Melongok ke Surga
Adapun surga, sungguh kenikmatan yang ada padanya sangat sulit untuk digambarkan serta disifati, karena keterbatasan pikiran dan alam khayal yang dimiliki oleh manusia sehingga mereka tidak mampu untuk menggambarkan kenikmatan surga, karena didunia ini tidak ada yang semisal dengannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Tidak ada didalam surga yang semisal yang ada didunia ini kecuali hanya sekedar penamaan saja. Surga itu –demi Allah- ialah cahaya yang bersinar terang, baunya wangi semerbak, dengan bangunan istana yang megah, sungai yang mengalir dibawahnya tidak pernah kering, tersaji buah-buahan segar, bersama bidadari yang cantik jelita, dipakaikan padanya pakaian yang indah, lalu tinggal diistana yang tinggi’.
Dan pernah Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang bangunan istana tersebut, maka beliau berkata:
لَبِنَةُ ذَهَبٍ وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ يَدْخُلُهَا يَنْعَمُ وَلَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ وَلَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ [أخرجه أحمد]
“Batu batanya terbuat dari emas dan perak, semennya dari dari minyak misk yang wangi, kerikilnya dari permata dan yaqut, tanahnya dari za’faran, barangsiapa yang masuk dia akan mendapat kenikmatan yang tidak pernah kosong, kekal tidak pernah mati, pakaianya tidak pernah rusak, selalu dalam usia muda“. [HR Ahmad 13/410 no: 8043].
Allah ta’ala menjelaskan tentang surga dalam ayatNya:
وَإِذَا رَأَيۡتَ ثَمَّ رَأَيۡتَ نَعِيمٗا وَمُلۡكٗا كَبِيرًا [الإنسان : 20]
“Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar”. [al-Insaan/76 : 20].
Sehingga apa yang Allah sembunyikan bagi kita tentang kenikmatan surga sangatlah besar, yang tidak mungkin dijangkau oleh akal manusia dan tidak sampai pada alam khayalnya. Dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ} [أخرجه البخاري ومسلم]
“Allah ta’ala berfirman: ‘Aku siapkan bagi para hambaKu yang sholeh (kenikmatan) yang tidak pernah mereka lihat, tidak pernah terdengar sebelumnya oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia’. Abu Hurairah mengatakan: ‘Bacalah kalau kalian mau firman Allah ta’ala:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ [السجدة : 17]
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”. (as-Sajdah/32: 17). [HR Bukhari no: 3244. Muslim no: 2824].
Baca juga: Nikmatnya surga dahsyatnya neraka
Siapakah Orang yang Pertama kali Masuk Surga?
Orang yang pertama kali menginjakan kakinya dan masuk ke dalam surga adalah nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana tertera jelas dalam sebuah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, kalau Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
آتِى بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ ؟ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لاَ أَفْتَحُ لأَحَدٍ قَبْلَكَ [أخرجه مسلم]
“Aku mendatangi pintu surga kelak pada hari kiamat, lalu aku minta dibukakan. Kemudian penjaga surga bertanya: ‘Siapa anda? Aku jawab: ‘Muhammad’. Dia mengatakan: ‘Untukmu aku diperintah supaya tidak membukakan pada orang lain sebelummu“. [HR Muslim no: 197].
Sedangkan kelompok pertama kali yang masuk surga adalah orang-orang yang telah di jelaskan sifatnya dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً لَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَتْفِلُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ أَمْشَاطُهُمْ الذَّهَبُ وَرَشْحُهُمْ الْمِسْكُ وَمَجَامِرُهُمْ الْأَلُوَّةُ الْأَنْجُوجُ عُودُ الطِّيبِ وَأَزْوَاجُهُمْ الْحُورُ الْعِينُ عَلَى خَلْقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya kelompok pertama yang akan masuk surga adalah orang-orang yang wajahnya bagaikan rembulan di malam purnama. Kemudian yang setelahnya, bagaikan bintang diatas langit yang sangat terang cahayanya, mereka tidak pernah buang hajat dan air kecil, tidak buang ingus dan ludah. Sisir yang mereka pakai terbuat dari emas, keringat yang keluar dari tubuhnya misk, sanggulnya kayu gaharu, istri-istri mereka bidadari, mereka diciptakan diatas satu orang, dengan paras bapak mereka Adam, sepanjang enam puluh dira’ menjulang kelangit“. [HR Bukhari no: 3245. Muslim no: 2834].
Dalam musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, kalau Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا مُرْدًا بِيضًا جِعَادًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ عَلَى خَلْقِ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا [أخرجه أحمد]
“Penduduk surga akan masuk surga dalam keadaan muda, putih bersih dengan bercelak, dalam kisaran usia tiga puluh tiga tahun, dengan paras Adam setinggi enam puluh dira’.” [HR Ahmad 13/315 no: 7933]
Imam Ibnu Qoyim mengomentari hadits ini dengan mengatakan: “Dan dengan panjang tubuh dan usia seperti ini tersimpan hikmah yang tidak samar lagi. Yaitu menunjukan akan kesempurnaan dan akan memungkinkan untuk lebih sampai pada puncak kenikmatan, karena dalam keadaan usia yang masih kuat dibarengi dengan besarnya alat untuk mencapai nikmat. Sehingga dengan terkumpulnya dua perkara ini menjadikan dirinya bisa memperoleh kesempurnaan nikmat dan kekuatannya, dimana disebutkan dalam sebuah hadits, dirinya mampu dalam sehari untuk menggilir seratus bidadari’.[1]
Dan Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لَوْ أَنَّ مَا يُقِلُّ ظُفُرٌ مِمَّا فِي الْجَنَّةِ بَدَا لَتَزَخْرَفَتْ لَهُ مَا بَيْنَ خَوَافِقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَوْ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَ فَبَدَا سِوَارُهُ لَطَمَسَ ضَوْءُهُ ضَوْءَ الشَّمْسِ كَمَا تَطْمِسُ الشَّمْسُ ضَوْءَ النُّجُومِ [أخرجه أحمد]
“Kalau sekiranya sisa yang terbawa diujung kuku dari surga nampak, tentu akan menghiasi langit dan bumi. Dan kalau seandainya seseorang dari penduduk surga melongok dan nampak perhiasannya tentulah akan menutupi sinar matahari, sebagaimana sinar mentari menghilangkan cahaya bintang“. [HR Ahmad 3/57 no: 1449 dari Sa’ad bin Abi Waqash radhiyallahu ‘anhu]
Dan tempat dimana surga itu berada adalah seperti yang telah Allah ta’ala sebutkan dalam firmanNya:
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡأَبۡرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ [المطففين : 18]
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin”. [al-Muthafifin/83: 18].
Ibnu Abbas menjelaskan makna Illiyyin dengan mengatakan: ‘Maksudnya adalah surga’. Ada yang mengatakan: ‘Artinya tinggi diatas langit yang ketujuh dibawah Arsy’.
Dan disebutkan oleh sebagian ulama salaf sebuah atsar yang menunjukan bahwa letak surga itu berada diatas langit ketujuh, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ » [أخرجه البخاري]
“Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah surga Firdaus, sesungguhnya ia adalah surga tertinggi dan tengah-tengah yang berada dibawah Arsynya Allah, dan dari sanalah memancar mata air sungai surga“. [HR Bukhari no: 7423].
Ketika sudah masuk kedalam surga maka sudah tiada lagi kematian, kesedihan, kegundahan, bahkan dikatakan oleh sebagian ulama, kalau ahlu surga tersebut tidak pernah tidur karena tidur termasuk saudara iparnya kematian, dan biasanya tidaklah seseorang itu tertidur melainkan setelah merasa kecapaian, sedangkan didalam surga tidak ada rasa letih dan lelah. Allah ta’ala berfirman:
وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ شَكُورٌ ٣٤ ٱلَّذِيٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلۡمُقَامَةِ مِن فَضۡلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٞ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٞ [ فاطر: 34-35]
“Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. [Faathir/35: 34-35].
Dalam shahih Muslim dibawakan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُنَادِى مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ (وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ) [أخرجه مسلم]
“(kelak pada hari kiamat) ada seorang yang menyeru: ‘Sesungguhnya kalian selalu dalam keadaan sehat bugar tidak pernah terkena penyakit selama-lamanya. Sesungguhnya kalian akan hidup tanpa pernah mati selamanya. Sesungguhnya kalian akan menjadi muda dan tidak pernah tua selama-lamanya, dan sesungguhnya kalian akan diberi nikmat yang tidak pernah berhenti selama-lamanya, itulah maksud firman Allah ta’ala:
وَنُودُوٓاْ أَن تِلۡكُمُ ٱلۡجَنَّةُ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ [الأعراف : 43]
“Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”. (al-A’raaf/7: 43). [HR Muslim no: 2837].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan: ‘Didalam surga tidak ada matahari tidak pula bulan, siang serta malam. Akan tetapi, waktu pagi dan petang dapat diketahui dengan cahaya yang muncul dari arah Arsy’.[2]
Dan keadaan surga itu bertingkat-tingkat sebagian lain berada diatas sebagian yang lainnya, adapun penghuninya juga saling berbeda-beda sesuai dengan kedudukannya. Seperti yang Allah ta’ala kabarkan dalam firmanNya:
وَمَن يَأۡتِهِۦ مُؤۡمِنٗا قَدۡ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلۡعُلَىٰ [ طه : 75]
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)”. [Thahaa/20: 75].
Dan firmanNya:
ٱنظُرۡ كَيۡفَ فَضَّلۡنَا بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖۚ وَلَلۡأٓخِرَةُ أَكۡبَرُ دَرَجَٰتٖ وَأَكۡبَرُ تَفۡضِيلٗا [الإسراء : 21]
“Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya”. [al-Israa’/17: 21].
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Mughirah bin Syu’bah, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengkisahkan:
سَأَلَ مُوسَى رَبَّهُ مَا أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً قَالَ هُوَ رَجُلٌ يَجِىءُ بَعْدَ مَا أُدْخِلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ فَيُقَالُ لَهُ ادْخُلِ الْجَنَّةَ. فَيَقُولُ أَىْ رَبِّ كَيْفَ وَقَدْ نَزَلَ النَّاسُ مَنَازِلَهُمْ وَأَخَذُوا أَخَذَاتِهِمْ فَيُقَالُ لَهُ أَتَرْضَى أَنْ يَكُونَ لَكَ مِثْلُ مُلْكِ مَلِكٍ مِنْ مُلُوكِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ لَكَ ذَلِكَ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ وَمِثْلُهُ. فَقَالَ فِى الْخَامِسَةِ رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ هَذَا لَكَ وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ وَلَكَ مَا اشْتَهَتْ نَفْسُكَ وَلَذَّتْ عَيْنُكَ فَيَقُولُ رَضِيتُ رَبِّ. قَالَ رَبِّ فَأَعْلاَهُمْ مَنْزِلَةً قَالَ أُولَئِكَ الَّذِينَ أَرَدْتُ غَرَسْتُ كَرَامَتَهُمْ بِيَدِى وَخَتَمْتُ عَلَيْهَا فَلَمْ تَرَ عَيْنٌ وَلَمْ تَسْمَعْ أُذُنٌ وَلَمْ يَخْطُرْ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ قَالَ وَمِصْدَاقُهُ فِى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ) الآيَةَ » [أخرجه مسلم]
“Musa pernah bertanya kepada Rabbnya: ‘Siapakah penduduk surga yang paling rendah kedudukannya? Allah menjawab: ‘Dia adalah seseorang yang datang setelah penghuni surga masuk kedalam surga, lalu dikatakan padanya masuklah kamu kedalam surga, lantas ia mengatakan: ‘Wahai Rabbku, bagaimana aku masuk surga sedangkan mereka telah mengambil tempatnya masing-masing? Maka dikatakan padanya: ‘Tidakkah engkau rela jika Aku beri kamu seperti kekayaan raja dari raja-raja didunia? Aku ridho wahai Rabbku, jawabnya. Maka Allah berfirman padanya: ‘Bagimu yang semisal itu, terus ditambah lagi yang semisal, dan semisal, dan semisal, dan semisal dengan itu. Maka pada yang kelima kalinya ia menyahut, hamba ridho wahai Rabbku. Kemudian Allah berkata: ‘Itu semua untukmu plus ditambah sepuluh kali lipat yang semisalnya. Dan bagimu apa yang engkau inginkan dan menyejukkan mata’. Aku ridho wahai Rabbku, jawabnya.
Kemudian Musa bertanya kembali: ‘Lantas siapakah penduduk surga yang paling tinggi kedudukannya? Allah menjawab: ‘Mereka adalah orang yang Aku tanam kebajikannya dengan kedua tanganKu, lalu aku beri tanda padanya yang tidak pernah terlihat oleh penglihatan tidak pula pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam benak pikiran manusia’. Dan itulah maksud dari firman Allah:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ [السجدة: 17]
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”. (as-Sajdah/32: 17). [HR Muslim no: 189]
Adapun kabar tentang bidadari surga, maka Allah ta’ala juga telah berkata tentangnya dalam firmanNya:
Makanan Pertama Penduduk Surga
وَحُورٌ عِينٞ ٢٢ كَأَمۡثَٰلِ ٱللُّؤۡلُوِٕ ٱلۡمَكۡنُونِ [الواقعة : 22-23]
“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan apik”. [al-Waaqi’ah/56: 22-23].
Dijelaskan sifat berikutnya yang dimiliki oleh bidadari, yaitu firmanNya:
إِنَّآ أَنشَأۡنَٰهُنَّ إِنشَآءٗ ٣٥ فَجَعَلۡنَٰهُنَّ أَبۡكَارًا ٣٦ عُرُبًا أَتۡرَابٗا [الواقعة: 35-37]
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) tanpa proses kelahiran. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya”. [al-Waaqi’ah/56: 35-37].
Adapun firman Allah ta’ala yang berbunyi:
وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ [البقرة : 25]
“Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci“. [al-Baqarah/2: 25].
Sebagian para ulama tafsir ada yang menafsirkan: ‘Suci dari haid, buang air kecil, nifas, buang air besar dan ingus, serta lain sebagainya dari berbagai macam jenis kotoran yang mengganggu’.[3] Hal itu didukung oleh sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا » [أخرجه البخاري]
“Kalau seandainya wanita penduduk surga melongokkan kepalanya ke dunia tentu cahayanya akan menerangi langit dan bumi, serta menyebarkan aroma wangi keseluruh sudutnya. Dan sungguh penutup kepala yang dipakai (bidadari) itu lebih baik dari dunia dan seisinya“. [HR Bukhari no: 2796].
Sedangkan melihatnya orang-orang yang beriman Rabbnya disurga serta mendapat keridhoan yang Allah limpahkan atas mereka, maka itu merupakan puncak dari segala bentuk nikmat yang paling nikmat, yang Allah khususkan untuk para penghuni surga sebagai bentuk pemulian kepada mereka. Sebagaimana yang secara jelas diterangkan oleh sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Shuhaib ar-Rumi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa salalm pernah bersabda:
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ – قَالَ – يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ – قَالَ – فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ ثم تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ { لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ } [أخرجه مسلم]
“Apabila penduduk surga telah masuk kedalamnya, maka Allah tabaraka wa ta’ala berkata: ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu yang Aku tambah lagi bagi kalian? Mereka menjawab: ‘Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami putih berkilau? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga serta menyelamatkan kami dari neraka? Nabi meneruskan: ‘Pada saat maka Allah membuka tabir yang menutupiNya. Dan tidak ada yang diberikan pada mereka sesuatu yang paling mereka cintai melainkan diberinya kenikmatan bisa melihat Rabbnya’. Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala:
لِّلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ ٱلۡحُسۡنَىٰ وَزِيَادَةٞۖ [ يونس : 26]
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan (kenikmatan melihat Allah)”. (QS Yunus/10: 26). [HR Muslim no: 181].
Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا [أخرجه البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah ta’ala kelak akan berkata kepada penghuni surga: ‘Wahai penduduk surga’. Mereka menjawab: ‘Kami dengar dan penuhi panggilanMu wahai Rabb kami, dan kebaikan ada ditanganMu’. Allah lalu bertanya: ‘Apakah kalian sudah ridho? Mereka menjawab: ‘Mengapa tidak ridho wahai Rabb kami, Sungguh Engkau telah beri kami yang belum pernah diberikan kepada seorangpun dari makhlukMu’. Allah berfirman: ‘Aku akan beri kalian sesuatu yang lebih baik dari ini semua’. Mereka pun penasara dan bertanya: ‘Wahai Rabb, mana ada sesuatu yang lebih baik dari ini semua? Allah menjawab: ‘(Yaitu) Aku halalkan atas kalian ridhoKu dan tidak pernah lagi Aku murka atas kalian setelah ini selama-lamanya“. [HR Bukhari no: 7518. Muslim no: 2859 dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu].
Pada akhirnya, setelah seorang mukmin mengetahui tempat yang disiapkan oleh Allah ta’ala bagi orang-orang kafir serta para pendosa dengan adzab serta siksaan. Dan apa yang Allah janjikan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa dengan adanya pemulian dan kenikmatan. Maka wajib bagi dirinya seteleh mengetahui ini semua untuk segera melakukan sesuatu yang bisa melepas dirinya dari siksa neraka, disebutkan dalam sebuah hadits, dimana Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ » [أخرجه مسلم]
“Berlindunglah kalian dari siksa api neraka walau (bersedekah) hanya dengan setengah kurma“. [HR Muslim no: 1016].
Lalu, hendaknya ia bersegera untuk melakukan ketaatan dan amal shaleh untuk bisa memperoleh derajat yang ditinggi disurga kelak nan abadi. Allah ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ [ال عمران : 133]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.[al-Imraan/3 : 133].
Dan firman Allah tabaraka wa ta’ala;
وَمَن يَأۡتِهِۦ مُؤۡمِنٗا قَدۡ عَمِلَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلدَّرَجَٰتُ ٱلۡعُلَىٰ [ طه : 75]
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)”. [Thaahaa/20: 75].
Akhirnya kita tutup dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah, Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semogar terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad, kepada keluarga beliau dan para sahabatnya.
[Disalin dari الفهم الصحصح للدين الإسلامي Penulis : Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
______
Footnote
[1] Hadyul Arwah ila Biladil Afrah karya Ibnu Qoyim hal: 104.
[2] Majmu’ Fatawa 4/312.
[3] Tafsir Ibnu Katsir 1/63.
Referensi: https://almanhaj.or.id/
MENENGOK INDAHNYA SURGA DAN NGERINYA NERAKA
Melongok Kedalam Surga
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusanNya. Amma ba’du:
Allah azza wa jalla menciptakan Jin dan manusia mempunyai tujuan khusus, yaitu agar mereka beribadah kepadaNya, mentauhidkan serta mentaatiNya. Kemudian dijanjikan bagi orang yang mau taat kepadaNya dengan surga sebagai bentuk balasan dariNya, dan sebaliknya bagi orang yang enggan mentaatiNya dan berbuat maksiat kepadaNya maka Allah menjanjikan padanya dengan neraka sebagai bentuk keadilan dariNya. Maka surga dan neraka adalah dua makhluk yang Allah ta’ala ciptakan untuk tujuan tersebut. Allah berfirman tentang surga:
أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ [ال عمران : 133]
“Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. [al-Imraan/3 : 133].
Sedangkan neraka adalah:
أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ [البقرة : 24]
“Yang disediakan bagi orang-orang kafir”. [al-Baqarah/2: 24].
Dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ وَخَلَقَ لِلنَّارِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ [أخرجه مسلم]
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan untuk surga calon penghuninya sedangkan mereka masih didalam tulang punggung ayahnya. Demikian pula Allah telah menciptakan untuk neraka calon penghuninya, sedangkan mereka masih berada ditulang punggung ayahnya“. [HR Muslim no: 2662]
Maka, surga adalah tempat sebagai balasan yang diperuntukan bagi para kekasih Allah, yang taat kepadaNya juga pada RasulNya. Adapun neraka, ia adalah siksa yang Allah siapkan bagi para musuh-musuh Allah, yang telah berbuat maksiat kepadaNya juga pada RasulNya. Dan perlu diperhatikan bersama, bahwa dalam menyiksa ini, Rabb kita sama sekali tidak sedang mendalimi seorangpun. Karena satu kebaikan diganjar sepuluh derajat sampai tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang sangat banyak sekali. Adapun kejelekan, maka satu keburukan cuma akan dibalas sesuai dengan kadarnya atau bahkan, adakalanya Allah tabaraka wa ta’ala memaafkannya.
Sifat dan Kengerian Neraka
Disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan pada kita bagaimana panasnya api yang ada didalam neraka, di mana beliau bersabda:
نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِى يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ [أخرجه البخاري ومسلم]
“Api yang dipergunakan untuk memasak oleh anak cucu Adam, panasnya hanyalah bagian dari tujuh puluh cabang dari panasnya neraka Jahanam“. [HR Bukhari no: 3265, Muslim no: 2843].
Jadi, jahanam adalah neraka yang sangat besar dan menakutkan. Hal itu, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا [أخرجه مسلم]
“Neraka jahanam kelak akan didatangkan pada hari kiamat dengan ditarik oleh tujuh puluh ribu tali, dan pada setiap ujung tali tersebut ada tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya“. [HR Muslim no: 2842].
Dan pada hari itu, manusia baru sadar akan segala perbuatannya, sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan:
وَجِاْيٓءَ يَوۡمَئِذِۢ بِجَهَنَّمَۚ يَوۡمَئِذٖ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكۡرَىٰ [الفجر : 23]
“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam, dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”. [al-Fajr/89 : 23]
Adapun sifat yang ada tentang bagian dasar neraka Jahanam maka dijelaskan dalam hadits bahwa jurangnya sangat dalam sekali, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita: “Pada suatu hari kami pernah bersama Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba terdengar suara dentuman, maka Nabi bertanya: ‘Tahukah kalian suara apa tadi? Kamipun menjawab: ‘Allah dan RasulNya yang lebih tahu’. Lantas beliau bersabda:
هَذَا حَجَرٌ رُمِىَ بِهِ فِى النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِى فِى النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا [أخرجه مسلم]
“Suara tadi adalah batu yang dilempar ke dalam neraka semenjak tujuh puluh tahun yang lalu, dan sekarang baru sampai turun ke dalam neraka hingga sampai didasarnya“. [HR Muslim no: 2844]
Penghuni Neraka
Adapun para pendosa yang berada didalam neraka maka keadaan mereka bertingkat-tingkat, seperti yang digambarkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang penghuni neraka:
مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى حُجْزَتِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ [أخرجه مسلم]
“Diantara para penghuni neraka, ada yang disiksa dengan tenggelam dalam api sampai mata kakinya, ada yang sampai ke lututnya, ada lagi yang sampai ke pusar dan ada yang tenggelam sampai ke lehernya“. [HR Muslim no: 2845].
Dikeluarkan oleh Bazzar dan Abu Ya’la dalam musnad keduanya, sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, kalau Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
لو كان في هذا المسجد مائة ألف أو يزيدون وفيه رجل من أهل النار فتنفس فأصابهم نفسه لاحترق المسجد ومن فيه [أخرجه البزار و أبو يعلى]
“Kalau seandainya ada didalam masjid ini seratus ribu orang atau lebih, lantas ditaruh seseorang penghuni neraka, kemudian dia bernafas dan mengena dirinya, tentu semua orang dan masjid ini akan turut terbakar (karena panasnya)”. HR Bazzar no: 9623. Abu Ya’la no: 6670. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no: 2509.
Siksaan yang ada di Neraka.
Dan siksa neraka yang paling ringan siksaanya adalah bagi orang yang dikenakan sandal yang bisa membikin otaknya menggelegak. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ [أخرجه البخاري ومسلم]
“Penduduk neraka yang paling ringan siksaanya ialah Abu Thalib, dirinya disiksa dengan memakai sandal yang membikin otaknya mendidih“. [HR Bukhari no: 3883. Muslim no: 209. dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu].
Makanan mereka
Sedangkan makanan mereka adalah pohon dhari’, seperti yang disebutkan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya:
لَّيۡسَ لَهُمۡ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٖ [الغاشية : 6]
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri”. [al-Ghasyiyah/88 : 6].
Dhari’ adalah sejenis pohon yang memiliki duri besar, yang rasanya sangat pahit dan sangat panas lagi berbau busuk. Disamping itu, ada lagi makanan yang menjadi santapan mereka yaitu zaqqum. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firmanNya
إِنَّ شَجَرَتَ ٱلزَّقُّومِ ٤٣ طَعَامُ ٱلۡأَثِيمِ ٤٤ كَٱلۡمُهۡلِ يَغۡلِي فِي ٱلۡبُطُونِ ٤٥ كَغَلۡيِ ٱلۡحَمِيمِ [الدخان: 43-46]
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu. Makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut. Seperti mendidihnya air yang amat panas“. [ad-Dukhan/44 : 43-46].
Zaqqum adalah pohon yang sangat buruk untuk dilihat, bau busuk dan sangat pahit rasanya. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Mujahid, diceritakan bahwa manusia sedang melakukan thawaf sedangkan Ibnu Abbas duduk bersandar pada tongkatnya, lalu beliau mengatakan: “Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Allah ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ [ال عمران : 102]
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. [al-Imraan/3 : 102].
Baca Juga Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Silahkan Masuk Neraka!
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لو أن قطرة من الزقوم قطرت على الأرض لأمرت على أهل الأرض معيشتهم فكيف من هو طعامه أو ليس له طعام غيره » [أخرجه أحمد
“Kalau sekiranya satu tetes dari zaqqum menetes pada penduduk bumi pasti akan memenuhi makanannya, lantas bagaimana dengan orang yang tidak ada makanan melainkan dari zaqqum“. [HR Ahmad 4/467 no: 2735].
Demikian juga, yang akan menjadi makanan penghuni neraka adalah Ghislin yaitu nanah yang bercampur darah, muntahan, dan keringat penduduk neraka. Sebagaimana yang Allah ta’ala kabarkan dalam firmanNya:
فَلَيۡسَ لَهُ ٱلۡيَوۡمَ هَٰهُنَا حَمِيمٞ ٣٥ وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنۡ غِسۡلِينٖ ٣٦ لَّا يَأۡكُلُهُۥٓ إِلَّا ٱلۡخَٰطُِٔونَ [الحاقة: 35-37]
“Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa”. [al-Haaqqah/69 : 35-37].
Minuman mereka
Adapun minuman penduduk neraka adalah dari hamim yang panasnya sudah sampai pada puncak, apabila didekatkan kewajah maka kulit mereka langsung mengelupas karena panasnya. Dan jika mereka meminumnya maka langsung memutus ususnya. Berdasarkan kabar yang Allah ta’ala jelaskan dalam firmanNya:
وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا [الكهف : 29]
“Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. [al-Kahfi/18 : 29].
Dan air muhl itu seperti minyak yang mendidih berwarna hitam pekat dan bau busuk. Allah ta’ala berfirman:
وَسُقُواْ مَآءً حَمِيمٗا فَقَطَّعَ أَمۡعَآءَهُمۡ [ محمد : 15]
“Dan (mereka) diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya“. [Muhammad/47: 15].
Mereka juga akan diberi minum ghasaaq. Seperti yang Allah ta’ala jelaskan dalam firmanNya:
لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرۡدٗا وَلَا شَرَابًا ٢٤ إِلَّا حَمِيمٗا وَغَسَّاقٗا [النبأ : 24-25]
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah”. [an-Naba’/78 : 24-25].
Al-Ghasaaq, dijelaskan oleh Ibnu Atsir: ‘Al-Ghasaaq dengan ditasydid huruf syinnya atau tidak, maknanya ialah sesuatu yang dialiri oleh nanah serta kotoran seluruh penduduk neraka. Dan ada yang mengatakan: ‘Sesuatu yang dialiri oleh air mata mereka’. Dikatakan pula: ‘Artinya ialah zamharir. [1], yaitu air yang sangat dingin dan bau busuk yang tidak mungkin bisa untuk diminum[2].
Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ أَنَّ دَلْوًا مِنْ غَسَّاقٍ يُهَرَاقُ فِي الدُّنْيَا لَأَنْتَنَ أَهْلَ الدُّنْيَا » [أخرجهأحمد]
“Kalau seandainya satu ciduk dari ghasaaq ditumpahkan dimuka bumi, pasti akan membuat bau busuk seluruh penduduk bumi “. [HR Ahmad 3, 17/231 no: 11230]
Intinya, neraka Jahanam adalah tempat yang di siapkan untuk para pendosa dengan berbagai macam jenis siksaannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
هَٰذَا فَلۡيَذُوقُوهُ حَمِيمٞ وَغَسَّاقٞ ٥٧ وَءَاخَرُ مِن شَكۡلِهِۦٓ أَزۡوَٰجٌ [ ص : 57-58]
“Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam”. [Shaad/38 : 57-58].
Melongok ke Surga
[Disalin dari الفهم الصحصح للدين الإسلامي Penulis : Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2013 – 1434]
______
Footnote
[1] Nihayatu fii Gharibil Hadits 3/366.
[2] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 14/233.
Referensi: https://almanhaj.or.id/