1. Abu Bakr as-Shiddiq Radliyallaahu Anhu.
Ketika Rasulullah Shollallaahu Alaihi Wasallam Meninggal, Abu Bakr As-Shiddiq menyatakan :
أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنْ كَانَ مُحَمَّدٌ إِلَهَكُمَ الَّذِي تَعْبُدُونَ ، فَإِنَّ إلَهَكُمْ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ ، وَإِنْ كَانَ إِلَهَكُمَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ ، فَإِنَّ إِلَهَكُمْ لَمْ يَمُتْ ، ثُمَّ تَلاَ : {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ، أَفَإِنْ مَاتَ ، أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ} حَتَّى خَتَمَ الآيَةَ
Wahai sekalian Manusia! Jika Muhammad adalah Sesembahan kalian yang kalian Sembah, Sesungguhnya Sesembahan kalian telah Mati. Jika Sesembahan kalian adalah Yang berada di Atas Langit, maka Sesungguhnya Sesembahan kalian tidak akan Mati. Kemudian Abu Bakr membaca Firman Allah : Dan tidaklah Muhammad kecuali seorang Rasul, telah berlalu sebelumnya para Rasul. Apakah jika ia Meninggal atau Terbunuh kalian akan Berbalik ke belakang (Murtad)(Q.S Ali Imran:144). Sampai Abu Bakar menyelesaikan bacaan ayat tersebut(diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Mushonnafnya pada Bab Maa Ja-a fii wafaatin Nabi Shollallaahu Alaihi Wasallam nomor Hadits 37021, al-Bazzar di dalam Musnadnya juz 1 halaman 183).
Riwayat Perkataan Abu Bakr As-Shiddiq tersebut adalah Shahih. Abu Bakr bin Abi Syaibah meriwayatkan dari Muhammad bin Fudhail dari Ayahnya dari Nafidari Ibnu Umar. Semua perawi tersebut (termasuk Abu Bakr bin Abi Syaibah yang merupakan guru Imam al-Bukhari) adalah rijal (perawi) al-Bukhari.
Baca juga: Iman dalam pandangan Ahlus-Sunnah
2. Abdullah bin Masud Radhiyallahu Anhu.
Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud menyatakan :
ما بين السماء الدنيا والتي تليها مسيرة خمسمائة عام ، وبين كل سماءين مسيرة خمسمائة عام ، وبين السماء السابعة وبين الكرسي خمسمائة عام ، وبين الكرسي إلى الماء خمسمائة عام ، والعرش على الماء ، والله تعالى فوق العرش ، وهو يعلم ما أنتم عليه
Antara Langit dunia dengan (langit) berikutnya sejauh perjalanan 500 tahun, dan antara 2 Langit sejauh perjalanan 500 tahun, antara Langit ke-7 dengan al-Kursiy 500 tahun, antara al-Kursiy dengan air 500 tahun, dan ‘Arsy di atas air, dan Allah Ta'ala di atas Arsy dalam keadaan Dia Maha Mengetahui apa yang terjadi pada kalian (diriwayatkan oleh Ad-Daarimi dalam kitab ArRaddu alal Jahmiyyah bab Maa Bainas Samaa-id Dunya wallatii taliiha juz 1 halaman 38 riwayat nomor 34).
Riwayat perkataan Ibnu Mas'ud ini shohih. AdDaarimi meriwayatkan dari jalur Musa bin Ismail dari Hammad bin Salamah dari Ashim dari Zir (bin Hubaisy) dari Ibnu Masud. Semua perawinya adalah rijaal al-Bukhari.
3. Zainab bintu Jahsy Radhiyallahu Anha.
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ زَيْنَبَ بِنت جَحْشٍ كَانَتْ تَفْخَرُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم تَقُولُ: «زَوَّجَكُنَّ أَهَالِيكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سماوات» وفي لفظٍ: كانتْ تقولُ: «إِنَّ اللهَ أَنْكَحَنِي فِي السَّمَاءِ»
Dari Anas –semoga Allah meridlainya- bahwa Zainab binti Jahsy Berbangga terhadap istri-istri Nabi yang lain, ia berkata: “Kalian dinikahkah oleh keluarga kalian sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas tujuh Langit”. Dalam lafadz lain beliau berkata: Sesungguhnya Allah telah Menikahkan aku di atas Langit (H.R al-Bukhari).
4. Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) Radhiyallahu Anhu.
Sahabat Nabi yang merupakan Penterjemah AlQur'an ini, ketika Menafsirkan Firman Allah tentang Ucapan Iblis yang akan Mengepung Manusia dari berbagai Penjuru. Iblis menyatakan sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam AlQur'an :
{ثُمَّ لآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ} [الأعراف: 17]
Kemudian Sungguh-sungguh aku akan Mendatangi mereka dari Arah depan mereka dan dari belakang mereka dan dari kanan dan kiri mereka. (Q.S al-A’raaf:17).
Abdullah bin Abbas menyatakan :
لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَقُوْلَ: مِنْ فَوْقِهِمْ؛ عَلِمَ أنَّ اللهَ مِنْ فَوْقِهِمْ
Iblis tidak bisa mengatakan : (mendatangi mereka) dari Atas mereka, karena dia tahu bahwa Allah berada di Atas Mereka. (diriwayatkan oleh AlLaa-likaa-i dalam Syarh Ushulis Sunnah halaman 661 dengan sanad yang hasan).
5. Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu.
عن زيدِ بنِ أَسْلَمٍ قالَ: م َرَّ ابنُ عمرُ براعٍ فقال: هلْ منْ جَزَرَةٍ؟ فقالَ: ليسَ هاهنا ربُّها، قالَ ابنُ عمر: تقولُ لهُ: أكلَهَا الذئبُ. قالَ: فرفَعَ رأسَهُ إلى السَّماءِ وقالَ: فَأَيْنَ اللهُ؟ فقالَ ابنُ عمر: أنا واللهُ أحقُّ أنْ أقولَ: أَيْنَ اللهُ؟ واشترى الراعي والغنمَ، فأعتقهُ، وأعطاهُ الغنمَ
Dari Zaid bin Aslam Beliau berkata: Ibnu Umar melewati seorang Penggembala (kambing), kemudian Beliau bertanya: apakah ada kambing yang bisa disembelih? Penggembala itu menyatakan: Pemiliknya tidak ada di sini. Ibnu Umar menyatakan: Katakan saja bahwa kambing tersebut telah dimangsa serigala. Kemudian penggembala kambing tersebut menengadahkan pandangannya ke Langit dan berkata: Kalau demikian, di mana Allah? Maka Ibnu Umar Berkata: Aku, Demi Allah, lebih Berhak untuk berkata: Di mana Allah? Sehingga kemudian Ibnu Umar membeli Penggembala dan Kambingnya, Memerdekakan Penggembala tersebut dan Memberikan padanya satu Kambing itu (diriwayatkan oleh Adz-Dzahaby dalam kitab al-Uluw halaman 860, dan Syaikh Muhammad Nashiruddin menyatakan bahwa sanad Hadist ini jayyid (baik)).
Dikutip dari Buku "Akidah Imam Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)"
Penulis: Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
Sumber: https://www.atsar.id/