Type Here to Get Search Results !

 


CACING KEPALA MARTIL HARUSKAH DI BUNUH?

Fakta Cacing Martil (Hammerhead), Planaria Mengerikan dengan Racun yang Mematikan

Penulis: S. Lestari

Fakta cacing martil atau juga disebut dengan Bipalium sp merupakan satu jenis cacing pipih beracun dan mengerikan yang wajib anda ketahui. Planarian yang termasuk besar ini hidup pada area darat dan menjadi predator bahkan kanibal untuk jenisnya sendiri.

Ia mempunyai ukuran badan sekitar 5-20 cm, bahkan lebih. Kemudian yang membedakan dengan cacing lainnya adalah bentuk kepalanya yang menyerupai martil dengan tubuh rata dan panjang.

Sejumlah Fakta Cacing Martil

Mengutip Wikipedia, Bipalium merupakan salah satu genus planaria sebagai predator yang besar. Mereka secara lebih luas juga dikenal dengan sebutan cacing martil atau planarian berkepala lebar. Hal ini karena bentuk kepalanya yang khas serta sebagian dari mereka hidup secara invasif menuju kawasan Amerika dan juga Eropa.

Selain itu, cacing ini termasuk menakutkan dan beracun. Planarian yang besar ini mempunyai kemampuan dalam membasmi cacing tanah, namun tidak menimbulkan ancaman untuk manusia secara langsung.

Secara deskripsi, cacing ini mempunyai bentuk kepala yang khas seperti kipas. Kemudian mempunyai tubuh yang panjang dan rata. Untuk bagian bawah planarian ini mempunyai sol merambat yang besar untuk bergerak.

Fakta cacing martil kecil, yang termasuk B. adventium mempunyai panjang sekitar 5-8 cm atau cacing dewasa mencapai panjang sekitar lebih dari 2 cm.

Habitat dan Distribusi

Asal cacing ini dari daerah tropis dan juga subtropis. Namun telah menjadi invasif yang berada hampir di penjuru dunia. Kemudian terdapat keyakinan jika cacing ini dengan tidak sengaja terangkut serta menyebar pada tanaman hortikultura yang memiliki akar.

Karena cacing ini memerlukan kelembaban, maka cacing martil tidak atau jarang sekali ditemukan hidup di bioma gurun serta pegunungan.

Mengandung Racun

Planarian ini mengandung racun saraf yang sangat kuat, yaitu tetrodotoxin. Racun ini merupakan racun yang cacing pakai dalam melumpuhkan mangsanya dan juga untuk mencegah predator memangsanya. Toksin ini ada pada gurita cincin biru, ikan buntal, serta kadal yang memiliki kulit hitam.

Namun, belum terungkap jika ada fakta cacing martil darat dengan toksin jenis yang sama. Sementara untuk kelompok hewan invertebrata baru ada pada cacing martil.

Tingkah Laku

Cacing martil sering orang sebut dengan nama siput martil, meskipun itu hanya sebagai ungkapan atau istilah saja. Cacing martil berjalan seperti siput, yaitu memakai silia yang ada pada sol merayap dan berguna untuk meluncur dari atas lendir.

Jenis cacing ini telah diketahui menurunkan diri dalam rangkaian lendir. Planarian merupakan foto negatif atau peka cahaya serta memerlukan kelembaban yang tinggi.

Sehingga, mereka biasanya akan bergerak serta makan pada malam hari. Selain itu, mereka akan lebih menyukai tempat yang sejuk dan lembab. Biasanya bersembunyi pada bagian bawah batu, semak, atau batang kayu.

Reproduksi

Cacing merupakan hewan hermafrodit yakni hewan yang hidup dengan testis serta ovarium. Fakta cacing martil bisa melakukan pertukaran sel gamet dengan cacing yang lain melalui sistem sekresinya. Telur yang sudah dibuahi berkembang dalam tubuh lalu keluar berupa kapsul.

Setelah kurang lebih tiga minggu, maka telur akan menetas dan kemudian cacing matang. Akan tetapi, cara reproduksi aseksual lebih umum terjadi daripada reproduksi seksual. Jenis cacing ini pada dasarnya abadi.

Biasanya fakta cacing martil ini berkembang biak dengan cara fragmentasi dan meninggalkan ujung ekor yang melekat pada bagian daun atau substrat yang lain. Kemudian akan berkembang menjadi cacing dewasa.

Apabila cacing ini terpotong, maka setiap bagian akan dapat beregenerasi menjadi organisme yang berkembang secara sempurna dalam beberapa minggu saja. Cacing martil ini bisa dengan cepat meregenerasi jaringan yang rusak jika terluka.

Dengan daya tahan hidupnya yang luar biasa tersebut, cacing ini tidak satu pun masuk dalam daftar terancam. Planarian ini tersebar secara luas dari habitat alami yang tropis menuju ke semua penjuru dunia. Dalam iklim dingin, fakta cacing martil ini mampu hidup dalam suhu beku dengan cara mencari tempat untuk berlindung. (R10/HR Online)


Cacing Kepala Martil yang Berada di Asia Menyebar ke Prancis

Ketika Jean-Lou Justine menerima foto pertama dari cacing raksasa dengan kepala seperti martil, ahli biologi itu tercengang. Sebab, cacing tersebut tidak tinggal di kebun-kebun sayuran Eropa.

“Kami tidak memilikinya di Prancis,” kata Justin yang juga seorang profesor di National Museum of Natural History di Paris.

Cacing predator ini berasal dari Asia, di mana mereka berkembang dengan senang hati sambil melahap cacing tanan di bawah sinar matahari yang lebih hangat.

“Spesies ini tinggal di dalam tanah sehingga mudah terlupakan. Namun, itu juga yang menjadi alasan ia bisa terkirim ke seluruh dunia tanpa sengaja,” kata Archie Murchie, ahli ilmu serangga dari Britain’s Agri-Food and Biosciences Institute, yang tidak terlibat dalam penelitian Justine.

“Cacing seperti ini akan terus menyebar. Apalagi ada peningkatan perdagangan global,” tambahnya.

Para ahli biologi sudah mengetahui bahwa cacing kecil pemakan siput memang ada di Prancis. Namun, hingga saat ini, Justine, yang meneliti parasit dan cacing, tidak mengetahui bahwa negaranya berada di bawah invasi cacing kepala martil.

Bahkan, dalam penelitiannya lima tahun lalu, ia menganggap cacing kepala martil tidak lebih dari hama rumah kaca. Kini, ia pun merevisi keputusannya.

“Itu benar-benar keliru,” ujar Justine.
Iklan untuk Anda: Sang suami memfilmkan istrinya di kamera tersembunyi, dan inilah yang dia lihat.

Bersama dengan rekan penelitinya, melalui stasiun berita lokal dan media sosial, Justine meminta warga Prancis untuk mengirimkan foto cacing berkepala martil yang mereka temukan. Dan e-mail berisi foto cacing tersebut pun membanjiri kotak masuknya. Dari semua kiriman, penampakan cacing paling awal terlihat pada 1999.

Beberapa orang menangkap cacing berkepala martil, kemudian mengawetkan, dan mengirimnya ke Justine untuk diteliti.

Menurut Justine, spesies Bipalium kewense tersebut, banyak ditemukan di Prancis Selatan. Musim panasnya yang lembap dan musim dingin yang ringan membuat hewan ini dapat bertahan hidup, meskipun di dalam lubang.

Sama seperti hiu martil yang menjelajahi laguna, cacing pipih predator ini berburu mangsanya melalui tanah. Tubuh lembutnya merupakan pabrik senyawa. Mereka menghasilkan sejumlah zat bernama tetrodoxin untuk melumpuhkan mangsa. Yang kurang dari mereka adalah pertahanan fisiknya.

Belum jelas apakah cacing kepala martil ini akan mengubah keanekaragaman hayati Prancis. Justine dan peneliti lainnya tidak mempelajari ekologi tanah.

Menurut Murchie, serangan cacing predator ini memiliki dampak besar pada fauna tanah lainnya. Dan ini memengaruhi manusia secara tidak langsung. Invasi cacing martil yang memakan cacing tanah di Irlandia dan Skotlandia, membuat rumput di lahan pertanian menyusut sekitar 6%. Xxccc 

Tags