Ketika Para Da’i Tauhid dan Sunnah Dituduh Antek Kafir
Oleh Yulian Purnama, S.Kom.
Aneh bin ajaib ketika para da’i tauhid dan sunnah dituduh antek Yahudi atau antek orang kafir. Atau dituduh tidak pernah membantah orang kafir, diam terhadap mereka dan loyal kepada mereka. Allahul musta’an!
Ini Namanya GAGAL PAHAM.
Bukankah fokus dakwah mereka dimana-mana adalah masalah TAUHID dan AKIDAH?! Bukan politik, fiqhul waqi’, dakwah gaul, diet sehat, apalagi poligami!
Ketika mereka mengajarkan tauhid dan membantah kesyirikan, maka objek yang paling jelas sudah masuk dalam bahasan ini adalah orang kuffar. Karena mereka yang paling jauh dari tauhid dan jelas-jelas berbuat syirik.
Dan justru kejahatan orang kuffar yang paling besar itu bukan menghina Nabi atau merebut tanah kaum Muslimin. Kejahatan terbesar mereka adalah SYIRIK KEPADA ALLAH. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Ketika Luqman menasehati anaknya ia berkata: wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar” (QS. Luqman: 13).
Ketika para da’i sunnah mengajarkan sunnah Nabi dan membantah bid’ah, maka objek yang paling jelas sudah masuk dalam bahasan ini adalah orang kuffar. Karena mereka yang paling jauh dari sunnah Nabi dan jelas-jelas banyak kebid’ahan dalam agama mereka.
Walhamdulillah semua orang paham, yang paling gencar mendakwahkan untuk tidak tasyabbuh (menyerupai) bil kuffar adalah para da’i sunnah. Mereka tidak mengenal namanya milad, maulid, hari-hari raya yang tidak ada tuntunannya, tahun baru Masehi, ibadah dengan cara nyanyi-nyanyi, dan bahkan demonstrasi. Karena ini semua menyerupai orang kuffar dan menyerupai Yahudi. Menyerupai mereka saja dilarang, apalagi malah jadi jadi anteknya?!?
Namun, biarlah…
Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan, “Ketika para Nabi dan Rasul berusaha mengubah keadaan kaumnya yang melakukan peribadahan kepada selain Allah, maka dilontarkanlah kepada mereka celaan-celaan. (Jika ini terjadi pada para Nabi) maka bagaimana lagi dengan para da’i dan ulama? Maka ini tidak mengherankan.
Dan ini tidak mengurangi derajat mereka di sisi Allah, bahkan menambah kebaikan mereka di sisi-Nya. Bahkan keburukan itu akan kembali kepada para pencela dan para penulis celaan. Sungguh itu akan kembali pada mereka. Adapun para ulama dan orang-orang yang ikhlas dalam berdakwah menyeru kepada Allah, celaan-celaan tidak akan membahayakan mereka sedikit pun. Bahkan akan meninggikan derajat mereka dan kebaikan mereka. Mereka memiliki teladan, yaitu para Nabi ketika dicela oleh kaumnya dengan celaan-celaan. Allah pun berfirman kepada mereka:
مَا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ
“Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih” (QS. Fushilat: 43)” (Syarah Al Ushul As Sittah, 11).
Syaikh Mubarak al Miili mengatakan: “Dan tidaklah kami mengangkat suara kami (dalam dakwah tauhid) kecuali mendapat terpaan angin kencang dari orang-orang yang melakukan berbagai praktek kesyirikan. Dan mereka meracuni pikiran orang-orang awam tentang tujuan-tujuan dakwah kami yang mulia, yang ini kelak akan dibalas di hari pembalasan. Dan tuduhan yang paling gencar yang mereka bisikkan kepada orang-orang awam, dan paling sering disampaikan di keramaian perdebatan, adalah tuduhan bahwa kami memvonis kaum Muslimin sebagai Musyrikin.
Kemudian mereka memproklamirkan perlawanan dengan memanfaatkan keawaman orang awam yang hanya ikut-ikutan. Namun Allah akan membuka kedok kebatilan mereka dengan para pengikut atsar. Dan merupakan sunnatullah bahwa akan tetap ada orang-orang (ahli tauhid) yang menang para penentang (dakwah tauhid) di kalangan manusia” (Risaalatusy Syirki wa Mazhahiruhu, 1/51).
Demikianlah tantangan yang akan dihadapi para pejuang kebenaran dan pejuang tauhid. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا تزالُ طائفةٌ من أمَّتي علَى الحقِّ ظاهرينَ لا يضرُّهم من خذلُهم حتَّى يأتيَ أمرُ اللَّهِ
“Akan selalu ada suatu kaum dari umatku yang menampakkan kebenaran. Orang-orang yang mencela mereka tidak akan membahayakan mereka, sampai datang perkara Allah (maut)” (HR. Tirmidzi no.2229, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
يأتي على النَّاسِ زمانٌ الصَّابرُ فيهم على دينِه كالقابضِ على الجمرِ
“Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya, seperti menggenggam bara api” (HR. Tirmidzi no. 2260, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Hendaknya para penyeru kebenaran bersabar dan tetap terus menyebarkan kebenaran. Tidak perlu menghiraukan celaan para pencela, karena celaan tersebut sejatinya akan kembali pada diri mereka.
Dan jika anda masih saja sering gagal paham dalam masalah ini, mulai sekarang mulailah kembali ke majelis ilmu syar’i yang membahas al Qur’an dan sunnah, bukan majelis politik dan berita aktual serta bualan akhir zaman.
Kelak apa yang dituduhkan akan dipertanggung-jawabkan di akhirat.
Semoga Allah memberi taufik.
Penulis: Yulian Purnama
Sumber: https://muslim.or.id/53132-ketika-para-dai-tauhid-dan-sunnah-dituduh-antek-kafir.html