Dalil Nama Allah Al-Qaadir, Al-Qadiir, dan Al-Muqtadir
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلۡ هُوَ ٱلۡقَادِرُ عَلَىٰٓ أَن يَبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابًا مِّن فَوۡقِكُمۡ أَوۡ مِن تَحۡتِ أَرۡجُلِكُمۡ أَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعۡضَكُم بَأۡسَ بَعۡضٍۗ
Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian) kamu keganasan sebagian yang lain.” (al-An’am: 65)
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah: 20)
فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقۡتَدِرِۢ
“Di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Berkuasa.” (al-Qamar: 55)
Arti Nama Allah Al-Qadir
Syaikh Muhammad Khalil Harras mengatakan,
“Allah Mahakuasa dengan kekuasaan-Nya yang sempurna. Tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya. Jadi, apa pun yang Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki berupa segala yang mungkin, Allah subhanahu wa ta’ala akan munculkan dengan kekuasaan-Nya. Keletihan atau kelemahan tidak akan menimpa-Nya dalam hal itu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَوَ لَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَكَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنۡهُمۡ قُوَّةًۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعۡجِزَهُۥ مِن شَيۡءٍ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًاِۢ
“Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (Fathir: 44) (Syarh Nuniyyah, hlm. 66)
As-Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Al-Qadir ialah yang sempurna kemampuan-Nya. Dengan kemampuan-Nya, Dia menciptakan semua makhluk-Nya yang ada. Dengan kemampuan-Nya, Dia mengaturnya. Selain itu, dengan kemampuan-Nya, Dia menyempurnakannya dan mengokohkannya. Dengan kemampuan-Nya pula, Dia menghidupkan dan mematikan serta membangkitkan hamba-hamba-Nya untuk diberi balasan. Dia memberikan balasan kepada orang yang baik dengan sebab kebaikannya. Dia juga memberikan balasan kepada orang yang jelek karena kejelekannya. Apabila Dia menginginkan sesuatu, Dia mengatakan, ‘Jadilah.’ Terjadilah apa yang Dia inginkan. Dengan kemampuan-Nya, Dia membolak-balikkan kalbu dan memalingkannya pada apa yang Dia kehendaki.”
Al-Khaththabi mengatakan,
“Allah subhanahu wa ta’ala menyifati diri-Nya bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki, yakni tidak menimpa-Nya kelemahan apa pun dan kejenuhan. Terkadang, al-Qaadir bermakna al-Muqaddir lisy syai’ (yang menetapkan takdir pada sesuatu) ….” (Sya’nud Du’a, dinukil dari Shifatullah al-Waridah fil Kitab was Sunnah)
Oleh karena itu, di antara kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala adalah takdir-Nya atas segala makhluk-Nya. Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Takdir adalah kekuasaan Allah.” (Syifa’ul ‘Alil)
Tentu takdir Allah subhanahu wa ta’ala pada makhluk-Nya sangat menunjukkan kemahakuasaan-Nya.
Yang lebih menunjukkan kekuasaan dan kemampuan-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan alam semesta ini dalam waktu enam hari. Bahkan, kalau Allah menghendaki, Dia mampu menciptakannya dalam waktu sekejap, bahkan kurang dari itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Allah Pencipta langit dan bumi, dan apabila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (al-Baqarah: 117)
إِنَّمَا قَوۡلُنَا لِشَيۡءٍ إِذَآ أَرَدۡنَٰهُ أَن نَّقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “Kun (jadilah),” maka jadilah ia. (an-Nahl: 40)
Buah Mengimani Nama Allah Al-Qadir
Di antara buah mengimani nama Allah al-Qadir ialah menambah kemantapan kita dalam mengibadahi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, Rabb kita Mahamampu dan Mahakuasa, tidak seperti sembahan-sembahan lain yang tidak memiliki kemampuan sama sekali. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٞ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥٓۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخۡلُقُواْ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجۡتَمَعُواْ لَهُۥۖ وَإِن يَسۡلُبۡهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيًۡٔا لَّا يَسۡتَنقِذُوهُ مِنۡهُۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلۡمَطۡلُوبُ ٧٣ مَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ٧٤
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (al-Hajj: 73—74)
Kita pun dianjurkan berdoa dengan menyebut kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. Contohnya ialah doa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajarkan,
أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kemampuan-Nya dari kejelekan yang kudapatkan dan yang kukhawatirkan.” (Sahih, HR. Muslim)
Dengan mengingat sifat kemahakuasaan Allah pula, kita tidak boleh dengan semena-mena menggunakan kekuasaan dan kemampuan kita untuk menzalimi orang lain. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala lebih berkuasa atas kita daripada kita terhadap seseorang yang kita aniaya.
Abu Mas’ud radhiallahu anhu pernah memukuli budaknya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihatnya. Segera beliau mengingatkannya dengan mengatakan,
اعْلَمْ أَبَا مَسْعُودِ، أَنَّ اللهَ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَى هَذَا الْغُلَامِ
“Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya, Allah lebih mampu terhadap dirimu daripada kamu terhadap budak ini.” (Sahih, HR. Muslim)
Wallahu a’lam.
(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)
Sumber: https://asysyariah.com/