Khutbah Jum’at Pertama
Tentang Memilih Teman Yang Shalih
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam,
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepadaNya. Dan Allah memerintahkan kita untuk menjaga ketakwaan kita dengan sungguh-sungguh. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
” Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.” (QS. Ali-Imran[3]: 102)
Artinya, jagalah ketakwaanmu! Jangan sampai Allah cabut ketakwaanmu dari hatimu karena kamu tidak menjaganya. Dan tentunya saudaraku, menjaga ketakwaan itu tidak mudah. Kita membutuhkan kekuatan, kesabaran dan cahaya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pertolongan dari Allah itu yang terbesar.
Berapa banyak orang-orang yang tidak ditolong oleh Allah? Sehingga ia pun tidak bisa menjaga ketakwaannya kepada Allah. Kemudian aa pun menjadi orang-orang yang lalai setelah itu. Oleh karena itulah saudara-saudaraku sekalian, Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita untuk memilih teman. Karena sesungguhnya teman itu sangat mempengaruhi ketakwaan seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud)
Saudara-saudaraku sekalian, Islam sangat memperhatikan dengan siapa kita berteman. Karena ketika kita berteman, kita akan mudah terpengaruh oleh akhlak teman-teman kita, kita akan mudah terpengaruh oleh agama teman kita, kita akan terpengaruh oleh pemikiran teman kita, karena manusia sangat mudah sekali mentransfer dan demikian pula menerima sesuatu yang dia merasa senang kepadanya.
Ummatal Islam,
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun juga di dalam Al-Qur’an mengingatkan kita tentang masalah teman ini. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dan surat Al-Furqon, menyebutkan tentang penduduk neraka yang dia menyesal karena ia masuk neraka akibat temannya. Ia berkata:
يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا ﴿٢٨﴾ لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ …
“Aduh, andaikan aku tidak menjadikan dia sebagai teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku setelah datangnya peringatan kepadaku…” (QS. Al-Furqon [25]: 28-29)
Karena temannya ia masuk neraka. Ia pun baru menyesal di dalam api neraka. Sementara penyesalan sudah tidak ada manfaatnya dalam api neraka.
Maka saudaraku sekalian, pilihlah temanmu yang akan mengantarkan ke surga, pilihlah temanmu yang senantiasa bisa menjaga ketakwaanmu, istiqomah kita dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan teman-teman yang apabila kita bergaul dengan mereka malah berkurang keimanan kita. Bukan teman-teman yang apabila kita duduk di majelis mereka, kita menjadi orang-orang yang lalai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan pula teman-teman yang apabila kita duduk bersama mereka, hati kita semakin keras karena banyak tertawa.
Akan tetapi hakikat teman yang benar yaitu teman yang mengingatkan kita kepada Allah, teman yang menambah ketakwaan kita dan membantu kita untuk istiqomah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disebutkan dalam sebuah atsar, ada seseorang bertanya, “Siapa teman yang terbaik?” Maka orang ini berkata, “Temanmu yang terbaik yaitu teman yang apabila kamu melihatnya membuat kamu ingat kepada Allah.” Yaitu teman apabila dia berbicara, bertambah keilmuanmu dan apabila ia beramal bertambah keimananmu.
Saudara-saudaraku sekalian,
Karena sesungguhnya teman-teman yang shalih itu adalah merupakan perhiasan yang terindah di dunia ini selain istri yang shalihah. Teman-teman yang shalih, di dunia kita bisa mendapatkan manfaat. Manfaat dari ilmunya, manfaat dari adabnya, manfaat juga dari ketakwaannya, membantu kita untuk senantiasa istiqomah, menunjuki kita di saat kita tidak tahu.
Di hari kiamat, teman-teman itu akan datang kepada Allah meminta syafaat agar temannya yang dimasukkan ke dalam api neraka dikeluarkan. Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya. Bahwa ketika kaum Mukminin telah melewati jembatan Shirath, mereka pun datang kepada Allah dan berkata:
رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ
“Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” (HR. Muslim)
Mereka terus minta kepada Allah agar teman-temannya, saudara-saudaranya tersebut dikeluarkan dari api neraka. Lalu Allah berfirman:
اذْهَبْ إِلَى النَّارِ
“Silahkan kalian pergi ke neraka” Dan keluarkan orang-orang yang kalian kenal yang mengucapkan أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ, yang mentauhidkan Allah, keluarkan mereka dari api neraka.
Subhanallah.. Ummatal Islam.
Janganlah kita terpengaruh oleh slogan orang-orang yang berkata bahwa kita harus gaul, lalu ternyata kita bergaul dengan setiap orang. Tidak peduli apakah itu bisa merusak keimanan kita dan ketakwaan kita atau tidak.
Kita bergaul di media sosial sana bersama orang-orang yang terkadang sama sekali tidak menambah keimanan kita dan ketakwaan kita. Malah semakin menjauhkan kita dari agama Allah, dari mengingat Allah, dari memperjuangkan agamaNya dan mengamalkan perintah dan titahNya.
Umatal Islam.
Lihatlah Abu Thalib paman Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi wa Sallam. Paman Rasulullah adalah orang yang sangat kuat pembelaannya terhadap Rasulullah. Di mana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika berdakwah di Mekah, beliau aman dibawah perlindungan pamannya tersebut. Tapi ternyata ketika pamannya didalam sakaratul maut hendak menuju kematian, datanglah Rasulullah untuk mentalqinkan. Namun disisi Abu Thalib ada dua pemuka Quraisy teman Abu Thalib. Yaitu Abu Jahl dan satu lagi pemuka Quraisy yang lainnya.
Rasulullah berusaha, “Wahai Paman, ucapkan لاإله إلاالله, dengan kalimat itu aku akan bela engkau disisi Allah.” Sementara Abu Jahl berkata, “Hai Abu Thalib, apakah kamu benci kepada agama ayahmu Abdul Muthalib?”
Sementara Rasulullah terus mengulanginya lagi, akhirnya Abu Thalib lebih rela untuk wafat diatas agama ayahnya. Tidak mau mengucapkan لاإله إلاالله. Akibat dari pada teman. Kalau kita akrabnya dengan orang-orang yang tidak baik, disaat kita sakaratul maut merekalah yang berada di sisi kita. Kalau kita berteman dengan orang-orang yang shalih, yang mencintai Allah dan RasulNya, disaat kita sakaratul maut merekalah yang berada di sisi kita. Mentalqinkan kita sehingga kita pun menjadi orang-orang yang akhir kalamnya لاإله إلاالله.
Sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir ucapannya di dunia لَا إِلَهَ إِلَّا, ia pasti masuk surga.” (HR. Abu Dawud)
Saudara-saudaraku sekalian,
Kita tidak ingin masuk neraka karena teman-teman kita. Justru kita ingin masuk masuk surga bersama teman-teman kita. Maka berusahalah pilih teman-temanmu yang bisa memasukkan ke surga, yang menggandeng tanganmu untuk istiqomah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم
Khutbah Kedua
Tentang Memilih Teman Yang Shalih
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
Ummatal Islam,
Diantara tanda kelemahan iman, kita menjauhi teman yang mengingatkan kesalahan pada diri kita sendiri. Saat kita jatuh kepada kesalahan lalu teman kita mengingatkan kesalahan kita, kita malah tidak suka kepadanya. Sementara satu lagi teman kita yang tidak pernah menegur kesalahan kita, lantas kita pun menganggap dia orang baik, dia teman yang pantas untuk kita jadikan sebagai teman akrab kita. Tidak, demi Allah!
Justru orang yang mengingatkan kesalahanmu lebih sayang kepadamu dari dia. Dia tidak ingin engkau masuk neraka, dia ingin kamu masuk surga. Maka dia berusaha mengingatkan kesalahanmu. Memang pahit jika dia harus melakukan itu. Namun itu jalan satu-satunya agar temannya selamat dari api neraka. Dia sayang kepada temannya, maka dia ingatkan supaya ia jangan sampai masuk ke dalam api neraka. Namun ternyata kita malah tidak suka kepadanya. Kita lebih senang untuk masuk ke dalam api neraka.
Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin berkata bahwa dahulu Salafush Shalih, teman yang paling mereka cintai adalah yang selalu mengingatkan kelalaian mereka. Sementara di zaman ini kata beliau, orang yang paling tidak kita sukai adalah yang mengingatkan kesalahan kita. Dan itu adalah tanda kelemahan iman.
Maka saudara-saudaraku sekalian,
Kita bukanlah malaikat, kita adalah manusia yang tak lepas dari kesalahan. Bila kita tidak ingin apabila ada teman kita mengingatkan kesalahan kita, itu sama saja kita berkata bahwa saya tak pernah salah.
Maka berterimakasihlah kepada orang yang mengingatkan kesalahan kita. Karena itu tanda keikhlasan. Sebagaimana Imam Adz-Dzahabi berkata, “Tanda orang ikhlas bahwa apabila ia diingatkan kesalahannya, hatinya tidak panas. Dia pun juga tidak ngeyel. Justru ia berterima kasih dan berkata, semoga Allah merahmati orang yang mengingatkan kesalahanku.”
Namun ini jarang dizaman ini, saudaraku sekalian. Maka jadilah kita orang-orang yang ikhlas dalam berteman. Mengharapkan wajah Allah semata. Jadilah kita orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena urusan dunia, bukan karena tujuan-tujuan dunia, karena itu semuanya tidak akan menjadikan kita berteman secara kekal sampai akhirat nanti. Karena pertemanan yang kekal itu adalah ketika kita saling mencintai karena Allah. Allah berfirman:
لْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾
“Orang-orang yang saling berkasih sayang karena dunia, di hari akhirat nanti akan menjadi musuh satu sama lainnya kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 67)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.
Sumber: https://www.radiorodja.com/