Dulu, Yaman adalah negeri yang indah. Bagian selatan Jazirah Arab itu merupakan belahan bumi yang makmur dan cantik. Kebun-kebunnya hijau, subur, dan lebat. Buah-buahnya landai dan mudah dipetik. Banyak kapal bermuara di negeri Ratu Bilqis itu. Mereka membeli dan menjual juga berinteraksi dengan budaya lokal. Semua itu menciptakan kemajuan ekonomi, membuat wilayahnya terus berkembang, memperkaya budaya, dan kebutuhan harian semakin mudah terpenuhi. Kondisi ini membuat masyarakat Yaman hidup penuh kebahagiaan dan sukacita.
Namun kehidupan ini tak selalu satu warna. Allah ciptakan semuanya berpasangan. Ada suka yang berpasangan dengan duka. Ada bahagia, ada kesedihan. Ada kemajuan dan kemakmuran, adapula kemunduran dan kemiskinan. Musibah menimpa mereka dengan kehilangan sumber air utama. Kondisi kebun mereka yang hijau berubah menjadi berdebu. Tanah subur berganti tandus. Mereka ditimpa kekeringan yang tak berujung hingga membuat mereka bermigrasi ke berbagai penjuru Jazirah. Inilah yang menyebabkan mereka menjadi nenek moyang bangsa Arab. Lalu bagaimana mereka bisa ditimpa musibah kekeringan?
Sejarah Ma’rib
Propinsi Ma’rib di Yaman memiliki sejarah besar dan klasik. Bagaimana tidak, Ma’rib adalah ibu kota Kerajaan Saba’ di masa silam. Sebuah kerajaan kuno yang berdiri sekitar 1000 tahun sebelum Masehi. Ma’rib memiliki sejarah yang panjang. Menjadi saksi silih berganti kemajuan peraban di Yaman.
Di antara penunjang kegemilangan sejarah Yaman klasik itu adalah Bendungan Ma’rib. Sebuah bendungan yang masyhur dengan nama Bendungan Iram. Bendungan ini dibangun sekitar tahun 1750 SM dan 1700 SM. Artinya sejak abad ke-8 SM masyarakat Yaman telah mengenal arsitektur bendungan. Jadilah Bendungan Iram dinobatkan sebagai bendungan tertua di dunia. Bendungan ini dibangun oleh seorang arsitek yang bernama Samha’ali Yunuf bin Dzimar Ali (Arab: سمهعلي ينوف بن ذمار علي). Kemudian diperbaiki secara besar-besaran di abad ke-5 dan ke-6 M.
Bendungan Ma’rib tingginya 16 meter, lebar 60 meter, dan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar. 5.300 hektar dataran bagian selatan bendungan dan sisanya dataran sebelah barat seluas 4.300 hektar. Inilah yang diungkapkan dalam Alquran dengan dua kebun di sisi kiri dan kanan.
Pada tahun 542 M, icon peradaban kuno Yaman ini hancur. Kebun-kebun di sekitarnya yang ratusan tahun mereka nikmati hasilya luluh lantak. Dampaknya, kaum Saba kemunduran. Tak lama setelah itu, berakhirlah cerita tentang negeri Saba’. Fisik bendungan ini masih bisa dijumpai di zaman sekarang. Tepatnya di Kota Kuno Ma’rib
Letak Bendungan
Selain arsitektur bangunan, para arsitek di masa itu juga memperhitungan detil posisi bangunan. Bendungan ini terletak di antara tiga bukit. Sehingga air dari tiga arah dataran tinggi itu mengalir ke satu tempat. Semuanya tertampung di bendungan. Sebelum membangun bendungan, mereka meletakkan batu-batu padat dan timah. Batu-batu tersebut berfungsi sebagai gerbang dan timah-timah untuk menahan air.
Runtuhnya Bendungan Ma’rib
Sumber-sumber sejarah menyebutkan, sebelum Bendungan Ma’rib runtuh, bendungan ini memang mengalami kerusakan berat. Menurut sumber-sumber Arab, sekitar tahun 145 SM terjadi peperangan antara orang-orang Raidan dengan Kerajaan Saba’. Perang inilah yang menimbulkan kerusakan bendungan. Sampai akhirnya terjadi banjir arim seperti yang disebutkan dalam Alquran. Ada pula yang menyebutkan bendungan ini hancur karena tikus yang menggerogoti bebatuan bendungan.
Semua pendapat ini bisa digabung dan dikompromikan. Kerusakan berat diakibatkan peperangan. Kemudian gompelan-gompelan bendungan digerorgoti oleh tikus-tikus. Sehingga memperparah kerusakan.
Hancurnya bendungan ini menyebabkan kerusakan dan kerugian besar. Yaman yang hijau dan Makmur berubah menjadi negeri yang tandus dan gersang. Bahkan sekarang menjadi salah satu negeri termiskin di Jazirah Arab. Keadaan ini membuat penduduknya hijrah ke berbagai penjuru Jazirah Arab. Sehingga tersebarlah manusia di jazirah tersebut.
Akhir Masa Kemakmuran
Di masa akhir kejayaan peradaban Yaman, Kerajaan Ma’rib dipimpin oleh seorang raja yang bernama Amr bin Amir. Di masanya, orang-orang Saba’ hidup dalam kondisi aman dan Makmur. Kemudian salah seorang putri dari menterinya bermimpi. Ia bermimpi melihat dua ekor menghabisi makanan di kota. Kemudian si menteri bertanya kepada dukun tentang mimpi itu. Si dukun menafsirkan akan datang musibah yang menimpa kota akibat serangan tikus.
Dari sini, si dukun menganjurkan agar orang-orang melatih kucing-kucing untuk berburu tikus. Dan menyarankan agar raja dan pihak pemerintah memberi hadiah bagi siapa yang berhasil membunuh sejumlah besar tikus. Hingga tikus-tikus menghilang dari kota. Kemudian istri raja bermimpi melihat bayangan petir dan guntur yang menyambar segala sesuatu di kota yang berakibat hancurnya kota. Setelah itu tikus-tikus datang lagi menghancurkan negeri itu.
Mimpi sang istri membuat Raja Amr bin Amir begitu khawatir. Ia pergi menuju Bendungan Ma’rib, ternyata ia lihat ada tikus yang sedang menggerogoti bendungan. Sampai-sampai tikus itu mampu memakan bebatuan besar dan menggesernya dari posisinya. Dia pun yakin bahwa kehancuran akan datang. Dan tak ada jalan untuk menghindarinya.
Allah Ta’ala mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya,
﴿لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَى أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ (17)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” [Quran Saba: 15-17].
Pelajaran:
Ma’rib adalah negeri yang sangat makmur, sangat indah, dan sangat hijau. Kemudian berubah menjadi negeri yang begitu kering dan panas. Namun penduduknya kufur kepada Allah. Kemudian Allah ganti kenikmatan itu dengan kesulitan. Mari kita jaga negeri kita ini dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya dengan menaati Allah Ta’ala.
Sumber: https://kisahmuslim.com/