Type Here to Get Search Results !

 


MENGENAL SOSOK-SOSOK DARI GENERASI AS-SABIQUNAL AWWALUN

  

Oleh: Ustadz Abu Minhal Lc

Dalam permulaan dakwah Islam, umat Islam mengenal adanya istilah as-sâbiqunal awwalûn. Dari kata   السَّابِقُوْنَ (as-sâbiqûn) yang artinya orang yang  terdahulu (daripada orang lain) dan  اْلأَوَّلُوْنَ (al-awwalûn) yang bermakna orang-orang yang pertama-tama. Maka, ketika digabungkan dua kata tersebut, bermakna orang-orang yang  terdahulu yang pertama-tama masuk Islam.

Al-Qur`ânul Karîm telah menyatakan perihal tingginya derajat as-Sâbiqûnal awwalûn, baik dari kalangan Muhâjirîn dan Anshâr di atas muslim lainnya, baik di masa generasi Sahabat, apalagi di atas generasi sekarang.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allâh ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allâh, dan Allâh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah/9:100].

Sebagian Ulama memandang mereka itu adalah orang-orang yang sempat mengerjakan shalat dengan mengarah dua kiblat, Baitul Maqdis dan Ka’bah. Sebagian yang lain menyatakan, mereka itu adalah orang-orang yang berbaiat dalam Baiat Ridhwan.[1]

Hanya saja, Imam adz-Dzahabi rahimahullah mempunyai pandangan lain dalam memaknai as-Sâbiqunal Awwalûn dalam kitabnya, Târikhul Islâm[2]. Secara implisit, Beliau rahimahullahn menyatakan bahwa as-Sâbiqûnal Awwalûn adalah orang-orang yang menyambut dakwah Rasûlullâh Muhammad  Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada periode dakwah fardiyyah dalam tiga tahun pertama dari tahun kenabian, karena setelah itu, beliau menuliskan bab tentang dakwah jahriyyah (secara terang-terangan).[3]

Dakwah fardiyyah ditempuh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah turun ayat dalam Surat Al-Muddatsir. Mulailah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah mengajak manusia kepada Allâh Azza wa Jalla  dan Islam secara sembunyi-sembunyi dengan mendatangi individu-individu tertentu. Dan secara logika, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulainya dengan keluarga sendiri, kawan-kawan dekat dan orang-orang yang punya hubungan baik dengan Beliau.

Orang-orang yang memperoleh kemuliaan dan taufik dari Allâh Azza wa Jalla sehingga menjadi pemeluk Islam pertama-tama yang kemudian dikenal dengan  as-Sâbiqunal Awwalûn  adalah:

  1.     Khadîjah binti Khuwailid .
  2.     Abu Bakar ash-Shiddiq [4] .
  3.     ‘Ali bin Abi Thâlib .
  4.     Zaid bin Hâritsah. 

Empat orang ini, memeluk Islam dalam hari yang sama[5]. Pada hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk mengemban dakwah Islam dan memperingatkan manusia.

Abu Bakar Radhiyallahu anhu tidak hanya bersegera mengimani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga mengambil bagian untuk mendakwahi orang-orang yang ia percaya dan sering berinteraksi dengannya secara sembunyi-sembunyi. Melalui dakwahnya, masuk Islamlah sejumlah pembesar suku Quraisy. Mereka adalah ‘Utsmân bin ‘Affân, Zubair bin Awwâm, ‘Abdur Rahmân bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillâh, dan Sa’d bin Abi Waqqâsh. Lalu Abu Bakar Radhiyallahu anhu membawa mereka ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [6]Mereka berdelapan inilah (di luar Khadijah binti Khuwaild Radhiyiallahu anha) yang dikenal sebagai delapan orang yang pertama dan segera memeluk Islam.

  1.     Abu ‘Ubaidah bin Jarrâh.
  2.     Abu Salamah bin Abdul Asad Al-Makhzûmi dan istrinya Ummu Salamah.
  3.     Al-Arqam bin Abil Arqam bin Asad bin ‘Abdullâh bin ‘Umar Al-Makhzûmi.
  4.     ‘Utsmân bin Mazh’ûn Al-Jumahi dan dua saudaranya, Qudâmah dan ‘Abdullâh.
  5.     ‘Ubaidah bin Al-Hârits bin Al-Muththalib bin ‘Abdu Manâf al-Muththalibi.
  6.     Sa’îd bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail Al-‘Adawi dan istrinya Fâthimah, saudari ‘Umar bin Khaththâb.
  7.     Asmâ binti Abi Bakar ash-Shiddîq
  8.     Khabbâb bin Al-Arats Al-Khuzâ’i.
  9.     ‘Umair bin Abi Waqqâsh, saudara lelaki Sa’d bin Abi Waqqâsh .
  10.     Salîth bin ‘Amr bin ‘Abdi Syams al-‘Âmiri dan saudaranya Hâthib .
  11.     ‘Ayyâsy bin Abi Rabi’ah bin al-Mughîrah al-Makhzûmi .
  12.     Asmâ binti Salâmah at-Tamîmiyyah, istri ‘Ayyâsy bin Abi Rabî’ah .
  13.     Khunais bin Hudzâfah as-Sahmi .
  14.     Ja’far bin Abi Thâlib dan istrinya Asmâ` binti ‘Umais.
  15.     Hâthib bin Harits al-Jumahi dan istrinya Fâthimah binti Mujallal .
  16.     Khathtâb bin Harits al-Jumahi dan istrinya Fukaihah binti Yasâr .
  17.     Ma’mar bin Hârits .
  18.     Sâib bin ‘Utsman bin Mazh’ûn .
  19.     Al-Muththallib bin ‘Azhar bin ‘Auf al-‘Adawi az-Zuhri dan istrinya Ramlah binti Abu ‘Auf.
  20.     Nu’aim bin ‘Abdillâh bin Asad al-‘Adawi .
  21.     Khâlid bin Sa’id bin Al-Ash bin Umayyah dan istrinya Umainah binti Khalaf.
  22.     ‘Amr bin Sa’îd bin Al-Ash
  23.     Hâthib bin ‘Amr Al-Amiri .
  24.     Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabî’ah .

Mereka ini (selain Zaid bin Haritsah) berasal dari berbagai marga yang menginduk kepada suku Quraisy.

    Dan yang termasuk As-Sâbiqûnal Awwalûn, namun bukan berasal dari suku Quraisy adalah ‘Abdullâh bin Mas’ûd al-Hudzali, Bilâl bin Rabâh budak Umayyah bin Khalaf,  Suhaib bin Sinân an-Namiri, Mas’ûd bin Rabî’ah al-Qâri, ‘Abdullâh bin Jahsy dan saudaranya, Abu Ahmad bin Jahsy, ‘Ammâr bin Yâsir, dan kedua orang tuanya, Yâsir dan Sumayyah, Âmir bin Fuhairah, budak Abu Bakar, ‘Abdullâh bin Qais dari kabilah Asy-‘Ariyyin, ‘Amr bin Abasah dari kabilah Sulaim, Abu Dzar dari Ghifâr, ‘Amir bin Rabî’ah dari ‘Anz bin Wâil.

    Ummu Aiman Barakah al-Habsyiah pengasuh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

    Ummul Fadhl Lubâbah al-Kubra bintil Hârits al-Hilâliyyah.

    Dan yang pasti, putri-putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena mereka hidup dalam tarbiyah orang tua terbaik yang istiqomah dengan fitrahnya dan jauh dari peribadahan kepada berhala-berhala, minum khamr, zina dan kebiasaan buruk penduduk Jahilyah pada waktu itu. [7]

Itulah nama-nama insan yang Allâh Azza wa Jalla menyegerakan hidayah bagi mereka untuk beriman kepada Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terakhir dan memeluk Islam. Mereka umat minoritas di atas al-haq yang berada di masyarakat yang paganis, dan mengalami degradasi moral dari berbagai aspek. Mereka menjadi manusia-manusia terasing dengan kebenaran yang mereka pegangi dengan teguh di tengah masyarakat yang mengagungkan tradisi leluhur.

Sudah menjadi kewajiban umat Islam untuk menghormati mereka dan Sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya dan mendudukkan mereka pada kedudukan tinggi yang sesuai dengan derajat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada mereka dan disampaikan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, mereka menjadi teladan terbaik bagi umat Islam masa kini untuk bersegera menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, bersabar dalam ketaatan kepada-Nya dan rela berkorban demi tegaknya Islam. Wallâhu a’lam.

_______

Footnote

[1]  Imam ath-Thabari rahimahullah dalam tafsirnya 7/10-13 terkait Surat at-Taubah:100 telah mengutip beberapa keterangan Ulama tentang makna as-Sâbiqunal Awwalûn.

[2]  Târîkhul Islâm 1/79-83.

[3]  Dalam as-Sîrah ash-Shahîhah karya Dr. Akram Dhiyâ al-‘Umari,  1/133-140 disebut dengan istilah al-Muslimûnal Awâil (Orang-orang Islam yang pertama-tama). Dan penulis menyebutkan pembahasan tersebut sebelum membahas tentang dakwah jahriyyah.

[4] Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada khilaf bahwa orang pertama dari Muhajirin adalah Abu Bakar ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu “( al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur`ân  8/217).

[5] Raudhatul Anwâri fî Sîratin Nabiyyi al-Mukhtâr, Shafiyyur Rahmân al-Mubarakfûri,  hlm. 34

[6] as-Sîrah  an-Nabawiyyah fî Dhaul Kitâbi was Sunnah , Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, 1/286.

[7] Dengan melihat individu-individu yang memeluk Islam pertama-tama dan suku-suku mereka, menjadi jelas bagi kita bahwa sejak awal, agama Islam bukanlah khusus bagi penduduk Makkah dan suku Quraisy. Lihat as-Sîrah ash-Shahîhah 1/133.

Sumber: https://almanhaj.or.id/

Tags