Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Manusia dilahirkan oleh ibunya dalam kondisi tidak tahu apapun. Allah berfirman,
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا
“Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian, dalam keadaan kalian tidak mengetahui apapun.” (QS. an-Nahl: 78).
Selanjutnya, secara bertahap kita mendapatkan berbagai informasi, sehingga kita mengenal orang di sekitar kita. Kita mengenal orang tua kita, mengenal suadara kita, dan kita meyakini bahwa mereka adalah keluarga kita. Selanjutnya informasi itu bertambah, sehingga kita mengenal mana kawan, mana lawan, dst.
Dan kita memahami bahwa realita di sekitar kita, ada yang bisa kita indera dan ada yang tidak bisa dijangkau dengan indera. Seperti adanya malaikat, adanya jin, di masa silam ada Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan risalah, ada alam kubur, ada surga, ada neraka, kelak akan ada akhirat, dst.
Keyakinan yang berkaitan dengan objek yang tidak terindera inilah yang sering diistilahkan dengan aqidah.
Lalu dari mana kita bisa mengenal objek yang tidak terindera itu?
Ada tiga kemungkinan sumber:
[1] Dari akal dan logika, sehingga apa yang menurut logika kita benar, kita yakini sebagai aqidah.
[2] Dari perasaan, sehingga apa yang menurut perasaan kita benar, kita jadikan sebagai aqidah.
[3] Dari dalil, al-Quran dan Sunah. Sehingga apa yang disebutkan dalam dalil, itulah aqidah yang benar.
Tentu saja, dua jawaban pertama tidak benar, karena logika dan perasaan kita, tidak mampu menjangkau hal-hal ghaib yang hanya bisa diketahui melalui wahyu.
Kaum muslimin, kaum yahudi, nasrani, hindu, budha, konghuchu atau semua penganut ajaran agama, mereka memiliki logika dan perasaan yang seragam ketika dilahirkan. Karena apapun agamanya, mereka semua manusia, yang proses penciptaannya seragam.
Jika sumber aqidah dikembalikan kepada logika dan perasaan, seharusnya hasilnya memungkinkan untuk diseragamkan. Namun aqidah seorang muslim dengan aqidah orang kafir, apapun agamanya sangat jauh berbeda.
Karena itu, jawaban yang paling benar adalah pilihan yang ketiga, bahwa aqidah hanya mungkin bersumber dari al-Quran dan sunah.
Baca juga: Kaidah untuk memahami asma wa sifat Allah #1
Baca juga Kaidah untuk memahami asma wa sifat Allah #2
Cara Orang Awam Memahami Aqidah
Belajar adalah kata kuncinya. Mempelajari keterangan dan kesimpulan yang disampaikan para ulama.
Karena itulah, Nabi ﷺ mewajibkan setiap muslim untuk belajar, agar mereka bisa memiliki aqidah yang benar, dan semua cara beragamanya benar.
Nabi sﷺ bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Belajar ilmu agama adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah 224 dan dishahihkan al-Albani).
Prinsip yang Allah ajarkan dalam al-Quran, bahwa aqidah yang paling benar adalah aqidah para murid Nabi ﷺ, merekalah para sahabat.
Allah berfirman,
فَإِنْ آَمَنُوا بِمِثْلِ مَا آَمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا
Jika mereka beriman seperti imannya kalian (wahai para sahabat) maka mereka akan mendapatkan petunjuk. (QS. al-Baqarah: 137).
Allah memberikan jaminan, bahwa orang yang mengikuti imannya para sahabat akan mendapatkan petunjuk yang benar. Berarti makna kebalikannya, siapa yang tidak mengikuti aqidahnya para sahabat maka mereka akan sesat. (Bada’I al-Fawaid, 4/964)
Alhamdulillah, banyak sekali ulama yang menulis buku-buku seputar masalah aqidah, dengan penjelasan yang sangat mudah untuk dipahami. Sehingga kaum muslimin yang awam sekalipun, mudah bagi dia untuk bisa memahaminya. Mereka bisa membaca kitab-kitab aqidah yang ditulis ulama salaf ahlus sunah, sehingga mereka yakin bahwa apa yang tertulis di buku itu adalah aqidah ahlus sunah.
Dr. Abdul Aziz ar-Rais menjelaskan,
لمعرفة مذهب السلف طرق من أهمها أن تنص كتب العقائد على أن هذا مذهب السلف كأبي عثمان الصابوني في هذا الكتاب يذكر اعتقاد السلف وابن بطة في الإبانة الكبرى والصغرى والآجري في الشريعة ابن تيمية في الواسطية
Untuk memahami madzhab (aqidah) salaf, ada beberapa cara. Yang paling penting adalah apa yang dinyatakan dalam kitab-kitab aqidah bahwa keterangan itu adalah aqidah salaf (sahabat). seperti kitabnya Abu Utsman as-Shabuni, dalam kitab aqidahnya beliau menyebutkan aqidah salaf, Ibnu Batthah dalam kitab al-Ibana al-Kubro dan as-Shughra, al-Ajurri dalam kitabnya as-Syariah, atau Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Aqidah al-Wasithiyah.
Beliau melanjutkan,
فالأصل فيما حكاه عالم معروف بمذهب السلف ونسبه إليهم أنه كذلك حتى يتبين خلافه فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقا وقد أمرنا أن نتبعهم فلابد أن ربنا قد حفظه لنا بجمع العلماء له.
Prinsipnya adalah apa yang dinyatakan oleh para ulama yang dia dikenal sebagai ulama ber-aqidah salaf, dan mereka menyebutnya sebagai aqidah salaf, maka itu adalah aqidah salaf. Karena aqidah salaf itu pasti benar, dan kita diperintahkan untuk mengikuti mereka. Sehingga Allah pasti menjaga aqidah ini untuk kita, dengan cara Allah ciptakan para ulama yang menulis aqidah itu. (Mukadimah li Dirasah Kutub I’tiqad, hlm. 8)
Alhamdulillah, ada banyak sekali kitab-kitab aqidah yang ditulis oleh para ulama ahlus sunah, dan sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Diantaranya,
[1]. Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits, karya Imam Ismail bin Abdurachman Ash-Shabuni
Buku ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul: Aqidah Salaf Ashhabul Hadits
Diterbitkan: Gema Ilmu
[2]. Lum’atul I’tiqad, karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi
Buku ini diberi penjelasan oleh Imam Ibnu Utsaimin, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia.
Judul terjemah: Syarah Lum’atul I’tiqad Cara Mudah Memahami Nama Dan Sifat Allah
Diterbitkan: Media Hidayah
[3]. Aqidah al-Wasithiyah, Ibnu Taimiyah
Buku ini telah diberi penjelasan oleh Imam Ibnu Utsaimin dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Syarah Aqidah Wasithiyah Induk Akidah Islam.
Diterbitkan: Darul Haq
Kitabut Tauhid, karya Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi
Buku ini telah diterjemahkan dengan judul Kitab Tauhid, dan diterbitkan oleh banyak penerbit.
[4]. al-Qawaid al-Arba’, karya Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi
Duku ini telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Syarah al-Qawa’id al-Arba’: 4 Kaidah Memahami Kemusyrikan. Ada banyak sekali ulama yang memberikan penjelasan untuk buku ini, diantaranya adalah Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsriy.
Tauhid 1, 2, dan 3, karya Dr. Soleh al-Fauzan dan tim penulis tauhid
Mukhtashar fi al-Aqidah, karya Dr. Khalid al-Musyaiqih
Buku ini sangat direkomendasikan, dan sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul, Buku Pintar Akidah. Diterbitkan oleh: Wafa Press
[5]. Khudz Aqidatak, karya Muhammad Bin Jamil Zainu.
Buku ini telah diterjemahkan dengan judul: Ambillah Aqidahmu Dari Al-Qur’an Dan As-Sunnah Shahih.
Demikian, Semoga bermanfaat…
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/