لَا تَنْظُرُوا إِلَى صَلَاةِ امْرِئٍ وَلَا صِيَامِهِ وَلَكِنِ انْظُرُوا إِلَى صِدْقِ حَدِيثِهِ إِذَا حَدَّثَ ، وَإِلَى وَرَعِهِ إِذَا أَشْفَى وَإِلَى أَمَانَتِهِ إِذَا ائْتُمِنَ
"Janganlah kalian melihat (menilai) pada seseorang itu karena shalat dan puasanya (semata), tapi hendaknya kalian juga melihat kejujuran perkataannya ketika dia berbicara, wara' (hati yg tidak rakus) ketika menghadap serta memperoleh dunia (harta), dan juga amanahnya ketika dipercaya" (Az Zuhdul Kabiir 867)
(2). Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata :
أدركنا السلف وهم لا يرون العبادة في الصوم، ولا في الصلاة، ولكن في الكف عن أعراض الناس، فقائم الليل وصائم النهار، إن لم يحفظ لسانه؛ أفْلَس يوم القيامة
"Kami mendapati salaf, mereka tidak menilai ibadah itu hanya dalam puasa atau shalat (saja), tetapi juga pada menahan lisan dari menodai kehormatannya orang lain. Karena orang yang shalat di malam hari dan puasa di siang hari, jika dia tidak menjaga lisannya maka dia pun akan bangkrut di hari Kiamat kelak" (At-Tamhid 17/443)
إذا صارت المعاصي اللسانية معتادة للعبد، فإنه يعز عليه الصبر عنها، ولهذا تجد الرجل يقوم الليل ويصوم النهار ويتورع من استناده إلى وسادة حرير لحظة واحدة، ويطلق لسانه في الغيبة والنميمة والتفكه في أعراض الخلق والقول على الله ما لا يعلم
"Jika maksiat lisan telah menjadi kebiasaan seorang hamba, akan berat baginya bersabar untuk meninggalkannya. Oleh karena inilah engkau dapati seseorang yang biasa shalat malam dan puasa, serta berhati-hati tidak bersandar ke bantal sutera walaupun sedetik saja, tapi dia mengumbar lisannya berbuat ghibah serta namimah (mengadu domba), suka menghancurkan kehormatan orang lain & berbicara atas nama Allah dengan perkara yg tidak dia ketahui" (Uddatush Shabirin 127)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
Sumber: https://telegram.me/