Type Here to Get Search Results !

 


PELAJARAN DARI SEMUT

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

الْحَمْدُ لِلَّهِ والصلاة والسلام على رسول الله و بَعْدُ

Banyak sekali tanda-tanda kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā yang selayaknya oleh seorang Mu'min dijadikan sebagai i'tibar, yang dengannya dia memperhambakan dirinya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Diantara tanda kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Allāh ciptakan sebagian makhluk-makhlukNya yang begitu kecil, diantaranya adalah semut.

Subhānallāh ! 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menceritakan tentang seorang Nabi (Nabi Sulaymān 'alayhissalām), dia bersandar pada sebatang kayu dan ternyata ada seekor semut yang mengigitnya. Kemudian dia marah, lantas membakar sarang semut tersebut seluruhnya.

Allāh menegurnya, Allāh mengatakan kepadanya: 

"Engkau telah membunuh satu spesies makhluk hidup yang mereka menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Bukankah hanya satu ekor semut? Allāhu Akbar ! 

Jadi pada intinya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengecamnya karena membunuh sarang semut karena kesalahannya (berupa bersandar di sarang semut), dimana satu semut mengigitnya, tetapi kemudian dia bunuh seluruh semut.

Dan ini menunjukan kepada kita bahwa semut adalah makhluk ciptaan Allāh, yang dia menyembah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Saya teringat kisah Nabiyullāh Sulaymān 'alayhi afdhalush shalāta wat taslīm, Allāh memuat dalam kisah Al Qurān bahkan diberi dengan nama surat An Naml (surat semut): 

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (١٨) فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا... (١٩)

"Hingga apabila mereka (Nabi Sulaymān dan para pasukannya) sampai di lembah semut (bernama Wadi Naml), berkatalah seekor semut (ratu semut/semut betina): 

'Wahai seluruh bangsa semut, masuklah kedalam lubang-lubang (sarang-sarang) kalian, jangan sampai kalian terinjak oleh Sulaymān dan bala tentaranya, mereka tidak pernah merasa (tidak sadar) telah menginjak kalian.'

Maka Sulaymānpun tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu."

(QS An-Naml: 18-19)

⇒ Ternyata diketahui memang  yang memerintah semut adalah semut ratu (semut betina).

⇒ Semut ratu ini yang memerintahkan/mengeluarkan segala macam perintah-perintah kepada rakyatnya dan ini menunjukan kebenaran firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāhu Akbar ! 

⇒ Lantas seketika seluruh rakyatnya patuh dan tunduk kepada pimpinan mereka, seketika seluruhnya masuk kedalam sarang-sarang mereka.

Subhānallāh ! 

Ada pelajaran yang bagus kita ambil daripada kisah semut ini, bahwasanya kepatuhan masyarakat (rakyat) kepada pemimpin dalam perkara-perkata ma'ruf akan menyelamatkan.

Bayangkan, andaikata masyarakat semut tidak patuh kepada pemimpin mereka apa jadinya? Boleh saja mereka akan terinjak-injak dan binasa. 

Subhānallāh ! 

Tapi tatkala mereka semua masuk kedalam liang-liang mereka maka semua selamat.

Demikian juga dalam masyarakat besar, suatu negeri yang taat kepada pemimpinnya maka in syā Allāh masyarakat menjadi aman, damai dan selamat.

⇒ Dalam perkara-perkara ma'ruf tentunya. 

Tapi yang menentang pemimpinnya, maka akan terjadi berbagai macam ragam kerusakan. 

Karena itulah dalam agama Islam, Allāh Tabāraka Ta'āla mengatakan: 

أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

"Patuhilah Allāh, patuhilah Rasūl Nya dan para pemimpin kalian"

(QS An Nisā: 59)

Dan ayat yang mulia ini menunjukkan kepada kita bahwa seorang pemimpin wajib bertanggung jawab dengan seluruh masyarakatnya.

Lihatlah seekor ratu semut, betapa dia sangat bertanggung jawab dengan segala macam bentuk rakyatnya, sehingga dia keluarkan perintah: 

"Wahai masyarakatku seluruhnya masuklah kedalam sarang-sarang kalian, karena Sulaymān akan lewat dengan bala tentaranya."

Ini menunjukkan apa? 

Menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bertanggung jawab menjaga seluruh masyarakatnya dari segala yang membahayakan mereka.

Dan sungguh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah mengancam seorang pemimpin yang harsyun lira'iyatihi (menzhalimi rakyat/masyarakatnya) yaitu terancam tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya surga.

Subhānallāh ! 

Maka sungguh pelajaran semut yang disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla ini mengkuatkan kepada kita akan benarnya firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan sabda-sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Wajib bagi seluruh masyarakat untuk ta'at kepada pemimpin karena disanalah letak kebahagian dan keselamatan mereka. 

Dan sungguh kita melihat di negeri-negeri kaum muslimin tatkala masyarakatnya tidak ta'at kepada pemimpin, bahkan membangkang dan memberontak sehingga terjadi/muncullah pertumpahan darah dan fitnah; negerinya chaos berkepanjangan, peperangan dan seterusnya. 

Ini gara-gara melanggar ketentuan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tapi kisah semut ini akan menjadi i'tibar sepanjang zaman bagi orang-orang yang berakal bahwasanya: 

⑴ Wajib bagi setiap masyarakat untuk taat kepada pimpinan. 

⑵ Wajib bagi setiap pemimpin melindungi rakyatnya dari segala yang membahayakan mereka, baik dari berbagai macam perkara/bahaya syahwat maupun bahaya syubuhāt, dia wajib melindungi masyarakat rakyatnya.

والله تعالى أعلم

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

By Abu Fairuz, Lc. M. A

Sumber: https://biasnoeha.blogspot.com/

Tags