Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, Lc. M.A Hafizhahullahu Ta’ala
Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله.
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Tentang Semangat Dibulan Sya’ban
Wahai hamba-hamba Allah.. Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada semua yang hadir di tempat ini agar senantiasa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Kita tidak akan pernah berbahagia, kita tidak akan pernah terlepas dari penderitaan, dan kita tidak akan pernah dapat masuk surga kecuali kita menjadi insan yang bertakwa. Jangan mati kecuali dalam kondisi Islam. Bukankah Allah berpesan:
Betapa seringnya Allah Jalla Jalaluhu memanggil hamba-hambaNya dengan sifat yang mulia ini “Wahai orang-orang yang beriman”. Sebagian kita sampai hari ini tidak tahu berapa kali dipanggil sama Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga bagaimana dia akan menjalankan perintah Ilahi? Bagaimana dia akan menggapai kebaikan dan terhindar dari keburukan, kalau dia tidak pernah mendengarkan panggilan Allah ‘Azza wa Jalla.
Terkadang ada pengumuman yang diumumkan. Pengumuman itu biasanya hal-hal yang berharga dan diperlukan oleh orang-orang. Tapi kalau tidak mendengarkan pengumuman itu maka kita jadi tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi?
Bagaimana kalau pengumuman itu datangnya dari Rabbul ‘Alamin, dari Allah Jalla Jalaluhu? Allah mengajarkan: اتَّقُوا اللَّهَ (bertakwalah kalian kepada Allah), bukan sekedar di lisan, bukan sekedar dalam tulisan, bukan sekedar tampak dalam penampilan. Ingat bahwa Allah tidak melihat kepada rupa kita. Allah tidak melihat kepada harta yang kita miliki, mobil yang kita naiki, rumah yang kita tempati, jabatan yang kita duduki, Allah tidak melihat kesana, jama’ah. Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kita.
Dan tempatnya takwa, kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam:
التَّقْوَى هَاهُنَا
“Di sini (menunjuk dada) tempatnya takwa.”
Kalau sekedar di tulisan, kalau sekedar dalam lisan, dalam penampilan belaka, belum kita bertakwa dengan sebenarnya.
Laksanakan perintah Allah, jauhilah laranganNya walaupun tidak ada satupun yang memandang kita. Bersyukur kepada Allah. Sebagian kita hidup mengeluh dan terus mengeluh. Tatkala harga minyak naik, tatkala minyak goreng langka, bagaimana mengeluhnya dia? Dia lupa bahwa yang memberikan rezeki kepada dia tatkala harga minyak goreng murah itu Allah ‘Azza wa Jalla. Dan sekarangpun Allah yang memberikan rezeki.
Ingat, syukuri nikmat yang Allah berikan. Ingat kepada Allah..
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Kalian jangan mati kecuali dalam kondisi Islam.”
Iya saya orang Islam. Tapi ingat bahwa tidak ada jaminan kita mati dalam kondisi Islam. Bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan tentang akan datangnya masa:
“Pagi harinya beriman, sore harinya sudah kafir. Sorenya beriman, paginya sudah kafir. Dia menjual agamanya demi mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia.” (HR. Muslim)
Kita semua punya kesempatan yang sama untuk masuk surga, tapi kita juga punya kesempatan yang sama untuk masuk neraka. Tidaka ada bedanya antara yang di atas mimbar dengan yang duduk di sana.
Ahibbati fillah.. Sebagian kita hidup dengan kalender Masehi. Yang ada dalam benak dia bahwa hari ini tanggal 11 Maret.
Ahibbati fillah.. Apa belum tiba saatnya tidak untuk berbangga dengan peradaban umat Islam? Apakah belum tiba saatnya kita mengenang hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Ada yang sampai mati tidak tahu dengan kalender Hijriyah, dia tidak peduli.
Ahibbati fillah.. Hari ini tangagl 8 Sya’ban. Ada apa dengan 8 Sya’ban? Jika kita melihat kehidupan maka biasa-biasa saja. Pasar tetap buka seperti itu, masjid juga tetap buka seperti biasa.
Banyak di antara umat Islam yang lupa dengan keutamaan bulan Sya’ban. 22 hari lagi (dengan izin Allah) kita akan masuk ke bulan Ramadhan.
Usamah bin Zaid Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma, dia heran dengan sikap Nabi di bulan Sya’ban. Ada perubahan di diri Nabinya ‘Alaihish Shalatu was Salam.
“Bulan Sya’ban ini bulan yang dilalaikan oleh manusia (tidak dipedulikan oleh mereka), bulan ini bulan kecepit, lokasinya di antara bulan Rajab (salah satu bulan haram) dan bulan Ramadhan (bulan puasa yang semua umat Islam maklum dengan fadhilah dan keistimewaannya).”
Adapun bulan Sya’ban ada di tengah. Kita semua berfikir Ramadhan. Iya bahkan kita berdoa: اللهم بلغنا رمضان (Ya Allah sampaikan kami ke bulan Ramdhan). Tapi di bulan Sya’ban ini ternyata ada keistimewaan yang kata Nabi banyak orang lalai. Sehingga di bulan Sya’ban seperti biasa. Padahal kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Di bulan Sya’ban ini amalan manusia diangkat menuju Rabbul ‘alamin (yaitu pelaporan amalan sepanjang tahun terjadi dibulan Sya’ban).”
وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم
“Aku ingin diangkat amalanku dalam kondisi aku berpuasa.”
Cerita Ummu Salamah, cerita ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha, bagaimana Nabinya ‘Alaihis Salam, bagaimana suami mereka ketika di bulan Sya’ban? Yaitu hampir full pausa. Bahkan beberapa riwayat menyebutkan full bulan Sya’ban puasa, kecuali sedikit.
Seharusnya kita sudah mulai puasa sunnah di bulan Sya’ban. Seharusnya kita sudah mulai merencanakan.
Pernah melihat pemain bola yang ditonton oleh orang banyak? Mereka sebelas orang melawan sebelas orang. Mereka berlari, berjuang, berkeringat, berkorban, hanya untuk memasukkan bola ke gawang musuh. Tanyakan kepada mereka: “Berapa lama engkau berlatih? Berapa lama engkau jaga makan? Berapa jam engkau tidur?”
Semua diatur agar dapat mencetak gola, cuma goal. Sedangkan kita yang tidak akan lama hidup di dunia ini, kita santai?
Ini bulan Sya’ban, seharusnya kita sudah mulai berubah, memperbanyak puasa sunnah. Mungkin sebagian mengatakan “Kan tidak wajib?” Iya tidak wajib. Kalau engkau mau silahkan. Tapi ingat:
وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Untuk yang seperti ini seharusnya kita bersaing dan berlomba-lomba.”
Untuk mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi ini. Bagaimana kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah jauhkan wajahnya dari api neraka sepanjang tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari)
Nanti dibulan Ramadhan kita akan mendengar khatib menyampaikan bahwa ada satu pintu di antara delapan pintu surga yang namanya باب الريان. Itu pintunya orang-orang yang puasa, tapi bukan puasa Ramadhan.
Adapun puasa Ramadhan maka semuanya puasa. Itu pintu khusus orang-orang yang rajin puasa sunnah. Ada pintu khusus buat mereka. Maka di bulan Sya’ban ini kita seharusnya mempersiapkan diri.
Kalau pemain bola persiapannya berbulan-bulan hanya untuk main sekali, bagaimana untuk Ramadhan? Disaat pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, penyeru kepada kebaikan menyeru dengan mengatakan:
يا بغي الخير اقبل
“Wahai orang yang suka kebaikan, ini saatnya.”
Tapi bagaimana kita akan berlomba-lomba sedangkan kita tidak punya persiapan? Pernahkah melihat orang ikut lari marathon sedangkan dia tidak pernah lari sebelumnya?
Makanya kenapa kita lihat bulan Ramadhan menjadi bulan kuliner? Muncul makanan-makanan spesial yang hanya hadir di bulan Ramadhan? Kenapa demikian? Padahal ini bulan puasa, bukan bulan makan. Kenapa kita melihat harga telur naik, harga gula naik di bulan Ramadhan? Ada apa sebenarnya? Bukankah ini bulan puasa?
Jawabannya adalah karena ada sebagian kita yang menjadikan Ramadhan bulan wisata kuliner. Ketika berbuka dia makan yang enak-enak. Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarang hal itu. Tapi contohlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bulan ini bulan untuk berlomba-lomba meraih pahala. Di sinilah kita mempersiapkan diri.
Orang yang biasa puasa Sunnah di bulan Sya’ban, ketika masuk awal Ramadhan apakah waktu berbuka dia menjadi waktu untuk balas dendam? Jawabannya tidak. Ada yang puasa 20 hari di bulan Sya’ban, ada yang puasa 15 di bulan Sya’ban. Ketika Ramadhan dia berlari untuk meraih pahala yang sebesar-besarnya.
Sebagian ulama mengatakan: شهر شعبان شهرالقراء (Bulan Sya’ban ini bulannya pembaca-pembaca Al-Qur’an, bulannya penghafal-penghafal Al-Qur’an). Bagaimana ‘Amr bin Qais Al-Mula’i ketika masuk bulan Sya’ban maka tokonya tutup. Lalu dia fokus membaca Al-Qur’anul karim.
Kita kadangkala heran nanti di Ramadhan ada yang menyebutkan Imam Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala di bulan Ramadhan khatam Qur’an sehari semalam sebanyak dua kali. Sedangkan kita setahun belum tentu khatam Qur’an. Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya karena waktu mereka berkah. Tapi juga adalah latihan yang mereka lakukan.
Saatnya kita berkemas, membuka kembali koper milik kita, persiapkan untuk bulan Ramadhan. Bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Bersihkan hati kita dari segala kecintaan yang tidak diridhai Allah ‘Azza wa Jalla.
Semuanya bertaubat. Jangan ada yang sok suci karena sering ke masjid dan sering puasa sunnah. Tetap perbanyak taubat dan istighfar. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sekali duduk, beliau mengatakan: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ sebanyak 100 kali. Itu Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ini adalah bulan diangkatnya amalan. Minta supaya Allah mengampuni dosa kita. Semoga amal catatan kita diangkat dalam kondisi dosa itu sudah dihapuskan dan dalam kondisi kita berpuasa seperti Nabi kita mengatakan:
فأحبُّ أنْ يرْفعَ عملي وأنا صائمٌ
“Aku ingin amalanku diangkat dalam kondisi puasa.” (HR. An-Nasa’i)
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah kedua
Semangat Dibulan Sya’ban
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ahibbati fillah.. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tidak menghargai dua nikmat tersebut…”
Kalau dikasih duit, maka dia terima kasih, dia cerita kesana-kemari. Ketika naik jabatannya dia berbangga, keluarga semua senang. Tapi ada dua nikmat yang kita tidak menghargainya kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu: “kesehatan dan waktu kosong kita.”
Kita ini sering mengeluh karena isi dompet kita berkurang. Hal itu karena kita lupa dengan nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita. Hargai nikmat sehat di bulan Sya’ban ini.
Kalau mungkin kau sibuk jalan-jalan atau ada banyak kegiatan-kegiatan, maka tunda itu. Di bulan Sya’ban ini kau syukuri nikmat sehat untuk memperbanyak shalat malam, untuk datang ke rumah Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada lagi telat datang ke masjid.
Sebagian orang Jumatan sepekan sekali, sepekan sekali dia datang telat. Sedangkan dia tidak pernah telat ketiak bekerja. Padahal siapa yang memberi kedua kaki kepadamu? Apakah tempat kerjamu? Dua mata yang dengannya engkau melihat, apakah perusahaan yang memberi? Kita lupa dengan nikmat itu.
Waktu luang kita. Bayangkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengatakan ‘Subhanallahil adzim wabihamdih‘ maka Allah akan tanamkan satu pohon kurma buat dia di surga Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Tirmidzi)
Kita lihat bagaimana orang berlomba-lomba memiliki pohon sawit 1.000 hektar, 20.000 hektar, 40.000 hektar, berapa uang yang harus kita keluarkan? Dan tatkala mati dia tinggalkan sawit-sawit itu.
Engkau punya waktu luang, baca Subhanallahil adzim wabihamdih maka satu pohon kurma Allah tanamkan buat kita di surga. Sehingga tatkala kita meninggalkan dunia ini ada banyak kebun-kebun indah yang menanti kita.
Maka bulan Sya’ban ini manfaatkan benar-benar untuk memperbaiki diri, syukuri nikmat sehat, waktu-waktu kosong. Kadangkala handphone kita perlu ditinggalkan. Kalau tadi ‘Amr bin Qais Al-Mula’i menutup tokonya karena takut disibukkan dengan urusan dunia, kadangkala handphone kita perlu ada waktu-waktu kita Off-kan. Kita fokus baca Qur’an, kita fokus berdzikir, memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Ahibbati fillah.. berdoalah kepada Allah.. Minta sama Allah agar ditetapkan diri kita di atas agamaNya sampai ajal menjemput kita.