Macam-Macam Ibadah Syirik (Bag.11): Istighatsah yang Dibolehkan
Oleh Sa'id Abu Ukkasyah
Istighatsah
Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan, derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa.
Misalnya, seseorang memohon kepada Allah Ta’ala agar Allah Ta’ala mengangkat bencana wabah penyakit ganas yang sedang tersebar luas di suatu negeri, maka permohonannya tersebut merupakan bentuk istighatsah jenis ibadah yang ditujukan kepada Allah Ta’ala yang bernilai tauhid.
Persamaan Istighatsah, Isti’anah dan Isti’adzah
Sebagaimana kita telah ketahui dari penjelasan sebelumnya bahwa:
- Isti’adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai.
- Isti’anah adalah meminta pertolongan dalam rangka mendapatkan manfa’at atau terhindar dari bahaya (mudhorot).
- Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan,derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa.
Oleh karena itulah, ketiga-tiganya sama-sama mengandung permintaan, sehingga jika permintaan-permintaan tersebut dilakukan dalam bentuk ibadah, maka ketiga ibadah tersebut hakekatnya adalah ibadah do’a yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta’ala.
Perbedaan antara Istighatsah dengan Isti’adzah
-Istighatsah adalah meminta dibebaskan dari kesulitan, derita, bahaya atau musibah berat yang sedang menimpa. Jadi, istighatsah terkait dengan musibah yang sedang terjadi atau sedang menimpa.
-Adapun isti’adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai. Karena sifatnya adalah meminta perlindungan dan penjagaan, maka isti’adzah adalah terkait dengan suatu bahaya atau mudhorot yang dikhawatirkan akan menimpa.
Macam-macam Istighatsah
- Istighatsah yang bernilai Tauhid
Istighatsah yang bernilai tauhid adalah istighotsah kepada Allah Ta’ala semata, yaitu sebuah istighatsah jenis ibadah yang mengandung kesempurnaan sikap membutuhkan kepada Allah Ta’ala, meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala sajalah yang mampu memberi manfa’at dan menolak mudhorot, dan meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala yang mampu memberi kecukupan.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107)
“Dan janganlah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus: 106-107).
Ayat ini menunjukkan larangan menujukan ibadah istighatsah kepada selain Allah dan hal itu termasuk kesyirikan, karena pada hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mampu menghilangkan musibah.
- Istighatsah yang bernilai syirik (tidak boleh)
Isti’adzah kepada selain Allah Ta’ala termasuk syirik akbar jika ditujukan kepada makhluk yang mati (baik nabi, wali, kiyai atau selain mereka), atau makhluk yang ghoib (tidak bisa komunikasi antara yang meminta dan yang dimintai), atau makhluk hidup, tidak ghaib (hadir di tempat atau bisa berkomunikasi), namun isi permintaannya dalam perkara yang di luar kemampuan makhluk.
Penjelasannya adalah sebagaimana penjelasan yang telah disebutkan di dalam bab isti’anah dan isti’adzah.
Contohnya:
Jika seseorang mengalami kesempitan rezeki yang sangat dan kebangkrutan usaha yang menguras habis hartanya secara mendadak, lalu ia meyakini bahwa hal ini disebabkan kakeknya murka kepadanya, karena sudah lama ia merasa tidak menziarahi kuburnya yang selama ini dikeramatkan manusia.
Maka ia pun bersimpuh, menangis dan menghiba di hadapan pusara kakeknya untuk meminta maaf kepadanya, serta memohon agar kakeknya menghilangkan musibah tersebut, sehingga diharapkan usahanya kembali lancar dan rezekinya lapang!
Contoh lainnya:
Apabila seseorang ditimpa musibah kecelakaan yang parah sampai dalam keadaan koma di ICU, kemudian keluarganyapun teringat jika selama ini merasa kurang merawat dan memberi sesajen untuk pusaka keris yang diyakini bertuah warisan kakeknya itu.
Mereka meyakini bahwa musibah tersebut disebabkan sikap mereka yang kurang menunaikan hak arwah yang menitis di dalam keris yang dikeramatkan tersebut!
Sehingga demi kesembuhan orang yang terkena musibah tersebut, keluarganyapun melakukan upacara ritual pemberian sesajen untuk pusaka keris itu, sembari berkomat-kamit beristighotsah kepada arwah yang menitis di dalam keris itu!
Contoh berikutnya:
Seorang dukun pijat praktisi pengobatan yang kerap disebut-sebut sebagai pengobatan alternatif itu, ketika menerapi pasiennya yang terkena penyakit kanker, ia melakukan ritual pijat berupa menghentak-hentakkan kaki ke lantai tiga kali sambil berkomat-kamit :
“Wahai jin laki-laki dan jin perempuan! Hilangkanlah derita dan penyakit orang ini dan jauhkanlah penyakitnya darinya sejauh jarak antara timur dan barat!”, seraya mengayunkan tangannya yang sedang memijat ke arah timur dan ke arah barat, memperagakan seolah-olah sedang membuang penyakit pasiennya sambil meniupkan udara dengan suara keras dari mulutnya, “Wuh, wuh!!”.
Ingatlah sobat, bahwa perbuatan-perbuatan tersebut di atas termasuk syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, karena pelakunya telah menyekutukan Allah Ta’ala dengan arwah, mayit dan jin itu!
Hakikatnya pelakunya telah meyakini arwah, mayit dan jin itu memiliki sebagian kekhususan Rububiyyah yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Allah Ta’ala, padahal Allah Ta’ala telah berfirman:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada sesembahan haq (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat (keagungan-Nya)”.(QS. An-Naml : 62)
Sumber: https://muslim.or.id/