Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kaum musyrikin jahiliyyah adalah kaum yang beriman terhadap sifat rububiyyah Allah Ta’ala. Mereka beriman bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan mereka, memberi mereka rizki, dan mengatur urusan alam semesta. Dalil keyakinan kaum musyrikin jahiliyyah terhadap sifat rububiyyah Allah Ta’ala tersebut sangatlah banyak kita jumpai dalam Al-Qur’an.
Diantaranya, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ’Allah’.” (QS. Luqman [31]: 25)
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ’Allah.’ Maka katakanlah, ’Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’” (QS. Yunus [10]: 31)
Namun sebagian orang menyangka bahwa keimanan orang-orang musyrik jahiliyyah adalah keimanan yang sempurna. Ini adalah salah paham terhadap dalil.
Baca juga: Pembagian Tauhid
Karena meskipun mereka beriman terhadap rububiyyah Allah Ta’ala, namun mereka mengingkari adanya hari kebangkitan (hari kiamat). Mengapa mereka mengingkari hari kebangkitan? Karena menurut mereka, mustahil menurut akal kalau Allah Ta’ala mampu membangkitkan kembali tulang-belulang yang sudah lapuk dan hancur lebur di dalam tanah. Allah Ta’ala menceritakan keyakinan mereka tersebut dalam firman-Nya,
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya. Dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin [36]: 78)
Menurut akal mereka, mustahil Allah Ta’ala mampu menghidupkan kembali tulang belulang yang sudah hancur lebur. Padahal, kalaulah mereka mau berpikir sejenak, tentu akal mereka akan mengatakan bahwa lebih mudah bagi Allah Ta’ala untuk menghidupkan kembali tulang-belulang tersebut daripada menciptakannya di kali pertama. Meskipun di sisi Allah Ta’ala, menciptakan pertama kali dan menghidupkan kembali sesudah hancur, itu sama mudahnya karena kesempurnaan kekuasaan Allah Ta’ala.
Baca Juga: Dalil-dalil Tauhid Rububiyyah
Oleh karena itu, di ayat selanjutnya Allah Ta’ala menjawab perkataan mereka itu dengan berfirman,
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Katakanlah, ‘Dia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.’” (QS. Yasin [36]: 79)
Ayat di atas menunjukkan ketidaksempurnaan iman kaum musyrikin jahiliyyah terhadap sifat rububiyyah Allah Ta’ala. Karena jika keimanan tersebut adalah keimanaan yang sempurna, tentu mudah saja bagi mereka untuk meyakini adanya hari berbangkit.
Oleh karena itu, di antara dakwah pokok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Mekah adalah mendakwahkan bahwa hari kiamat itu haq atau benar adanya. Sehingga tidaklah mengherankan jika surat-surat yang turun di kota Mekah (surat Makiyyah) banyak berisi tentang penetapan adanya hari kiamat.
Baca juga: Di manakah Allah??? || Studi Kritis Buku I'tiqad Aswaja
Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi rahimahullahu Ta’ala berkata,
“Mayoritas kandungan surat-surat Makiyyah berisi tentang penjelasan tentang aqidah, menetapkannya dan berhujjah dengannya. Juga membuat permisalan-permisalan untuk menjelaskan dan menetapkannya. Dan rukun aqidah yang paling agung adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam ibadah dan menetapkan benarnya risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla. Dan juga untuk menetapkan adanya negeri akhirat.” (Aisar At-Tafaasir, 1: 10)
Sehingga dari penjelasan di atas, sebagian ulama menjelaskan bahwa inti dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Mekah itu ada tiga: (1) dakwah untuk mengajak kepada tauhid uluhiyyah (tauhid ibadah); (2) dakwah untuk mengajak meyakini benarnya kerasulan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah Ta’ala); dan (3) dakwah bahwa hari kiamat adalah benar adanya, tidak boleh didustakan.
Sumber: https://muslim.or.id/