Type Here to Get Search Results !

 


TAUHID SEBAGAI PENGGUGUR DOSA #1

 

Pengantar Penterjemah

Pelajaran tauhid merupakan pelajaran yang harus senantiasa diulang-ulang. Tidak boleh bagi kita merasa sudah paham karena sudah pernah sekali atau dua kali belajar, lalu tidak pernah mengulang kembali. Di antara metode yang dapat digunakan untuk mengulang-ulang pelajaran tauhid adalah senantiasa mendengarkan dan menyimak ceramah atau tulisan yang berkaitan dengan tauhid yang disampaikan oleh para ulama.

Inilah yang memotivasi kami untuk menerjemahkan salah satu ceramah Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu Ta’ala yang berjudul “Fadhlu Tauhiid wa Takfiiruhu li Dzunuub” (Keutamaan tauhid dan bahwa tauhid tersebut dapat menyebabkan terampuninya dosa-dosa), dengan sedikit perubahan seperlunya. Kami tambahan sub-judul untuk memudahkan pembaca menyimak isi ceramah beliau. Semoga usaha kami ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.

Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu Ta’ala berkata:

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kekasih-Nya. Kami bersaksi bahwa beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanat, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, sehingga meninggalkan kita di atas cahaya yang terang benderang, malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang setelah wafatnya beliau, kecuali akan celaka.

Ya Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Mu, Muhammad, serta kepada keluarga, shahabatnya, dan orang-orang yang mengambil petunjuk mereka sampai hari kiamat. Amma ba’du.

Aku memohon kepada Allah Ta’ala untuk menjadikan aku dan kalian termasuk orang-orang yang apabila diberi kenikmatan, maka bersyukur. Apabila diberi ujian, maka bersabar. Apabila berbuat dosa, maka memohon ampun. Sebagaimana aku memohon kepada Allah untuk mengaruniakan kepada kita taufiq agar dapat mewujudkan (merealisasikan) tauhid, mengamalkannya, menyempurnakannya, dan membersihkannya dari hal-hal yang dapat mengurangi atau menodai kesempurnaannya. Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah penolong bagi orang-orang yang shalih.

Pentingnya mempelajari tauhid

Tidak diragukan lagi bahwa pertemuan ilmiah ini -yang bertema “tauhid”– merupakan pertemuan yang penting, bahkan yang paling penting. Karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang dasar paling pokok, yaitu hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya. Hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya tersebut adalah mentauhidkan-Nya, ikhlas kepada-Nya, berserah diri, dan beramal karena Allah Ta’ala tanpa menyekutukan-Nya dengan yang selain-Nya. Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi serta penghuninya yang dibebani syariat, semuanya itu agar mentauhidkan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ؛ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ؛ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi Rizki, Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat : 56-58)

Allah Ta’ala memiliki hak atas hamba-Nya agar mereka selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya. Agar mereka mentauhidkan-Nya sehingga tidak menyembah sesuatu pun selain-Nya. Serta agar mereka mengikhlaskan agama dan ibadahnya kepada-Nya semata sebagai pelaksanaan dari firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ ؛ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

”Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari kesyirikan).” (QS. Az-Zumar : 2-3)

Inilah hak Allah Ta’ala atas hamba-hambaNya, sehingga para Rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ’Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl : 36)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

”Dan Kami tidaklah mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ’Bahwasannya tidak ada sesembahan (yang benar) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.’” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)

Tauhid itu sama dengan Islam secara umum

Tauhid merupakan sesuatu yang telah disepakati oleh semua rasul. Inilah Islam, dimana Allah Ta’ala tidak menerima selain Islam dari siapa saja. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

”Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19)

Yang dimaksud dengan Islam dalam ayat ini adalah tauhid yang bersih dan terbebas dari kotoran kesyirikan yang menodai kemurnian dan keikhlasannya. Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

”Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya. Dan di akhirat nanti, dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran : 85)

Islam seperti ini tidaklah khusus bagi umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan seluruh umat yang diutus Rasul kepadanya, semuanya dituntut kepada Islam yang satu seperti ini. Inilah Islam dalam pengertian luas yang diperintahkan kepada seluruh makhluk. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

”Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran : 19), maka Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa alaihimus salaam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam semuanya berada di atas Islam.

Islam yang disepakati oleh seluruh Rasul dan diperintahkan kepada seluruh umat manusia adalah, ”Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk patuh kepada-Nya dengan penuh ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya”. Inilah bentuk berserah diri yang bermanfaat bagi seorang hamba. Inilah bentuk berserah diri dan Islam yang diperintahkan kepada seluruh makhluk dari golongan jin dan manusia.

Tauhid memiliki keutamaan yang sangat banyak

Tauhid memiliki keutamaan yang besar bagi pemiliknya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya dengan konsisten di dunia dan di akhirat. Jiwa itu mempunyai sifat tertarik untuk mendengar dan mengetahui keutamaan sesuatu. Karena terkadang dia menyangka bahwa keutamaan dari sesuatu itu hanya satu dan tidak berbilang. Ketika keutamaannya banyak, maka akan semakin banyak pula sisi ketertarikannya terhadap sesuatu tersebut. Dia akan perhatian kepadanya, bersemangat mendapatkannya, dan menjelaskan kepada manusia tentang keutamaan yang akan mereka dapatkan kalau memegang teguh tauhid ini.

Oleh karena itu, di dalam Kitab Tauhid karya Syaikh Al Mujaddid Muhammad At-Tamimy rahimahullah, yang dijadikan sebagai bab pertama adalah, ”Bab Keutamaan Tauhid dan Pengampunannya terhadap Dosa”. Mengapa demikian? Karena jika seorang hamba memahami keutamaan, pengaruh dan kebaikan yang ditimbulkan oleh tauhid bagi dirinya sendiri dan manusia secara umum di dunia dan di akhirat, maka jiwa manusia akan tertarik. Keinginannya untuk mengenal tauhid dan meninggalkan lawannya (yaitu syirik) menjadi meningkat. Karena dengan lawannya (yaitu syirik), maka hilanglah keutamaan, pengaruh dan kebaikan dari tauhid ini.

Tema pembahasan kali ini adalah, ”Keutamaan Tauhid dan Pengampunannya terhadap Dosa”. Pengampunan terhadap dosa adalah salah satu pengaruh dari tauhid. Oleh karena itu, keutamaannya tidak dibatasi pada hal itu saja. Allah Ta’ala telah memberikan nikmat kepada hamba-hambaNya dengan menjelaskan tauhid ini kepada mereka. Serta menjelaskan kepada mereka bahwa dosa-dosa dan kesalahan ahli tauhid akan diampuni. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang tingkatannya lebih rendah dari syirik bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa’ : 48)

Dosa selain syirik akan diampuni oleh Allah Ta’ala bagi siapa saja dari hamba-hambaNya yang Dia kehendaki.

Bagian pertama


ISLAM MENGHAPUS DOSA DAN KESALAHAN SEBELUMNYA

Ahli tauhid adalah orang-orang yang membersihkan tauhid mereka dari kesyirikan. Hal ini bisa diraih dengan mewujudkan dua kalimat syahadat, yaitu syahadat laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الإسلام – يعني التوحيد – يجب ما قبله، والهجرة تجب ما قبلها

”Islam (yakni tauhid) akan menghapus (dosa) yang sebelumnya. Dan hijrah juga akan menghapus (dosa) yang sebelumnya.” (HR. Muslim) [1]

Orang-orang yang mewujudkan Islam, yaitu dengan berserah diri kepada Allah dengan mengharap wajah-Nya tanpa disertai kemunafikan dan riya’, berlepas diri dari kesyirikan dan mengingkari thaghut, dan mengetahui makna dua kalimat syahadat, maka Islam yang seperti ini akan menghapus (dosa-dosa) sebelumnya. Oleh karena itu, yang pertama kali didapatkan oleh seorang hamba ketika masuk Islam adalah keislamannya itu akan menghapus dosa dan kesalahnnya di masa lampau, meskipun dosa yang terbesar, yaitu syirik akbar kepada Allah Ta’ala.

Ber-Islam adalah sarana terpenting untuk bertaubat. Islam juga merupakan sarana pengampunan dosa, meskipun syirik akbar. Maka bagaimana lagi dengan dosa di bawahnya seperti syirik ashghar, dosa besar, atau dosa secara umum lainnya? Dengan tauhid kepada Allah Ta’ala dan berlepas diri dari kesyirikan, maka akan terhapuslah dosa-dosa seorang hamba sebelumnya, apa pun bentuknya. Meskipun syirik akbar, membunuh, mengambil harta, melanggar kehormatan, atau terjatuh ke dalam dosa besar. Maka semua yang sebelum Islam akan diampuni dengan sebab keislamannya. Islam akan menghapus dosa sebelumnya.

Allah akan memberikan keutamaan bagi setiap muslim dengan mengampuni dosa-dosanya di akhirat –jika dia adalah seorang muslim muwahhid– sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala, dan di dunia jika dia bertaubat dengan benar. Barangsiapa yang bertaubat, maka tauhidnya akan memberikan manfaat baginya dari segala dosa, sehingga dosa-dosanya akan diampuni. Dan barangsiapa yang mengerjakan dosa yang tingkatannya di bawah dosa besar di dunia, maka tauhid dan amal shalihnya akan menghapus dosa-dosa kecilnya tersebut.

Hakikat tauhid yang dapat menyebabkan dosa-dosa terampuni

Adapun hakikat tauhid yang dapat menyebabkan dosa-dosa diampuni adalah seseorang tidak menyembah kecuali Allah Ta’ala semata. Seorang hamba mengetahui makna syahadat tentang Allah dengan meng-esa-kanNya, dan tentang Nabi-Nya dengan risalah-nya. Tauhid -yang memiliki keutamaan dapat mengampuni dosa- adalah Engkau mengetahui makna syahadat laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. Engkau bersaksi dengan syahadat yang agung ini secara terang-terangan dan tidak sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلىَ مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةَ حَقٌّ، وَالنَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

”Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (dan bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, serta ruh dari-Nya, (dan bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya, bahwa neraka adalah benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga betapa pun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam riwayat yang lain, ”Allah akan mengharamkan neraka baginya”. Barangsiapa yang bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka keutamaan pertama kali yang akan didapatkan –dengan derajat paling rendah sebagaimana penjelasan yang akan datang- adalah Allah Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga sebagai sebuah janji dari-Nya. Allah Ta’ala juga akan mengharamkan neraka baginya sebagai sebuah janji dari-Nya. Sedangkan janji Allah Ta’ala pasti benar.

Dalam hadits dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika menjelaskan keutamaan dua kalimat syahadat,

إنّه مَنْ قال لا إله إلا الله أو من شهد أنه لا إله إلا الله وأني رسول الله حرم الله عليه النار

”Barangsiapa yang mengatakan tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah, atau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah, maka Allah akan mengharamkan neraka baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam teks yang lain, ”maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga betapa pun amal yang telah diperbuatnya”, seperti yang terdapat di dalam hadits Ubadah. Ini semua adalah keutamaan dan pengaruh dari tauhid yang agung.

Pengelompokan ahli tauhid

Di sini kita perlu mencermati dua masalah berikut ini:

Apakah makna tauhid ini -yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya; berlepas diri dari kesyirikan dan ahlinya; mengingkari thaghut; meninggalkan syirik, baik besar maupun kecil- yang dapat memasukkan ke dalam surga betapa pun amal yang diperbuatnya?

Apakah makna bahwa Allah Ta’ala mengharamkan neraka baginya?

Adapun masalah yang pertama, yaitu akan dimasukkan ke dalam surga betapa pun amal yang diperbuatnya, maksudnya adalah “tempat kembali ahli tauhid adalah di surga”.

Beberapa kelompok ahli tauhid:

Pertama adalah kelompok yang men-tahqiq (mewujudkan) tauhid

Kedua adalah kelompok yang di dalam tauhidnya tercampur antara amal yang baik dan amal yang buruk

Ketiga adalah kelompok yang bertauhid, namun membawa dosa yang banyak sekali.

Golongan yang pertama

Barangsiapa yang men-tahqiq tauhid maka akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Makna men-tahqiq tauhid adalah menyempurnakan tauhid, sehingga dia ikhlas kepada Rabb-nya, takut dan berharap kepada-Nya. Men-tahqiq tauhid juga berarti membersihkan diri dari syirik besar dan kecil, dari sarana yang mengantarkan kepada syirik besar dan kecil, dari bid’ah baik yang besar maupun yang kecil, serta dari maksiat dan dosa baik besar maupun kecil. Kecuali orang-orang yang bertaubat apabila berbuat dosa serta beramal shalih sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.

Keutamaan tauhid bagi orang seperti ini adalah bahwa akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab berjumlah tujuh puluh ribu sesuai dengan dalil dari hadits yang menjelaskan bahwa di antara umat ini pada saat hari kiamat terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Ini adalah sesuatu dimana kita berlomba-lomba untuk meraihnya.

Golongan yang kedua

Mereka adalah orang-orang yang mengamalkan tauhid, mentauhidkan Allah di dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat. Mereka beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Mereka membersihkan diri dari kesyirikan sebagai bentuk pelaksanaan dari firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

”Barangsiapa yang berharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka kerjakanlah amal shalih dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al-Kahfi : 110)

Akan tetapi, tercampur dalam amal mereka antara amal shalih dan amal yang buruk. Maka keutamaan tauhid bagi mereka adalah:

Apabila mereka bertaubat, maka Allah Ta’ala akan menerima taubatnya.

Jika mereka bertemu Allah Ta’ala dengan membawa dosa besar dan belum bertaubat, maka Allah Ta’ala mengampuni dosa tersebut bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Yaitu tanpa menghisabnya, Allah Ta’ala mengampuninya sesuai dengan kehendak-Nya.

Di antara mereka, amal buruk mereka ditimbang dan Allah Ta’ala memenangkan tauhid atas amal Baca Baca Juga:Juga:buruknya tersebut sebagai sebuah anugerah dari Allah Ta’ala.

Baca Juga: Larangan Mencela Seorang Muslim yang Sudah Bertaubat Dari Dosa Maksiatnya

Golongan yang ketiga

Mereka adalah orang-orang yang bertauhid. Keikhlasan dan tauhid mereka sangat kuat, demikian pula penjagaannya terhadap tauhid, berlepas dirinya dari kesyirikan, kebencian mereka terhadap kesyirikan dan kekufuran serta orang-orangnya, dan pengingkaran mereka terhadap thaghut. Akan tetapi, kesalahan dan dosa mereka juga banyak sekali.

Mereka digambarkan sebagai seorang lelaki yang datang pada hari kiamat sebagaimana yang terdapat di dalam hadits,

”Seorang lelaki datang pada hari kiamat di hadapan seluruh manusia. Ketika itu dibentangkan sembilan puluh sembilan lembaran catatan dosa-dosanya. Setiap lembaran jauhnya sejauh mata memandang, di dalamnya terdapat (catatan) kesalahan dan dosanya. Ketika melihat hal itu, dia merasa takut dan gelisah. Maka Allah Ta’ala berfirman kepadanya (yang artinya), ’Apakah ada yang Engkau ingkari dari semua ini?’ Dia menjawab, ’Aku tidak mengingkari sedikit pun’.

Maka diletakkanlah lembaran-lembaran tersebut pada daun timbangan kejelekan, sehingga menjadi lebih berat. Kemudian Allah Ta’ala berfirman kepadanya lagi (yang artinya), ’Apakah Engkau memiliki amal?’ Dia menjawab, ’Tidak wahai Tuhanku’. Allah Ta’ala berfirman kepadanya (yang artinya), ’Sekali-kali tidak’. Kemudian Allah Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu. Dia bertanya, ’Apakah ini wahai Tuhanku?’ Maka kartu tersebut diletakkan pada daun timbangan kebaikan, sehingga terangkatlah gulungan-gulungan tersebut.” [2]

Yakni, daun timbangan kebaikan menjadi turun karena lebih berat, sedangkan daun timbangan yang lain akan naik. Sehingga gulungan-gulungan tersebut akan naik karena sedemikian beratnya kartu tersebut. Di dalam kartu tersebut tertulis laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah.

Akan tetapi, apakah keutamaan ini didapatkan oleh setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah? Kalau demikian halnya, maka tidak ada seorang pun dari ahli tauhid yang masuk neraka. Karena Allah Ta’ala juga mengancam ahli tauhid yang melakukan dosa besar atau dosa lainnya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka terlebih dahulu, kemudian membersihkannya, dan memasukkannya ke dalam surga.

Akan tetapi, ini adalah keadaan khusus dimana tauhid di hati seseorang sangat besar. Demikian pula kecintaannya kepada Allah Ta’ala dan kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam serta keikhlasannya kepada Allah. Dia beriman kepada Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-Nya di dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat. Tidaklah dia beribadah kecuali hanya kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dia mencintai tauhid dan orang yang bertauhid, serta membenci kesyirikan dan pelakunya. Maka kartu inilah yang membedakannya dari seluruh umat yang lain sehingga terangkatlah lembaran-lembaran dosanya melawan besarnya keagungan tauhid.

Demikian pula, jika tauhid dalam hati seseorang sangat besar, maka hampir-hampir dia tidak akan berani untuk melakukan dosa atau terus-menerus terjatuh ke dalam dosa besar. Maka hal ini merupakan keadaan yang khusus bagi hamba tersebut yang membedakannya di hadapan manusia atau yang lainnya, dimana dia memiliki dosa yang sangat banyak, akan tetapi tauhid dan keikhlasannya kepada Allah Ta’ala juga sangat besar.

Hal ini akan memikat setiap orang dan memikat setiap di antara kita yang tidak dapat menjaga dirinya dari maksiat dan dosa. Atau yang mengerjakan dosa dan sedikit berbuat kebaikan. Setiap kali ilmu seorang hamba terhadap Rabb-nya bertambah, dia akan mengetahui bahwa dirinya membutuhkan sesuatu yang dapat membersihkannya dari dosa dan kesalahan, serta dari sedikit melaksanakan kewajiban.

Penerjemah: dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D

Catatan kaki:

[1] Lafadz hadits sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim adalah:

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ؟ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا؟ وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ؟

“Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam menghapuskan dosa yang telah lalu, hijrah menghapuskan dosa yang telah lalu, dan juga haji menghapuskan dosa yang telah lalu?” (HR. Muslim no. 121)

[2] HR. Tirmidzi no. 2644; Ibnu Hibban no. 2523; al-Hakim, 1/6; dan An-Nasai no. 4300. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 2563.

Baca setelah ini: Tauhid sebagai penggugur dosa #2

Sumber: Bagian kedua

Tags