Bagaimanakah semangat para ulama dalam menulis? Ternyata mereka bisa menghasilkan beribu-ribu lembar bahkan jutaaan lembar. Ini karya mereka bagi umat Islam.
- Muhammad ibnu Jarir Ath Thobari (wafat: 310 H), penulis kitab Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wilil Ayil Qur’an menulis dalam sehari 40 lembar. Kira-kira beliau seumur hidupnya telah menulis 584.000 lembar.
- Imam Abul Wafa’ ‘Ali bin ‘Aqil Al Hambali Al Baghdadi (wafat: 513 H) –manusia tercerdas di jagad raya kata Ibnu Taimiyah-, beliau menulis kitab Al Funun dalam 800 jilid, di mana di dalamnya berisi pembahasan tafsir, fikih, nahwu, ilmu bahasa, sya’ir, tarikh, hikayat dan bahasan lainnya
- Imam Abu Hatim Ar Rozi menulis kitab musnad dalam 1000 juz
- Ibnul Jauzi (Abul Faroj ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al Jauzi, wafat: 597 H), murid dari Ibnu ‘Aqil, beliau telah menulis 2.000 jilid buku dan buku yang beliau pernah baca adalah 20.000 jilid. Adz Dzahabi sampai mengatakan tentang Ibnul Jauzi bahwa tidak ada yang semisal beliau dalam berkarya.
[Dinukil dari kitab ‘Uluwul Himmah, karya Syaikh Muhammad Al Muqoddam]
Coba lihat bagaimana semangat para ulama dalam menulis. Artinya, mereka setiap saat selalu menyibukkan diri mereka dengan ilmu. Lihat saja Ibnul Jauzi, hasil karya beliau saja 2000 jilid. Belum lagi beliau membaca, ternyata telah mencapai 20.000 jilid yang dibaca. Kalau kita perkirakan 1 jilid adalah 300 lembar. Berarti yang telah dibaca oleh Ibnul Jauzi sekitar 6 juta lembar dan yang telah ditulis kisaran 600 ribu lembar. Bayangkan saja bagaimana semangat mereka dalam memanfaatkan waktu? Sungguh, di dalam kisah mereka yang sudah tiada terdapat teladan bagi kita yang masih hidup. Marilah kita menorehkan karya besar untuk umat Islam saat ini.
Jadilah orang yang manfaat bagi manusia. Dalam hadits disebutkan,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ
“Manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang banyak memberikan kemanfaatan bagi orang lain.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir, 12: 453).
Di antara faedah menulis bagi kita:
Menulis semakin menjaga ilmu.
Menulis semakin menambah ilmu.
Menulis semakin membawa faedah bagi orang banyak.
Menulis adalah bagian dari berdakwah dengan tulisan.
Semoga kita menjadi orang yang banyak memberikan jasa pada umat Islam di jagad raya.
Semangat Ibnu Taimiyah dalam Menulis
Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni, terkenal dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah orang yang sudah sangat ma’ruf dengan karya-karya tulisnya. Beliau ternyata adalah orang yang gemar menjaga waktunya dalam hal yang bermanfaat, terutama dalam menulis, sampai karyanya mencapai 500 jilid dan ada yang katakan bahwa karya beliau sebenarnya tidak bisa dihitung banyaknya. Berikut sedikit tentang kisah beliau.
Ibnu Taimiyah adalah orang yang tidak pernah melalaikan sedikit pun dari waktunya. Beliau selalu sibukkan waktunya dengan belajar, menulis atau ibadah. Kalau mau dihitung hasil karyanya, ada ratusan yang sulit sekali dihitung, bahkan beliau sendiri sukar untuk menghitungnya.
Ibnu Syakir Al Katbiy berkata, “Karya beliau telah mencapai 300 jilid. Adz Dzahabi berkata bahwa karya Ibnu Taimiyah sampai saat ini telah mencapai 500 jilid.”
Ibnul Qayyim berkata, “Aku telah menyaksikan bagaimana kuatnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam mengikuti sunnah, dalam berbicara, dalam berjalan dan dalam menulis. Semua itu sangat menakjubkan. Dalam sehari beliau bisa menulis sebagaimana seseorang yang cuma sekedar menyalin (copy-paste) yang menghabiskan waktu satu Jum’at (satu minggu) atau lebih dari itu.”
Al ‘Allamah Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Adapun karya tulis beliau, maka sungguh teramat banyak hingga tersebar di berbagai penjuru negeri. Tidak ada seorang pun bisa menghitungnya.” (Dinukil dari Sholahul Ummah fii ‘Uluwwil Himmah, 4: 172-173)
Faedah dari perkataan murid Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam Madarijus Salikin (3: 129-130), di mana beliau berkata,
وإذا أراد الله بالعبد خيرا أعانه بالوقت وجعل وقته مساعدا له وإذا أراد به شرا جعل وقته عليه وناكده وقته فكلما أراد التأهب للمسير لم يساعده الوقت والأول كلما همت نفسه بالقعود أقامه الوقت وساعده
“Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang, maka Allah akan menolongnya untuk memanfaatkan waktu dengan baik, waktu tersebut yang akan menolongnya. Sebaliknya, jika Allah menghendaki kejelekan, waktunya malah jadi celaka untuk dirinya. Waktu tersebut akan merintangi dan tidak akan menolongnya. Jadi, kalau ia punya semangat yang kuat untuk memanfaatkan waktu dalam kebaikan, waktu tersebut akan mendukung dan menolongnya”
Semangatlah memanfaatkan waktu dalam kebaikan dan senantiasa meminta pertolongan dari Allah. Segalanya jadi mudah dengan ‘inayah (pertolongan) Allah.
Wallahul muwaffiq.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Sumber: https://rumaysho.com/