Type Here to Get Search Results !

 


MENUNTUT ILMU, PELAJARI ADAB DULU

 

Ilmu dan adab tidaklah dapat dipisahkan, seorang penuntut ilmu harus beradab ketika menerima ilmu dari gurunya, beradab terhadap gurunya, beradab dengan teman-temannya, bahkan beradab terhadap buku yang dia pelajari.

Ibunya Imam malik rahimahumallah, sangat memahami, ketika berkata kepada anaknya yang masih kecil, Imam Malik kecil ketika akan mendatangi gurunya, ulama Madinah saat itu, Rabiah Ar-ra’yi rahimahullah.

Sang Ibu tidak berkata kepada anaknya, belajarlah ilmu banyak-banyak sehingga engkau menjadi ulama. Dengarkan apa yang dikatakan sang ibunda kepada anaknya, “Ambillah adabnya, sebelum engkau mengambil ilmu darinya“.

Adab didahulukan dari ilmu, karena dengan beradab kita meraih ilmu. Hasilnya, tidak tanggung-tanggung…. Imam Malik, siapakah yang tidak tau tentangnya? Ternyata apa yang dilakukan oleh Ibundanya Imam Malik adalah praktek dari firman Allah taala ketika ingin mengajari Nabi Musa alaihissalam.

Di dalam surat Thaha ayat 11 sampai 14 sangat jelas tentang hal itu, sebelum Allah taala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam bahwa Dia Allah yang Tiada Ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain Dia. Allah taala berfirman kepadanya,

فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى

“Lepaskan kedua alas kakimu, sesungguhnya engkau sedang berada di lembah suci Tuwa” (QS. Thaha 12).

Sebelum menerima wahyu, Allah taala mengingatkan Nabi Musa alaihissalam akan sebuah adab, melepas alas kaki di lembah suci Thuwa. Inilah adab sebelum menerima ilmu…

Setelah kita mengetahui cerita Nabi Musa alaihissalam, dan juga kisah Imam Malik dan ibunya, sedikit saya ceritakan kisah saya sendiri. Suatu hari saya memasuki masjid Nabawi, tiba-tiba ada yang menegur saya, “Tangan kanan!“. Ada apa dengan tangan kananku, atau ada yang salah dengan tangan kiriku ?

Akupun sadar kalau ditangan kananku ada sepasang sandal, ditangan kiri ada kitab dan mushaf Al-Quran…
Oh… aku sadar, kalau bapak itu sedang mengajari aku sebuah adab.

Dan itu terjadi berulang kali, mungkin karena lupa atau karena kebiasan yang perlu waktu untuk proses perubahan. Setiap kali saya melewati pintu itu, dan saya melihat kepadanya, saya langsung melihat tangan kanan dan kiri saya. Apakah sudah benar tangan saya beradab dengan Mushaf Al-Quran dan kitab ilmu?

Terima kasih guruku, engkau telah mengajari aku adab yang aku lupa darinya.

Penulis: Ustadz Muhammad Sanusin, Lc.