Type Here to Get Search Results !

 


MEMBERSIHKAN HATI DARI CINTA DUNIA


Kisah Nyata, Kesaksian Abdullah Bani’mah.

Dalam hidup ini, manusia bisa menjadi penyeru kepada kebaikan dan hidayah atau menjadi penyeru kepada keburukan dan kesesatan. Manusia bisa menjadi orang yang diseru kepada kebaikan dan hidayah atau diseru kepada keburukan dan kesesatan.

Pilihlah, Anda di posisi yang mana?

Semoga Allah memuliakan kita dengan mengaruniakan kepada kita sahabat-sahabat yang saleh yang mengingatkan kita kepada Allah agar hati kita menjadi suci.

Sungguh hati kita ini telah dipenuhi dengan kotoran dunia

Kalau kita tidak berusaha untuk menyelamatkan hati kita dari kotoran dunia, maka kita akan binasa. Hendaklah kita koreksi diri kita sendiri, apakah pemikiran kita adalah pemikiran akhirat atau dunia?

Hendaklah kita koreksi diri kita sendiri, apakah aktivitas kita sehari-hari penuh dengan dzikir kepada Allah dan menjadikan setiap aktivitas kita sebagai sarana untuk ibadah sesuai dengan keridhaan Allah? Ataukah ibadah kita sehari-hari terbatas pada shalat lima waktu saja? Artinya aktivitas-aktivitas kita di luar shalat banyak yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam?

Apakah aktivitas-aktivitas kita di luar shalat untuk kepentingan akhirat,  atau untuk kepentingan dunia?

Apakah kita termasuk orang yang tamak terhadap dunia, berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan halal atau haram?

Apakah kita termasuk orang yang berambisi untuk mencapai kedudukan dan jabatan meskipun harus menzalimi orang lain dan menghalalkan segala cara?

Apakah kita termasuk orang yang berambisi mencari pengaruh dan pengikut meskipun harus berdusta, memfitnah orang lain dan memprovokasi masyarakat?

Apakah kita termasuk orang yang berambisi untuk menggapai dunia meskipun harus berbuat kesyirikan, kekufuran, kemunafikan dan kebid’ahan?
Baca Juga  Apakah Boleh Kita Mengatakan Bahwa Husain Meninggal Syahid?

Apakah kita termasuk orang yang mencari kepuasan dunia meskipun harus berbuat dosa besar seperti membunuh, berzina, berjudi, berbuat riba dan dosa-dosa lainnya?

Manusia bisa berbohong kepada orang lain bahwa pemikiran kita dan aktivitas kita sehari-hari adalah untuk mencari ridha Allah dan mengharap negeri akhirat, tetapi dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri dan tidak bisa membohongi Allah.

Hendaklah kita sadar dan bertaubat sebelum malaikat maut tiba mencabut nyawa kita. Hendaklah kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membersihkan hati kita dari kotoran dunia.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah sesungguhnya pada tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh anggota tubuh lainnya, jika ia rusak maka rusaklah seluruh anggota tubuh lainnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati.”[HR Muslim]

Kalau hati kita masih dipenuhi dengan dunia, lalu datang suatu kejadian berat menimpa kita maka kita tidak akan mampu memikulnya, tidak mampu untuk tawakkal, tidak mampu untuk sabar, tidak mampu untuk mengucapkan kalimat tauhid “La ilaha illallah”.

Pernah suatu ketika terjadi kebakaran di gedung apartemen tempat kami tinggal. Saat itu tidak ada orang lain kecuali aku sudah dalam keadaan lumpuh dan ibuku. Kami tertidur dengan pulas. Aku terbangun dikarenakan asap yang telah menyesakkan nafasku dan dikarenakan orang-orang di luar pintu menggedor-gedor pintu apartemen kami dengan kerasnya. Saat itu aku sedang berpuasa sunnah. Setelah aku terbangun dan melihat kebakaran, seharusnya yang pertama keluar dari lisanku adalah berdzikir kepada Allah seperti mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, laa ilaha illallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah atau lainnya sambil berusaha untuk mencari keselamatan. Tapi yang aku lakukan secara spontan karena panik adalah aku berteriak memanggil nama anak bibiku yang senantiasa membantu dan ikut merawatku, “Ahmad! Adnan! Ahmad! Adnan!”


MEMBERSIHKAN HATI DARI CINTA DUNIA

Hendaklah kita mengeluarkan dunia dari hati kita, jangan sampai kita diperbudak oleh dunia. Hendaknya akhirat lebih kita utamakan dari dunia. Caranya dengan dua jalan.

Pertama: Memohon bantuan dan pertolongan kepada Allah

Diantaranya dengan doa yang diajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah perbaikilah agamaku untukku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku, perbaikilah dunia untukku yang ia menjadi tempat hidupku, perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan.” [HR Muslim]

اللهمَّ اقسِمْ لنا مِنْ خشيَتِكَ ما تحولُ بِهِ بينَنَا وبينَ معاصيكَ ، ومِنْ طاعَتِكَ ما تُبَلِّغُنَا بِهِ جنتَكَ ، ومِنَ اليقينِ ما تُهَوِّنُ بِهِ علَيْنَا مصائِبَ الدُّنيا ، اللهمَّ متِّعْنَا بأسماعِنا ، وأبصارِنا ، وقوَّتِنا ما أحْيَيْتَنا ، واجعلْهُ الوارِثَ مِنَّا ، واجعَلْ ثَأْرَنا عَلَى مَنْ ظلَمَنا ، وانصرْنا عَلَى مَنْ عادَانا ، ولا تَجْعَلِ مُصِيبَتَنا في دينِنِا ، ولَا تَجْعَلِ الدنيا أكبرَ هَمِّنَا ، ولَا مَبْلَغَ عِلْمِنا ، ولَا تُسَلِّطْ عَلَيْنا مَنْ لَا يرْحَمُنا

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami” [HR Tirmidzi dan Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al Jamius Shaghir]

Kedua: Dengan banyak melakukan segala macam ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan

Seandainya kita diberi minuman di gelas berisikan air cuka, garam, terasi, saos tomat dan sambal tentu kita tidak akan meminumnya. Tapi jika gelas yang berisikan air yang kotor tadi kita alirkan air mineral yang bening dan sehat dari dispenser maka semakin banyak air mineral tadi kita alirkan ke gelas tersebut,  kotoran di gelas akan keluar. Hasilnya, air di gelas tersebut bening dan bersih, siap untuk diminum menghilangkan dahaga.

Wahai saudara-saudaraku, hati ini bagaikan gelas atau nampan yang berisikan kotoran dunia. Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kepada kita empat keran untuk membersihkan gelas tersebut. Empat keran yaitu mata, telinga, lisan dan pikiran. Anda melihat dunia, mendengar tentang dunia, berbicara tentang dunia dan berpikir tentang dunia sehingga jadilah hati ini cenderung kepada dunia.

Hendaklah jika Anda memandang sesuatu, perhatikan tentang keagungan ciptaan Allah, tentang hikmah Allah. Anda melihat orang yang lumpuh di depan anda, hendaklah berpikir bagaimana orang ini makan? Bagaimana minum? Mungkinkah aku menjadi lumpuh seperti dia? Dengan melihat orang yang lumpuh, hatimu menjadi lembut, tumbuh perasaan takut kepada Allah, Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat kesehatan.

Hati yang penuh dengan kotoran duniawi, hendaklah engkau masukkan ke dalam hati tersebut air keimanan, dan air keimanan ada bersama teman yang saleh yang akan membantumu dalam hal ketaatan kepada Allah. Sebuah titik putih ibarat tawas berupa secercah senyuman di hadapan wajah saudaramu. Sebuah titik putih berupa amar ma’ruf nahi munkar, bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, bersilaturahim, menjenguk orang sakit, ini semuanya adalah curahan air keimanan ke dalam hatimu hingga keluarlah segala kotoran duniawi dengan izin Allah.

Anda berpikir dan merenung tentang firman Allah, Anda mendengarkan atau membaca firman Allah, maka kotoran dunia  akan keluar dari hatimu,  insya Allah. Aku berpesan kepadaku dan Anda sekalian agar memberikan perhatian serius untuk memperbaiki hati kita.

Allah berfirman.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.

قُلْ اَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ ۗ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَاَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ

Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.

اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اِنَّنَآ اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ

(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari adzab neraka.”

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ

(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.” [Ali Imran/3: 14-17]

Saat Hidayah Menyapa, Daun Publishing
Fariq Gasim Anuz