Sudah merupakan ketetapan dari Allah Ta'ala, ada sebagian orang masuk ke dalam neraka dan sebagian yang lain masuk ke dalam surga. Sedangkan orang yang masuk kedalaman neraka, penyebabnya ada tiga pintu.
PERTAMA, Pintu syubhat, yang menyebabkan mereka ragu terhadap kebenaran agama. Mereka terombang-ambing dan bimbang untuk tegar di atas jalan yang lurus, yakni islam dan assunnah.
KEDUA, Pintu syahwat, dimana mereka lebih memperturutkan hawa nafsunya dari pada mengikuti syariat yang Allah dan RasulNya syariatkan. Mereka tidak mentaati dan mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan Allah dan RasulNya.
KETIGA, Pintu marah, jika seseorang melampiaskan kemarahannya, maka akan banyak permusuhan. Akan timbul perselisihan dan pertengkaran antar sesama. Maka inilah awal perang sengit antar manusia. Baik perang mulut, dengan mencaci maki, mengghibah, memfitnah atau mengadu domba dan perang fisik yang menyebabkan tertumpahnya darah.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
دخل الناسُ النارَ من ثلاثة أبواب: باب شبهة أورثت شكاً في دين الله، وباب شهوة أورثت تقديم الهوى على طاعته ومرضاته، وباب غضب أورث العداون على خلقه
“Manusia masuk neraka dari tiga pintu: Pintu SYUBHAT yang memunculkan keraguan terhadap agama Allah, pintu SYAHWAT yang menyebabkan ia mendahulukan hawa nafsu daripada ketaatan kepada Allah dan keridhaan-Nya, dan pintu KEMARAHAN yang melahirkan permusuhan terhadap makhluk.” [Al-Fawaaid: 58]. http://islamport.com/w/qym/Web/3178/55.htm
Oleh karena itu, SYUBHAT itu mesti dijauhi, jangan ditantang dan dihadapi. Syubhat mesti dihindari, jangan merasa diri kokoh memegang teguh agama. SYAHWAT jangan diperturutkan, harus ditundukkan. Dan MARAH, senantiasa semaksimal mungkin ditahan, jangan dilampiaskan.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. *Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.* Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, *setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.”* (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
Sumber: https://m.facebook.com/