Macam-Macam Ibadah Syirik (Bag.10): Syirik dalam Isti’adzah
Oleh Sa'id Abu Ukkasyah
Pengertian Isti’adzah
Isti’adzah adalah meminta perlindungan dan penjagaan dari perkara yang tidak disukai.
Dengan demikian isti’adzah termasuk kedalam pembahasan permintaan, maka perincian hukum isti’adzah yang ditujukan kepada selain Allah adalah sebagaimana perincian hukum permintaan yang telah penyusun sampaikan.
Macam-macam Isti’adzah
Isti’adzah yang bernilai Tauhid
Isti’adzah yang bernilai tauhid adalah isti’adzah kepada Allah Ta’ala semata, yaitu sebuah isti’adzah jenis ibadah yang mengandung kesempurnaan sikap membutuhkan kepada Allah Ta’ala, berlindung kepada-Nya, meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala yang mampu memberi kecukupan, dan meyakini kesempurnaan penjagaan-Nya dari segala sesuatu, baik pada masa sekarang maupun akan datang, baik dalam perkara kecil maupun besar, baik terkait dengan bahaya yang diakibatkan oleh manusia maupun selainnya.
Isti’adzah jenis ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta’ala dan hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala semata
Contohnya :
Ucapan seseorang:
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2
“Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya”. [QS. Al-Falaq: 1-2]
Termasuk kedalam jenis isti’adzah kepada Allah Ta’ala adalah isti’adzah kepada Allah Ta’ala dengan sifat-Nya, seperti : seseorang berlindung kepada Allah Ta’ala dengan firman-Nya, keagungan-Nya, keperkasaan-Nya , atau semisalnya.
Contohnya:
Ucapan seperti yang terdapat dalam hadits berikut ini:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَق
“Aku berlindung (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” [HR. Muslim].
Isti’adzah yang bernilai syirik
Isti’adzah kepada selain Allah Ta’ala termasuk syirik akbar jika ditujukan kepada:
1). Makhluk yang mati (baik nabi, wali, kiayi atau selain mereka)
Contohnya:
Seseorang yang meminta perlindungan kepada wali yang sudah meninggal dunia dari ancaman wabah penyakit ganas yang banyak menyerang penduduk desa tetangga.
2). Makhluk yang ghaib (tidak bisa komunikasi antara yang meminta dan yang dimintai).
Contohnya:
Seseorang yang meminta perlindungan kepada jin penunggu rumahnya dari serangan sihir.
Termasuk bentuk kesyirikan ini adalah apa yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin-jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” [QS. Al-Jin : 6]
3) Makhluk hidup, tidak ghaib (hadir di tempat atau bisa berkomunikasi), namun isi permintaannya dalam perkara yang di luar kemampuan makhluk.
Contohnya:
Seseorang yang meminta perlindungan kepada kiyai yang dianggap sakti yang masih hidup dan hadir di tempat agar tidak terkena bencana tsunami.
Perbuatan-perbuatan tersebut di atas termasuk syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, alasannya adalah orang yang meminta perlindungan tersebut tidak mungkin melakukannya kecuali dia meyakini bahwa ketiga golongan orang yang dimintai perlindungan itu mempunyai kemampuan tersembunyi dalam mengatur alam sebagaimana Allah Ta’ala, dan inilah inti kesyirikan, karena hakekat kesyirikan adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan-Nya.
Sumber: https://muslim.or.id/