Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Wahai umat manusia, wahai yang merasa manusia, aku wasiatkan kepada diriku sendiri dan kepada semua yang merasa manusia agar bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Di sebagian ayat dalam Al-Qur’anul karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا…
“Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah..”
Di ayat yang lainnya Allah memanggil dengan panggilan yang lebih spesial:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ…
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa…”
…وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“…dan janganlah kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 102)
Ahibbati Fillah..
Kalau kita melihat perilaku banyak manusia, dari sejak tadi pagi kita berangkat ke tempat kerja, kita melihat bagaimana mobil-mobil berlalu, motor-motor ramai dan padat di lampu merah, pernahkah kita bertanya, mereka mau kemana? Apa sebenarnya yang mereka kejar sehingga membuat mereka meninggalkan rumah mereka, meninggalkan kasur mereka, meninggalkan istri dan anak-anak mereka? Seakan-akan mereka akan hidup kekal dan abadi. Bekerja, kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki, setiap hari seperti itu.
Ahibbati fillah..
Padahal kita sudah divonis mati. Sudah turun vonis mati itu, kita hanya menunggu kapan kita dieksekusi, semuanya. Allah mengatakan kepada NabiNya, manusia terindah yang pernah menginjakkan kakinya di muka bumi ini, manusia termulia yang Allah cintai dan Allah banggakan. Allah mengatakan kepada beliau:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Muhammad -‘Alaikash Shalatu was Salam Ya Rasulullah-, engkau sudah divonis mati. Manusia-manusia yang sedang berjalan di muka bumi ini, yang mungkin sibuk dengan pekerjaannya, yang mungkin sedang berada di atas motornya, yang mungkin sedang asik menikmati makanannya, semuanya bakal mati.” (QS. Az-Zumar[39]: 30)
Lalu apa yang kita cari?
Hampir setiap hari kita mendengar pengumuman Fulan telah meninggal dunia, Fulan bin Fulan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji‘uun.
Kita kaget.. Kalau kita kenal dengan orang itu, kalau kemarin orang itu masih makan bersama kita, kita berpikir “Ya Allah, bukankah dia yang sehat, yang kemarin makan bersama kita, yang kemarin olahraga bersama kita, yang mungkin kemarin sedang mengurus surat-surat motornya, surat-surat mobilnya, hari ini dia meninggal dunia?”
Kita tidak perlu kaget, jama’ah. Karena suatu saat yang akan diumumkan di sana adalah nama kita. Kita hanya menunggu waktu.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Kalau kita bicara pribadi, kita ingin hidup lebih panjang, tapi tunjukkan kepadaku, mana orang yang umur 100 tahun? Adakah yang hidup 200 tahun? Sebagian orang bangun istana, bangun rumah yang megah, yang mungkin bertahan untuk ratusan tahun, kita bisa melihat rumah-rumah sisa bangunan Belanda, kemana yang membangunnya? Kemana yang bekerja membinanya? Kemana yang pernah menempatinya?
Rumah yang kita bangun, kendaraan yang kita miliki, suatu saat akan berpindah tangan. Jangan bicara rumah kita, jangan bicarakan kendaraan kita, bumi yang kita tempat, yang kita melihat orang berjalan di atasnya, merasa aman, mereka bisa mengerjakan aktivitas semau mereka, tapi kata Allah Jalla Jalaluhu:
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾ وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾ وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا ﴿٣﴾ يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾ يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
Ketika bumi ini digoncangkan.. Antum akan melihat masjid tempat kita shalat, gedung-gedung yang hebat, yang tinggi, yang dibangun oleh manusia akan hancur. Bayi-bayi pun akan beruban pada hari itu.
Kita bisa melihat tatkala terjadi gempa sedikit, gempa 5 menit, kemana kita akan kabur? Antum tidak akan mengambil motor antum, kita tidak akan memikirkan mobil kita, kita tidak akan berfikir tentang HP, juga apapun yang ada di rumah kita. Kita akan berlari meninggalkan semua itu untuk menyelamatkan diri kita dan kita pun akan mati.
Kemana engkau hendak menyelamatkan dirimu?
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
Bumi ini akan memuntahkan yang ada di dalam perutnya, akan memuntahkan milyaran manusia yang telah mati. Mereka akan dibangkitkan dalam kondisi telanjang tak berpakaian, tak membawa harta sedikitpun, tidak ada alas kaki yang dipakai. Mereka digiring ke padang mahsyar. Kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam:
تَقِيءُ الأَرْضُ أَفْلاَذَ كَبِدِهَا
Bumi akan memuntahkan isi hatinya. Dia akan memuntahkan emas-emas dan perak sebesar pilar. Ketika manusia dibangkitkan dari kuburannya, dia melihat sebuah pilar terbuat dari emas yang besar. Yang kalau dalam kehidupan dunia dia akan siap bertarung untuk mendapatkannya. Dia mendatangi pilar emas itu, lalu dia mengatakan:
فِي هَذَا قَتَلْتُ
“Gara-gara ini aku membunuh manusia.”
Antum bisa lihat begal-begal yang terjadi, apa yang mereka cari? Seorang kakak membunuh adiknya, silaturrahim putus gara-gara harta.
Datang orang melihat emas teronggokkan seperti itu.
فِي هَذَا قَطَعْتُ رَحِمِي
“Gara-gara ini aku putuskan rahimku.”
Apakah mereka mengambil emas itu? Apakah mereka bawa menuju ke padang mahsyar? Jawabnya adalah emas itu ditinggal. Karena pada hari itu:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
“Harta tiada guna, anak tidak bermanfaat.” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 88)
Kehidupan ini akan berakhir, semua akan rata dengan tanah, manusia hanya akan membawa amal perbuatannya, mereka akan menuju ke padang mahsyar untuk disidang. Tapi mungkin sebagian di antara kita tidak beriman, tidak percaya kalau bumi ini akan hancur, tidak yakin kalau dia akan mati.
Suatu hal yang menakjubkan, hanya amal yang engkau akan bawa.
Ketika engkau dibawa oleh para pemanggul jenazah, ketika diletakkan di atas sana, rumahmu tidak engkau bawa, mobil dan hartamu yang lain engkau tinggal, engkau akan berteriak di dalam keranda tersebut. Kalau engkau orang yang beriman, yang beramal untuk hari akhirmu, maka engkau akan berteriak mengatakan:
قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي
“Segerakan aku, segerakan aku ke tempatku.” (HR. Bukhari)
Dunia ini bukan tempat tinggal, jama’ah. Tunjukkan kepadaku, mana orang-orang kaya, mana penguasa-penguasa yang kekal dan abadi? Jawabnya tidak ada, semua mati. Mau presiden, mati.
Adapun kalau engkau bukan orang yang baik, maka di atas keranda itu engkau akan berteriak mengatakan:
يَا وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا
“Mau dibawa kemana aku ini?”
Karena sejatinya kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk liang lahat yang hanya 1 x 2 meter. Kita melihat, kita membawa saudara kita, orang tua kita, ibu kita, semua berakhir di sana.
Sebesar apapun rumah yang dia miliki, sekaya apapun harta yang dia kumpulkan, maka akan berakhir ke suatu tempat. Dan yang akan menemani kita di sana satu, amal perbuatan kita.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ahibbati fillah..
Kalau umur kita hanya 70 tahun di muka bumi ini, kita kerja capek-capek, dari jam 6 sampai jam 4, jarang bertemu keluarga. Kalau untuk yang 70 tahun saja kita bersungguh-sungguh, apa kata Allah tentang hari akhir?
وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Satu hari di sisi Allah kelak, kehidupan kita di hari akhir, satu hari sama dengan 1000 tahun dari kehidupan kita. Lalu kita tidak bersungguh-sungguh untuk yang satu hari sama dengan 1000 tahun?
Ahibbati fillah..
Hanya ada dua kelompok manusia nanti. Sebagian di surga dan sebagian di neraka. Allah bercerita:
وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ…
Kelak nanti penghuni surga akan menyeru penghuni neraka, ketika semua sudah diputuskan, mereka mengatakan:
أَن قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا
“Kita sudah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhan kami.”
Kita disuruh shalat, kita disuruh ibadah, kita disuruh bangun malam, kita lakukan semua itu, dengan janji Allah akan berikan, dan Allah sudah berikan janji itu. Sungai-sungai yang mengalir, taman-taman yang indah, tidak ada kelelahan, tidak ada kecapean, semua yang diinginkan jiwa didapatkan di sana, kita sudah dapatkan itu.
lalu penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka:
فَهَلْ وَجَدتُّم مَّا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا
“Apakah kalian sudah mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian kepada kalian dengan benar?’
Apa kata penghuni neraka?
قَالُوا نَعَمْ
“Iya, semua sudah kita dapatkan.”
فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَن لَّعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ada yang menyeru: ‘Laknat Allah buat orang-orang yang dzalim.'” (QS. Al-A’raf[7]: 44)
Sebagian kita dzalim, jama’ah. Allah yang memberikan tangan kepada kita, Allah yang memberikan kaki kepada kita, Allah yang memberikan kedua mata kepada kita, tapi ketika dipanggil/dikumandangkan adzan, kita tidak datang ke rumah Allah.
Engkau capek, jauh-jauh mengurus surat motor dan mobil, engkau tidak pernah mengurus surat kakimu, surat menggunakan tangan bertahun-tahun.
Kita disuruh mengurus surat, disuruh bayar pajak tiap tahun untuk kendaraan, dan itu kita lakukan. Sedangkan fasilitas dari Allah ‘Azza wa Jalla. Semua Allah berikan dan Allah tidak minta banyak kepadamu. Allah hanya wajibkan kepadamu, shalat lima waktu. Berapa menit dihabiskan waktu untuk shalat?
Ketika subuh dipanggil “Hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal falah.” Mari menuju kemenangan, mari menuju kesuksesan. Kesuksesan sebesar apapun di dunia akan berakhir dengan kematian. Tapi tatkala engkau datang menuju rumah Allah, engkau langkahkan kakimu menuju rumah Allah, engkau angkat tanganmu mengatakan Allahu akbar, engkau menuju kesuksesan yang sebenarnya.
Di hari jum’at, kita masih melihat manusia-manusia yang menjadikan agamanya sendau-gurau dan permainan untuk mereka. Penghuni neraka kelak akan menyeru penghuni surga kembali. Apa yang mereka inginkan dari penghuni surga?
Allah mengatakan:
وَنَادَىٰ أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ ۚ…
Mereka teriak minta air, jama’ah. Tolong berikan kami air atau apa saja yang Allah berikan kepada kalian.
Lalu apa kata penghuni surga?
Anak menyeru bapaknya yang di surga, mungkin bapak menyeru anaknya yang di surga, mungkin teman menyeru temannya di surga. Penghuni surga mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Tidak ada, itu diharamkan atas orang-orang kafir, atas mereka yang selama hidup dzalim kepada dirinya, tidak tahu terima kasih, tidak pandai bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Dari mana kita bisa menghirup udara ini? Siap ayang membuat jantung kita berdetak? Siapa yang membuat kita bisa melihat? Kita sibuk berterima kasih kepada manusia yang membantu kita, tapi kepada Allah?
Maka diharamkan semua itu jama’ah. Apa kata Allah?
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا
Mereka menjadikan agama sebagai bahan olok-olokan, sendau-gurau, diremehkan oleh mereka.
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
Dia tertipu dengan kehidupan dunia. Seakan-akan kita serius hidup di dunia. Padahal semua kehidupan dunia ini adalah main-main.
Kita ingat sedang berada tempat terlaknat, bumi ini adalah tempat terkutuk, apapun yang kau sentuh akan sirna dalam kehidupan ini.
Ingat bapak kita, Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam yang diturunkan ke bumi, dihukum karena dosa yang dia lakukan. Apakah kemudian kita berharap untuk bersenang-senang di tempat ini?
Sadarlah untuk segera kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bawa bekalmu sebanyak-banyaknya, persiapkan untuk menghadapi hari penyesalan yang sangat besar.
Sudah saatnya ketika jum’at kita hadir sebelum khatib naik mimbar. Apa yang engkau kerjakan jama’ah? Berapa kali engkau dengarkan ceramah agama? Apakah setiap hari? Atau sejum’at sekali yang itupun datangnya telat? Demi Allah, ketika khatib naik mimbar, malaikat menutup bukunya. Selesai sudah.
Tapi memang kita menjadikan agama kita bahan olok-olokan. Sebagian beranggapan bahwa agama memberatkan, padahal Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai rahmat (kasih sayang) untuk kita.
Ahibbati Fillah..
Hari ini hari jum’at, harinya bershalawat buat Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Maka perbanyak kita shalawat untuk Nabi. Isi waktu kita untuk bershalawat buat Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam. Allah pun bershalawat buat NabiNya.
إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sumber: https://www.ngaji.id/