Dianjurkan Takbir dan Tahmid ketika Naik Turun Tangga?
Apakah dianjurkan membaca takbir dan tahmid ketika naik turun tangga di rumah?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Mengenai anjuran untuk bertakbir ketika melewati jalanan yang naik dan bertasbih ketika melewati jalanan yang turun, disebutkan dalam beberapa hadis. Diantaranya,
[1] Hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,
كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا
Kami para sahabat ketika melewati jalanan yang naik, kami bertakbir. Dan ketika melewati jalanan yang turun, kami bertasbih. (HR. Bukhari 2993)
Para sahabat ketika safar, mereka melintasi padang pasir dan daerah yang penuh dengan perbukitan. Sehingga mereka melewati jalanan menaiki bukit atau menuruni lembah.
[2] Keterangan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
وَكَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَجُيُوشُهُ إِذَا عَلَوُا الثَّنَايَا كَبَّرُوا وَإِذَا هَبَطُوا سَبَّحُوا
Nabi ﷺ dan pasukannya apabila melewati jalanan perbukitan yang naik, mereka bertakbir, dan apabila mereka turun, mereka bertasbih. (HR. Abu Daud 2601 dan dishahihkan al-Albani)
Selanjutnya apakah sunah ini juga berlaku ketika naik turun tangga?
Mengejar pahala dengan mengamalkan sunah, memang ciri ahlus sunah.
Sebagaimana dinyatakan dalam bait syair,
أهل الحديث هم أهل الرسول فإن … لم يصحبوا نفسه أنفاسه صحبوا
Ahlu hadis adalah keluarga Rasul.. Kalaupun mereka tidak menyertai jasad beliau, namun mereka menyertai nafas-nafas beliau.
Yang dimaksud nafas beliau adalah hadis-hadis Nabi ﷺ.
Karena itulah, dalam setiap bersikap, ahlus sunah selalu mendasarinya dengan dalil, selama memungkinkan. Sehingga amal mereka diiringi dengan semangat, meniru Nabi ﷺ.
Sufyan at-Tsauri mengatakan,
إِنِ اسْتَطَعْتَ ، أَلا تَحُكَّ رَأْسَكَ إِلا بِأَثَرٍ فَافْعَلْ
Jika kamu bisa tidak menggaruk kepalamu kecuali ada dalilnya, maka lakukanlah. (al-Jami’ li Akhlak ar-Rawi wa Adab as-Sami’, 1/197).
Kembali ke masalah naik turun tangga, apakah dianjurkan membaca takbir dan tasbih?
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.
[1] Dianjurkan untuk membaca takbir dan tasbih ketika naik turun tangga. Karena bacaan ini dianjurkan untuk setiap kegiatan menaiki sesuatu atau menuruni sesuatu. Termasuk tangga atau eskalator.
[2] Tidak dianjurkan untuk membaca takbir dan tasbih ketika naik turun tangga atau eskalator. Bacaan ini hanya dianjurkan ketika melakukan perjalanan yang melewati jalanan naik atau turun.
Karena tangga di zaman Nabi ﷺ sudah ada. Sebagaimana muadzin di Madinah, mereka naik turun tempat yang tinggi untuk mengumandangkan adzan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah pertama kali, juga pernah tidur di lantai dua di rumahnya Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu.
Namun tidak dijumpai riwayat, dimana beliau membaca takbir atau tasbih ketika itu. Beliau tidak mengajarkan hal ini, sebagaimana bacaan yang beliau ajarkan ketika keluar masuk rumah. Sehingga dzikir ini hanya berlaku untuk mereka yang melewati jalanan naik atau jalanan turun, bukan semua kegiatan naik turun.
Imam Ibnu Utsaimin ditanya mengenai hal ini, apakah takbir dan tasbih ketika naik dan turun itu khusus untuk safar atau berlaku juga ketika naik turun tangga?
Jawaban beliau,
” كان النبي صلى الله عليه وسلم في أسفاره إذا علا صَعداً كبر، وإذا نزل وادياً سبح، وذلك أن العالي على الشيء قد يتعاظم في نفسه، فيرى أنه كبير، فكان من المناسب أن يكبر الله عز وجل فيقول: الله أكبر، وأما إذا نزل فالنزول سفول فناسب أن يسبح الله عز وجل عند السفول، هذه هي المناسبة
Nabi ﷺ ketika beliau safar, jika beliau melewati jalanan yang naik, maka beliau bertakbir. Dan jika menuruni lembah, beliau bertasbih. Karena ketika seseorang berada di posisi yang tinggi, terkadang orang merasa tinggi jiwanya, sehingga dia merasa besar. Karena itu, dzikir yang sesuai adalah mengagungkan Allah dengan membaca Allahu akbar. Sementara ketika turun, maka dia merendah, sehingga dzikir yang lebih sesuai adalah bertasbih.
Kemudian beliau melanjutkan,
ولم ترد السنة بأن يفعل ذلك في الحضر، والعبادات مبنية على التوقيف، فيقتصر فيها على ما ورد، وعلى هذا فإذا صعد الإنسان الدرجة في البيت فإنه لا يكبر، وإذا نزل منها فإنه لا يسبح، وإنما يختص هذا في الأسفار” . انتهى من (لقاءات الباب المفتوح 3/102).
Dan tidak dijumpai dalam dalil yang shahih, beliau melakukan itu ketika tidak dalam keadaan safar. Sementara ibadah dibangun di atas prinsip mengikuti dalil. Sehingga harus sesuai riwayat yang ada. karena itu, ketika seseorang naik tangga di rumah, maka dia tidak dianjurkan untuk membaca takbir. Demikian pula ketika turun, tidak dianjurkan untuk bertasbih. Namun ini khusus ketika safar. (Liqa’ al-Bab al-Maftuh, vol. 3/102).
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/