damaikanlah perselisihan yang terjadi di antara kalian.
Sebagian besar orang mencari kebahagiaan, ketentraman, ketetapan, dan ketenangan jiwa serta perhatian. Sebagaimana ia berusaha untuk menjauhkan diri dari sebab yang dapat menimbulkan kesusahan, kegoncangan, kacaunya hati, baik di rumah maupun keluarga.
Ketahuilah bahwa semua itu tidak dapat diperoleh melainkan dengan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tawakkal kepada -Nya, menyerahkan segala urusan kepada -Nya, bersamaan dengan melakukan sunah-sunah dan apapun yang disyariatkan yang dapat menghantarkan kepada sebab-sebab tersebut.
Pentingnya Membangun Rumah Tangga Dan Keterikatan Hati Didalamnya
Sesungguhnya pengaruh yang paling besar dalam hal tersebut bagi pribadi maupun masyarakat adalah membangun rumah tangga dan konsekuensi dalam menjalankan segala haq dalam urusan rumah tangga, dengan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan keluarga sebagai tempat kembali yang mulia, yang didalamnya kehidupan manusia baik laki-laki maupun perempuan diatur, menetap, dan merasa senang di dalamnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Suci nama-nama -Nya, berfirman di dalam Al-Qur’an sebagai penguat bagi hamba-hamab -Nya:
وَمِنۡ اٰيٰتِهٖۤ اَنۡ خَلَقَ لَكُمۡ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ اَزۡوَاجًا لِّتَسۡكُنُوۡۤا اِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُمۡ مَّوَدَّةً وَّرَحۡمَةً ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ [سورة الروم، الآية: 21]
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan -Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Ar Ruum/30:21]
Ya, ‘supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya”, bukan “supaya tinggal bersamanya”, ungkapan tersebut sebagai penguat makna istiqror (tinggal) dalam hal perilaku, perasaan tenang, terwujudnya kedamaian dan ketenangan, dan hal-hal yang semakna dengannya. Sehingga setiap pasangan akan saling menemukan ketenangan dari pasangannya ketika merasa gundah, dan muka yang manis ketika merasa sempit.
Sesungguhnya pondasi dari keterikatan suami istri adalah kebersamaan dan saling mendampingi dalam kebersamaan mewujudkan kasih sayang, perasaan senang dan saling mengasihi. Dan keterikatan seperti inilah yang merupakan keterikatan yang sangat kokoh tanpa batas waktu, seperti hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kepada kita di dalam kitabnya:
هُنَّ لِبَاسٌ لَّـكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ لِبَاسٌ لَّهُنَّ [سورة البقرة، الآية: 187]
“…mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka....” [al-Baqarah/2: 187]
Lebih dari itu, ikatan ini merupakan persiapan untuk pendidikan putra putri dan mengurusi pertumbuhan mereka yang tidak akan mengkin terwujud melainkan dibawah asuhan ibu yang penuh kasih sayang dan ayah yang berungguh-sungguh dalam berkerja.
Keadaan manakah yang lebih suci lagi mulia dari suasana keluarga yang mulia seperti ini?
Beriman Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan Bertaqwa Kepada-Nya
Wahai para pembaca yang mulia ….
Banyak sekali hal-hal yang dengannya dapat dibangun keluarga yang damai, meneguhkan hubungan suami istri, menjauhkan rumah tangga dari hal-hal yang dapat menimbulkan perceraian, badai perpecahan dan terputusnya hubungan.
1. Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaqwa kepada-Nya
Hal yang pertama dan paling penting dalam membangun rumah tangga yang selamat adalah berpegang teguh pada tali iman yang kuat; beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, takut melakukan kemaksiatan, taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta muroqobah, menjauhkan diri dari kedholiman serta tidak terburu-buru dari mencari kebenaran.
ذٰ لِكُمۡ يُوۡعَظُ بِهٖ مَنۡ كَانَ يُؤۡمِنُ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ ۙ وَمَنۡ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجۡعَلْ لَّهٗ مَخۡرَجًا وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ [سورة الطلاق، الآية: 2 – 3].
“Demikianlah pelajaran bagi orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir. Barangsiapa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”[Ath Thalaq/65:2-3]
Perkara-perkara yang dapat menguatkan iman adalah bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan dan menunaikan ibadah, bersemangat ketika melaksanakan hal tersebut, dan saling berwasiat dalam menunaikannya di antara suami istri. Renungkanlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
رِحم اللّه رجلًا قام من الليل فصلى وأيقظ امرأته فصلّت، فإن أبت نضح في وجهها الماء – يعني: رشَّ عليها الماء رشًَّا رفيقًا – ورحم اللّه امرأةً قامت من الليل فصلَّت وأيقظت زوجها فصلى، فإن أبى نضحت في وجهه الماء } [1] [2] .
“Allah merahmati laki-laki yang bangun pada malam hari kemudian shalat dan membangunkan istrinya, kemudian istrinya juga shalat, maka jika istrinya enggan, ia memercikkan air ke wajahnya (yaitu memercikkan air dengan percikan yang lembut) dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga merahmati wanita yang bangun pada malam hari kemudian shalat dan membangunkan suaminya, kemudian suaminya juga shalat, maka jika suaminya enggan, ia ia memercikkan air ke wajahnya.”
Sesungguhnya hubungan antara suami istri bukanlah hubungan yang hanya bersifat duniawi yang sesaat, tidak pula syahwat hewan, akan tetapi hubungan antara suami istri adalah hubungan ruh yang mulia. Ketika hubungan dan sifat hubungan tersebut benar (sesuai yang dikehendaki syari’at), maka hubungan keterikatan suami istri tersebut akan terus berlanjut hingga kehidupan akhirat, setelah kematian.
جَنّٰتُ عَدۡنٍ يَّدۡخُلُوۡنَهَا وَمَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآٮِٕهِمۡ وَاَزۡوَاجِهِمۡ وَذُرِّيّٰتِهِمۡ [سورة الرعد، الآية: 23].
“yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” [Ar Ra’d/13: 23]
2. Bergaul dengan cara yang baik
Diantara hal-hal yang dapat menjaga dan memelihara hubungan suami istri ini adalah “bergaul dengan cara yang baik”. Hal tersebut tidak dapat terwujud melainkan dengan mengetahui semua sisi, yang berguna dan berbahaya. Dan sesungguhnya menuntut kesempurnaan dalam rumah tangga dan semua anggota keluarga adalah hal yang sangat sulit. Dan harapan dalam kesempurnaan semua sifat pada mereka atau selain mereka adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan tangan secara manusiawi.
Peran suami dalam menjaga kehidupan rumah tangga suami istri dan bergaul dengan cara yang baik
Termasuk kecenderungan akal dan kematangan berfikit adalah membiasakan diri untuk dapat menerima kekurangan dan menahan diri menghadapi kesulitan hidup. Sementara itu, laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga dituntut untuk lebih bersabar dari pada wanita, karena sungguh telah diketahui, bahwa wanita itu lemah fisik dan akhlaqnya, dan berlebihan dalam meluruskannya bisa mematahkannya dan mematahkannya adalah mencerainya. Al-Mushthafa yang tidak berbicara dari hawa nafsunya bersabda:
واستوصُوا بالنساء خيرًا فإنهن خُلِقْنَ من ضلع، وإنَّ أعوج شيء في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه كسرته، وإن تركته لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء خيرًا [3] [4]
“Berilah nasihat kepada wanita dengan cara yang baik karena sesungguhnya ia diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka nasehatilah wanita dengan cara baik.”
Yang bengkok pada wanita adalah dari segi penciptaannya, maka harus bersikap lemah lembut dan sabar dalam menghadapinya.
Maka hendaknya para lelaki tidak membiarkan dirinya larut dalam perasaan tertekan dari keluarganya, dan hendaklah ia tidak memperhatikan kekurangan mereka, dan hendaklah ia mengingat sisi kebaikan mereka, sungguh ia pasti menemukan banyak kebaikan dalam hal itu. Dan yang semisal dengan perkataan ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam;
لا يفْرَك مؤمنٌ مؤمنةً – أي: لا يُبغض ولا يكْره – إن كره منها خلقًا رضي منها آخر [5] [6]
“Janganlah seorang mu’min membenci mu’minah (yaitu merasa marah dan benci) karena jika ia membenci satu perilaku maka ia akan ridha dengan perilaku yang lain.”
Hendaklah para lelaki sangat berhati-hati dalam hal ini, maka jika ia melihat sesuatu yang tidak disukai, maka ia tidak mengetahui dari mana sebab-sebab kebaikan dan sumber-sumber kebajikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَعَاشِرُوۡهُنَّ بِالۡمَعۡرُوۡفِ ۚ فَاِنۡ كَرِهۡتُمُوۡهُنَّ فَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡــًٔـا وَّيَجۡعَلَ اللّٰهُ فِيۡهِ خَيۡرًا كَثِيۡرًا [سورة النساء، الآية: 19].
“…dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [An Nisa’/4:19]
Bagaimana mungkin akan terwujud ketenangan? Dimanakah ketenangan dan kasih sayang? Jika pemimpin rumah tangga memiliki sifat yang keras, berakhlaq buruk terhadap keluarga, memiliki wawasan yang sempit, bodoh, terburu-buru, sulit memaafkan, pemarah, jika bertemu selalu mengungkit-ungkit, jika berpisah selalu berburuk sangka. Telah diketahui, bahwa berakhlaq yang baik terhadap keluarga dan sebab-sebab yang mengantarkan kepada kebahagiaan keluarga tidak akan terwujud melainkan dengan kelembutan, menjauhkan diri dari prasangka-prasangka dan keraguan tanpa dasar. Adakalanya rasa cemburu menjerumuskan seseorang kepada prasangka buruk , mendorongnya menta’wilkan ucapan dan keraguan dalam perilaku yang menyebabkan kesusahan hidup tanpa alasan yang jelas.
وَلَا تُضَآرُّوۡهُنَّ لِتُضَيِّقُوۡا عَلَيۡهِنَّ
“…dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. …” [Ath Thalaq/65:6]
Bagaimana mungkin, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي [7] [8] .
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.”
Peran istri dalam menjaga kehidupan rumah tangga suami istri dan bergaul dengan cara yang baik
Adapun kaum wanita muslimah, hendaklah ia mengetahui bahwa kebahagian, kasih sayang, dan rahmah tidak akan sempurna melainkan dengan menjaga kesucian dan agama, mengetahui batasan-batasan dan tidak melampaui batasan-batasan tersebut, menunaikan kewajiban terhadap suami yang merupakan pemimpin baginya, yang menjaganya, memberi nafkah kepadanya, maka seorang istri harus mentaati suaminya, menjaga diri dan harta suaminya, menguatkan amal, menunaikan tugasnya serta berhati-hati dalam menjaga diri dan keluarganya, niscaya ia akan menjadi seorang istri yang shalihah dan ibu yang penuh kasih sayang, istri yang memimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, mensyukuri kebaikan yang diberikan suaminya dan tidak mengingkari kebikan-kebaikan yang diperbuat suaminya. Nabi memperingatkan umatnya dari mengingkari kebaikan suami, Beliau bersabda;
رَأَيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِسَاءُ، يَكْفُرْنَ قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللّهِ؟ قَالَ: لاَ. يَكْفُرْنَ اْلعَشِيْرَ؛ لَوْ أَحْسَنْتَ ِلإحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ [9] [10]
“Aku telah melihat neraka, ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita, mereka kufur.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, apakah mereka kufur kepada Allah?. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidak, mereka kufur terhadap kebaikan suaminya, jika engkau selalu berbuat baik kepada mereka kemudian suatu ketika mereka melihat dari kalian sesuatu yang tidak mereka sukai maka mereka berkata: Aku tidak melihat sedikitpun kebaikan darimu.”
Maka hendaknya seorang istri tidak mempermasalahkan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya pada diri suaminya. Dan tidak berakhlaq buruk terhadap suami ketika ia ada dan tidak berkhianat ketika ia tidak ada.
Dengan demikian akan tercapai keridhaan, langgeng rumah tangga dan menjadi mulia rasa kasih sayang dan rahmah. Dan
أيّما امرأةٍ ماتتْ زوجُها عنها راضٍ دَخَلت الجنة [11] [12]
“Wanita manapun yang meninggal sementara suaminya ridha kepada nya, maka ia akan masuk ke dalam surga.”
Maka bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wahai umat islam… dan ketahuilah bahwa dengan hadirnya kesepakatan maka akan tercapai kebahagiaan dan terbentuk suasana yang baik untuk pendidikan anak dan mereka tumbuh di dalam rumah yang mulia yang penuh dengan kasih sayang yang terbangun dengan saling memahami antara kasih sayang ibu dan kerja keras ayah, yang jauh dari keributan karena perselisihan, beda pendapat, memperpanjang masalah, dan tidak bersifat keras, tidak berakhlaq buruk terhadap kerabat dekat maupun jauh.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا [سورة الفرقان، الآية: 74].
“…”Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al Furqan/25: 74]
PENUTUP
Sebagai penutup, saudara dan saudariku muslim dan muslimah, semoga Allah memberi taufiq kepada kalian
Sesungguhnya memperbaiki keluarga adalah jalan yang lurus untuk seluruh masyarakat dan dalam jangka panjang akan dapat memperbaiki masyarakat, dan sangat jauh terbentuk masyarakat yang baik yang sangat lemah ikatan di dalamnya. Dan sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan keutamaan dengan nikmat ini, nikmat berkumpul dengan keluarga, saling memberikan kasih sayang, dan rasa saling terikat.
Allah berfirman;
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ [سورة النحل، الآية: 72].
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” [An Nahl/16:72]
Sesungguhnya pasangan suami istri dan ikatan kuat di antara keduanya, dan sesungguhnya kedua orang tua berserta putra putri yang merangkak dalam asuhan mereka merupakan gambaran kemajuan umat dan masa depannya. Sementara itu, setan ketika berhasil menceraikan ikatan rumah tangga, maka setan tidak hanya menghancurkan satu rumah saja, tidak pula hanya menimbulkan kejahatan yang terbatas, akan tetapi hal ini akan berdampak pada umat secara menyeluruh dalam gangguan dan keburukan yang menyebar luas, dan realita saat ini merupakan bukti paling kuat.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati laki-laki yang berakhlaq terpuji kepada keluarganya, menggauli istri dengan baik, santun, penuh kelembutan, kasih sayang kepada keluarga, teliti dalam segala urusannya, tidak membebani secara berlebihan dan tidak menganiaya keluarganya, tidak pula menelantarkan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga merahmati wanita yang tidak mencari-cari kesalahan suaminya, tidak memicu keributan, istri yang shalihah, taat, menjaga diri, kehormatan dan harta suami ketika suami tidak ada sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjaganya.
Maka bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wahai para suami dan istri, bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wahai kaum muslimin, karena sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mudahkan urusannya.
Dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada sebaik-baik makhluk -Nya, yaitu nabi kami Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kepada keluarganya, istri-istrinya yang baik dan suci, serta para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir
سبحانك اللهم و بحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك و أتوب إليك
[Disalin dari البيت السعيد وخلاف الزوجين Penulis Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Penerjemah : Moh. Iqbal Ghazali, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2009 – 1430]
______
Footnote:
[1]النسائي قيام الليل وتطوع النهار (1610) ، أبـو داود الصلاة (1308) ، ابن ماجه إقامة الصلاة والسنة فيها (1336).
[2] حديث صحيح: رواه أحمد في “المسند” 2250 ، 436 وأبـو داود (1308) والنسائي 3205 وابن ماجـه (1336). وصححه ابن خزيمة (1148) والحاكم 1309 ووافقه الذهبي.
[3] البخاري النكاح (4890) ، مسلم الرضاع (1468).
[4] رواه البخاري (5186) ومسلم (1468) [59] ، [60] في صحيحيهما.
[5] مسلم الرضاع (1469) ، أحمد (2/329).
[6] رواه مسلم في “صحيحه “ (1469). (فائدة): قال الحافظ ابن حجر – رحمه اللّه – ما حاصله: في هذا إيماء إلى التقويم برفق بحيث لا يبالغ فيه فيكسر ولا يتركه فيستمر على عوجه ، وضابط هذا: أن لا يتركها على الاعوجاج إذا تعدَّت ما طبعت عليه من النقص إلى تعاطي المعصية بمباشرتها ، أو ترك واجب ، ويتركها على اعوجاجها في الأمور المباحة. انظر: “فتح. الباري ” 9254.
[7] الترمذي المناقب (3895) ، الدارمي النكاح (2260).
[8] حديث صحيح: رواه الترمذي (3892) وابن ماجه (1977) وابن حبان في صحيحه (1312).
[9] البخاري الإيمان (29) ، مسلم الكسوف (907) ، النسائي الكسوف (1493) ، أحمد (1/298) ، مالك النداء للصلاة (445).
[10] أخرجه البخاري في صحيحه (5197).
[11] الترمذي الرضاع (1161) ، ابن ماجه النكاح (1854).
[12] رواه الترمذي (1161) وحسنه ، وابن ماجه (1854) ، والحاكم 4173 ، وقال صحيح الإسناد.
Referensi: https://almanhaj.or.id/