Type Here to Get Search Results !

 


MISTERI KEHIDUPAN

 

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (dapat) pula memajukannya” (QS. Al-A’raf : 34).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat tersebut: “Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan keturunan Adam ‘alahissalam di bumi dan menentukan batas waktu tertentu untuk mereka, tidak ada satupun umat yang melampaui batas atau terlambat dari batas waktunya yang telah ditentukan, baik umat secara keseluruhan ataupun masing-masing individu.” (Taisirul Karim ar-Rahman, hlm.151).

Kematian adalah sebuah misteri yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Dalam kehidupan ini seringkali orang yang awalnya dikenal sebagai sosok yang taat pada Allah Ta’ala, namun di akhir hidupnya Allah takdirkan su’ul khatimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ الزَّمَنَ الطَّوِيلَ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّة

“Ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga.” (HR. Al-Bukhari no. 2898, 4282, Muslim no. 112, 2651).

Semua itu tentunya harus diyakini bahwa takdir Allah Ta’ala segalanya baik, sesuai dengan kemahaadilan-Nya. Allah Yang Maha Tahu apa yang pantas untuk hamba-hamba-Nya. Dua kisah di bawah ini semoga menjadi renungan bagi kita bahwa untuk mengakhiri hidup dengan ‘happy ending‘ butuh perjuangan, kesabaran, doa, dan rahmat-Nya.

Adalah ‘Abdurrahman bin Muljam dikenal sebagai ahli ibadah, gemar berpuasa di siang hari dan menjalankan shalat malam. Dia dikenal sebagai al-muqri‘ (ahli qira’at Al-Qur’an). Dia mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain. Tentang kemampuannya ini, khalifah ‘Umar bin al-Khaththab sendiri mengakuinya. Diapun pernah dikirim khalifah ‘Umar ke Mesir untuk pengajaran Al-Qur’an di sana, untuk memenuhi permintaan gubernur Mesir, ‘Amr bin al-‘Ash karena mereka sedang membutuhkan seorang qari’. Dalam surat balasannya, ‘Umar menulis: “Aku telah mengirim kepadamu seorang yang shalih, ‘Abdurrahman bin Muljam. Aku merelakan ia bagimu. Jika telah sampai, muliakan ia, dan buatkan sebuah rumah untuknya sebagai tempat mengajarkan Al-Qur’an kepada masyarakat.” Sekian lama ia menjalankan tugasnya sebagai muqri’ sampai akhirnya benih-benih pemikiran khawarij mulai berkembang di Mesir dan berhasil menyentuh ‘athifah (perasaannya), hingga akhirnya memperdayainya. (Dikutip dari majalah as-Sunnah Edisi 03/tahun XII,1429H).

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata tentang Ibnu Muljam, “Sebelumnya ia seorang ahli ibadah taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi, akhir kehidupannya ditutup dengan kejelekan (su’ul khatimah). Ia membunuh Amirul Mukminin, ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah melalui tetesan darahnya ‘Ali. Semoga Allah memberi ampunan dan keselamatan bagi kita. (Mizanul I’tidal, karya adz-Dzahabi, Darul Ma’rifah, Beirut, tanpa tahun, 2/592).

Demikian kisah tragis sosok yang diracuni pemikiran khawarij yang sesat, hingga tega membunuh khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Kisah kedua dikutip dari buku “Misteri Kematian” karya DR. Ahmad Musthofa Mutawalli (hlm. 62). Penulis mendengar kisah, seseorang yang sering puasa dan ahli ibadah, suatu ketika ia sakit keras dan ia terkena fitnah. Aku mendengar orang itu berkata: “Allah membolak-balikanku di berbagai macam ujian. Andai Allah memberikanku Firdaus Allah belum memenuhi balasan atas musibah-musibah yang menimpaku.” Setelah itu ia berkata: “Apa arti ujian ini, bila artinya kematian tentu tidak masalah, tapi penyiksaan ini, apa maksudnya?”. Ia marah dan protes kepada Allah. Wa ‘iyyadzu billah.

Demikianlah… terkadang fitnah kehidupan, seperti sakit mampu menggoncang keimanan seorang hamba yang tadinya kokoh menjadi luntur. Bahkan, mencela takdir-Nya terhadap perkara yang tak disukainya. Ia berprasangka buruk pada Allah dan menuduh-Nya telah menzaliminya. Semoga kita dijauhkan dari berbagai ujian terutama di saat menjelang ajal agar mampu meraih husnul khatimah.

Semoga kisah di atas memantik semangat kita untuk selalu berjalan di atas kebenaran Islam sebagaimana yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya. Selalu memohon istiqamah hingga ajal menjemput sehingga meregang nyawa dengan husnul khatimah. Terus menuntut ilmu syar’i sehingga terhindar dari pemahaman menyimpang, membentengi diri dari fitnah syahwat yang mempu menggelincirkannya dalam kebinasaan.

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

____

Referensi:

1. Misteri kematian (terjemah), DR. Ahmad Musthofa Mutawalli, Darul Ilmi, Bogor, 2013.

2. Majalah as-Sunnah, edisi 03, tahun XII 1429 H.

Tags