Pertanyaan:
Apakah perbedaan antara nifaq dan riya’? Dan manakah yang lebih berbahaya bagi seorang muslim sekaligus juru dakwah (da’i)?
Jawaban:
Antara nifaq dan riya’, keduanya sama-sama jelek. Akan tetapi, nifaq itu lebih jelek dan lebih parah. Hal ini karena nifaq adalah seseorang menampakkan kebaikan, padahal dia menyembunyikan keburukan, baik berkaitan dengan i’tiqad (keyakinan) ataupun berkaitan dengan amal perbuatan. Meskipun demikian, nifaq yang berkaitan dengan keyakinan nifaq i’tiqadi), bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, wal ‘yaadhu billah. Sedangkan nifaq yang berkaitan dengan amal perbuatan (nifaq ‘amali) terkadang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, dan terkadang tidak. [1]
Adapun riya’, seseorang beramal shalih karena Allah Ta’ala, akan tetapi dia ingin dilihat manusia. Dia memperbagus amalnya, atau melakukan suatu amal dengan kualitas yang lebih baik, namun tujuannya mengharapkan pujian manusia dengan amalnya tersebut. Dia menginginkan kebaikan, namun dia memperhatikan pujian manusia atas amalnya, lalu dia pun memperbagus amalnya karena hal itu. Dari sini jelaslah bahwa nifaq itu lebih buruk.
Riya’ adalah salah satu ciri dari ciri-ciri orang munafik. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka,ÙŠُرَاءُونَ النَّاسَ ÙˆَÙ„َا ÙŠَØ°ْÙƒُرُونَ اللَّÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا Ù‚َÙ„ِيلًا
“Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ [4]: 142) [2]
Penulis: dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.
Sumber: https://muslim.or.id/5