Oleh: Syaikh Dr Abdul Muhsin al-Qasim
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan sebenar-benar takwa, karena takwa merupakan cahaya hidayah. Dan Allâh menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Barangsiapa taat kepada-Nya maka Allâh menjanjikan untuknya surga. Sebaliknya, barangsiapa bermaksiat dan enggan melaksanakan perintah-Nya maka dia terancam adzab yang sangat pedih.
Manusia, siapapun orangnya pasti tidak akan luput dari perbuatan dosa. Dosa-dosa yang dilakukan para hamba itu sangat banyak serta variasi, ada dosa besar seperti dosa syirik. Tentang ini dosa ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan peringatan keras:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni (dosa) karena melakukan perbuatan syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa menyekutukan Allâh, maka sungguh dia telah melakukan dosa besar [an-Nisa’/4:48]
Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa menjaga kita semua agar tidak terjatuh dalam perbuatan syirik.
Itulah diantara dosa besar yang dilakukan oleh hamba. Dosa syirik, tidak akan diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla kecuali dengan taubat begitu juga dosa-dosa besar lainnya, tidak akan diampuni kecuali jika si pelaku bertaubat kepada Allâh. Adapun dosa-dosa kecil, maka dosa-dosa itu bisa terhapus denga amal shalih.
Dosa-dosa yang dilakukan para hamba itu sangat banyak dan variasi, sehingga ada yang dosanya menggunung. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ناَسٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ بِذُنُوْبٍ أَمْثَالِ الْجِبَالِ
Pada hari Kiamat akan datang manusia dari kaum Muslimin dengan membawa dosa seperti gunung-gunung. [HR Muslim].
Diantara dosa-dosa itu ada yang berkaitan dengan hati, seperti menyakini bahwa selain Allâh ada yang dapat memberikan manfaat dan madharat ; Ada yang berkaitan dengan ucapan, seperti berdoa kepada selain Allâh; Ada yang berkaitan dengan fi’liyah (perbuatan), seperti: thawaf di atas kuburan, dan lain-lain.
Sekalipun dosa anak Adam itu sangat banyak, tetapi kasih sayang Allâh sangat luas terhadap hamba-Nya. Oleh sebab itu Allâh Azza wa Jalla memerintahkan hambanya untuk melakukan ketaatan sehingga dosa-dosanya dapat diampuni. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia bersabda:
مَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً
Barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi sedangkan dia tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan sepenuh bumi. [HR. Muslim]
Itulah tauhid. Tauhid memiliki pengaruh dan peran penting dalam penghapusan dosa-dosa bagi orang yang merealisasikannya dengan benar.
Juga bagi orang-orang yang tidak berbuat syirik, terbuka kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla yaitu ada dua hari dalam satu minggu, dimana pada waktu itu Allâh mengampuni setiap Muslim yang tidak menyekutukan-Nya sedikitpun dan tidak berkutat dengan dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُفْتَحُ أبْوابُ الجَنَّةِ يَوْمَ الإثْنَيْنِ ويَوْمَ الخَمِيْسِ ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئاً ، إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بينهُ وَبَيْنَ أخِيهِ شَحْناءُ فَيُقَالُ : أنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا !
Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis; Setiap hamba yang tidak menyekutukan Allâh dengan suatu apapun, maka dia akan diampuni dosanya, kecuali seorang yang bermusuhan dengan saudaranya maka dikatakan, ”Tangguhkanlah dua orang ini sampai mereka berdamai”. [HR Muslim].
Shalat dan semua rangkaian amalan yang mengawalinya yang dilakukan oleh setiap Muslim secara rutin juga bisa menjadi sarana penghapus dosa yang efektif bagi seorang hamba. Adzan yang dikumandangkan oleh sang muadzzin, menyebabkan dosanya diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla. Juga orang yang mendengarnya dan menjawabnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ : أشْهَدُ أنْ لاَ إلَه إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، رَضِيتُ بِاللهِ رَبّاً ، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً ، وَبِالإسْلامِ دِيناً ، غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ
Barangsiapa membaca doa (berikut ini) saat mendengar adzan muadzzin, maka dosanya akan diampuni (yaitu):
Amalan lain yang biasa dilakukan oleh seorang Muslim saat akan menunaikan shalat dan bisa menjadi sebab terhapusnya dosa orang yang melakukannya adalah wudhu’. Barangsiapa berwudhu’ dengan sempurna, maka dosa-dosanya akan keluar bersama tetesan air atau diakhir tetesan air wudhu’nya. Jika setelah wudhu’, dia kemudian melakukan shalat, maka dia akan menjadi seperti bayi baru terlahir tanpa dosa. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang keutamaan wudhu’ oleh salah seorang shahabat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
مَا مِنْكُمْ رَجُلٌ يُقَرِّبُ وَضُوءَهُ فَيَتَمَضْمَضُ، وَيَسْتَنْشِقُ فَيَنْتَثِرُ إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ، وَفِيهِ وَخَيَاشِيمِهِ، ثُمَّ إِذَا غَسَلَ وَجْهَهُ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا وَجْهِهِ مِنْ أَطْرَافِ لِحْيَتِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ يَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا يَدَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَمْسَحُ رَأْسَهُ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رَأْسِهِ مِنْ أَطْرَافِ شَعْرِهِ مَعَ الْمَاءِ، ثُمَّ يَغْسِلُ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، إِلَّا خَرَّتْ خَطَايَا رِجْلَيْهِ مِنْ أَنَامِلِهِ مَعَ الْمَاءِ، فَإِنْ هُوَ قَامَ فَصَلَّى، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلَّهِ، إِلَّا انْصَرَفَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Tidak ada seorang pun diantara yang mendekatkan air wudhu’nya lalu dia berkumur, memasukkan air ke hidungnya lalu mengeluarkannya kecuali akan berjatuhan kesalahan-kesalahan wajahnya, kesalahan-kesalahan mulutnya dan kesalahan-kesalahan hidungnya. Jika dia mencuci wajahnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Allâh, kesalahan-kesalahan wajahnya akan berjatuhan bersama tetesan air dari ujung jenggotnya. Kemudian mencuci kedua tangannya sampai siku, kecuali kesalahan-kesalahan tangannya akan berjatuhan bersama air lewat jari-jemarinya. Kemudian jika ia mengusap kepala, maka kesalahan-kesalahan kepalanya akan berjatuhan melalui ujung rambutnya bersama air. Lalu jika dia mencuci kakinya sampai mata kaki, maka kesalahan kedua kakinya akan berjatuhan melalui jari-jari kakinya bersama tetesan air. Jika kemudian, ia berdiri lalu shalat, kemudian dia memuji Allâh menyanjung dan mengagungkan-Nya dengan pujian dan sanjungan yang menjadi hak-Nya dan mengosongkan hatinya hanya untuk Allâh kecuali dia terlepas dari kesalahan-kesalahannya seperti pada hari ia dilahirkan dari perut ibunya.[Muttafaqun ’alaihi].
Dalam hadits lain Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ ثُمَّ يُصَلِّي الصَّلَاةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الَّتِي تَلِيهَا
Tidaklah seorang muslim berwudhu lalu ia menyempurnakan wudhunya dan melaksanakan shalat, kecuali Allâh akan mengampuni dosa-dosa yang dilakukannnya antara shalat yang dia kerjakan itu sampai dengan shalat berikutnya. [Muttafaqun ’alaihi].
Amalan lain yang juga bisa menjadi penghapus dosa adalah langkah seorang Muslim menuju masjid. Jadi menyempurnakan wudhu’ dalam segala kondisi, langkah menuju masjid, dan menunggu waktu shalat dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat juga akan dido’akan oleh para malaikat.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَ يَنْتَظِرُهَا ، وَلاَ تَزَالُ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي الْمَسْجِدِ : اللهم اغفرْ له ، اللهمَّ ارْحَمْه ، ما لم يُحْدِثْ
Senantiasa salah seorang dari kalian terhitung dalam keadaan shalat selama ia menunggunya, dan senantiasa para malaikat mendo’akan salah seorang diantara kalian selama dia masih berada dalam masjid, “Ya Allâh ampunilah dia ! Ya Allâh sayangilah ia ! Selama ia tidak berhadats (dalam keadaan suci)
Apa yang disebutkan di atas merupakan bukti kasih sayang Allâh kepada para hamba-Nya. Dan itu baru sebagian amalan yang mengawali ibadah shalat yang rutin dilakukan oleh setiap Muslim.
Ada lagi amalan yang bisa menghapuskan dosa dan ini termasuk bagian dari praktik ibadah shalat itu sendiri yaitu mengamini bacaan al-Fatihah imam. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ، فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Apabila imam mengucapkan amiin, maka ucapkanlah amin ! Karena barangsiapa yang aminnya bersamaan dengan aminnya malaikat, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Muttafaqun’alaihi].
Dan masih banyak amalan dalam shalat yang bisa menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Adapun amalan-amalan setelah shalat yang juga menghapuskan dosa, dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya:
مَنْ سَبَّحَ اَللَّهَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَحَمِدَ اَللَّهِ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَكَبَّرَ اَللَّهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , فَتِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ , وَقَالَ تَمَامَ اَلْمِائَةِ : لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ , غُفِرَتْ لَهُ خَطَايَاهُ , وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ اَلْبَحْرِ
Barangsiapa bertasbih setelah shalat 33x, bertahmîd (membaca alhamdulillâh) 33 x, dan bertakbîr (membaca Allâhu Akbar) 33x maka semuanya berjumlah 99 dan apabila ia menggenapkannya hingga menjadi 100 dengan mengucapkan:
لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dosa-dosanya itu sebanyak buih dilautan. [HR. Muslim]
Itulah diantara amalan harian yang biasa dilakukan oleh setiap Muslim. Amalan-amalan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang beriman. Karena siapapun orangnya, mesti dia tidak akan lepas dari perbuatan dosa. Dengan amalan-amalan ini, kita sangat berharap kepada Allâh Azza wa Jalla agar berkenan mengampuni dosa-dosa kita yang telah lewat dan berkenan terus-terus memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.
Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah menyampaikan beberapa amalan harian yang bersifat rutin yang jika dilakukan oleh seorang Muslim dengan benar dan ikhlash, maka amalan-amalan itu akan menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa. Namun hendaklah kita senantiasa mengingat syarat yang telah disebutkan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). [an-Nisa/4:31]
Syarat ini hendaklah senantiasa kita letakkan dihadapan kita agar menjadi penahan bagi kita dari perbuatan dosa terutama dosa-dosa besar. Karena siapapun orangnya, selama dia seorang manusia dan masih hidup, pasti tidak akan luput dari perbuatan dosa. Namun, Alhamdulillah, sekalipun dosa anak Adam itu sangat banyak, tetapi Allâh Azza wa Jalla itu maha pengasih dan penyayang terhadap para hamba-Nya. Oleh sebab itu Allâh Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk melakukan ketaatan sehingga dosa-dosanya dapat diampuni.
Diantara amalan yang bisa menghapus dosa itu, ada yang berbentuk kewajiban rutin yang wajib dilakukan setiap hari, seperti shalat fardhu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُولُ ذلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قالُوا: لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ: فَذلِكَ مِثْلُ الصَّلَواتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا
Apa pendapat kalian jika di depan pintu rumah kalian terdapat sungai lalu ia mandi disungai tersebut sebanyak 5x dalam sehari, apakah akan tersisa padanya kotoran ? Mereka, para sahabat Radhiyallahu anhum menjawab. “Tidak akan tersisa kotoran ditubuhnya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka itu seperti shalat lima waktu, Allâh menghapus kesalahan-kesalahan seseorang dengan sebab shalat.” [Muttafaqun’alaihi].
Ada pula berbentuk kewajiban rutin yang dilakukan setiap minggu, yaitu shalat Jum’at. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berabda:
لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنَ الطُّهُوْرِ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ،وَيَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ، ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّي مَا كَتَبَ الله لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَلَهُ مَابَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ الأُخْرَى
Tidaklah seorang laki-laki mandi dan bersuci pada hari Jum’at sesuai kemampuannya, lalu ia mengenakan minyak rambut, memakai wewangian kemudian ia keluar menuju masjid. (di masjid) dia tidak menyuruh orang untuk pergi dari tempat duduknya lalu ia mengerjakan shalat setelah itu dia diam saat imam sedang khutbah kecuali ia akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at yang lalu dengan Jum’at yang akan datang.[HR.al-Bukhâri]
Adapula yang berbentuk kewajiban tahunan, seperti puasa Ramadhân dan haji. Keduanya bisa menjadi penghapus dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh seorang hamba, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ حَجَّ ، فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أمُّهُ
Barangsiapa melakukan ibadah haji lalu dia tidak berbuat keji dan tidak melakukan perbuatan fasiq, maka dia akan kembali (tanpa dosa) sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibunya. [Muttafaq ‘alaih]
Dan masih banyak lagi, amalan-amalan yang bersifat rutin yang bisa menghapus dosa-dosa akibat dari kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.
Itulah diantara bukti betapa Allâh Azza wa Jalla itu Maha pengampun terhadap para hamba-Nya yang melakukan kesalahan. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk berputus asa dari rahmat Allâh Azza wa Jalla. Mungkin ada orang yang merasa khawatir dirinya tidak berkesempatan melakukan ibadah-ibadah di atas, karena pelaksanaannya terkait waktu tertentu bahkan ada yang terkait dengan waktu dan tempat. Dia khawatir kematian menjemput sementara waktu pelaksanaan ibadah itu belum masuk. Bagaimana dengan dosa-dosanya ?
Diantara amalan-amalan yang bisa menghapus dosa itu, ada pula yang tidak terikat waktu. Artinya dia bisa dilakukan kapan saja. Seperti ibadah Umrah. Ibadah ini bisa dilakukan kapan saja dan dia menjadi penghapus dosa. Juga berbuat baik kepada makhluk Allâh Azza wa Jalla, melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, memberikan maaf dan berlapang dada. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya kebaikan akan menghapus kesalahan [Hûd/11:114]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allâh mengampunimu ? dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nûr/24:22]
Ada juga amalan lisan yang tidak terikat waktu tapi bisa menghapus dosa. Dijelaskan dalam hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مَائَةَ مَرَّةٍ، حَطَّتْ خَطَايَاهُ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Barangsiapa mengucapkan Subhânallâhi wabihamdihi seratus kali dalam sehari akan dihapus kesalahan-kesalahannya meskipun seperti buih dilautan [Muttafaqun ‘alaihi]
Apalagi lagi yang kita tunggu ?! Marilah kita bergegas melakukannya dengan mengikhlaskan niat kita karena Allâh Azza wa Jalla . Dan hanya kepadanya kita memohon agar senantiasa membantu kita melakukan amalan-amalan yang disyari’atkan dan kita memohon agar semua dosa kita diampuni.
Telah dijelaskan sebagian dari amalan-amalan yang bisa menghapus dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh hamba Allâh Azza wa Jalla . Tentunya, ini merupakan bukti betapa Allâh Azza wa Jalla itu sangat sayang kepada para hamba-Nya dan juga maha pengampun. Tidak hanya sebatas itu, bahkan makan yang merupakan kebutuhan kita setiap hari, jika kita mensyukurinya, maka itu juga menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa barangsiapa yang mengucapkan (doa ini) setelah makannya, maka dia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat:
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَطْعَمَنِيْ هَذَا ، وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ ، غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Segala puji bagi Allâh yang telah memberikan makanan ini dan menganugerahkan rizki ini kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku. [HR. Abu Daud]
Penghapus dosa yang terakhir yang bisa kami sebutkan di sini adalah musibah yang menimpa seorang Muslim. Jika dia bersabar dalam menerima musibah yang menimpanya, maka semua musibah yang menimpanya menjadi penghapus dosa baginya, baik musibah itu besar atau pun kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Apa saja yang menimpa seseorang Muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang menusuknya, melainkan Allâh akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua”. [Muttafaqun ‘alaihi]
Terakhir kalinya, kami mengingatkan bahwa dosa itu buruk, namun yang lebih buruk lagi jika si pelaku tidak mau bertaubat dan tidak mau memohon ampunan kepada Allâh Azza wa Jalla. Maka hendaklah kita mempergunakan kesempatan hidup yang masih diberikan Allâh Azza wa Jalla kepada kita untuk segera bertaubat dan melakukan kebaikan-kebaikan yang bisa menghapuskan dosa-dosa kita.
_______
Footnote:
[1]. Diangkat dari khutbah Jum’at di Masjidin Nabawi Madinah al-Munawarah, pada tanggal 23/1/1434 dengan judul Maghfiratuz Dzunub bi Yasir minal Qauli
Sumber: https://almanhaj.or.id/