Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan rumah tangga, ternyata terkadang sebagian pasutri belum meraih kebahagiaan yang diharapkan. Dan tidak jarang juga setelah bertahun-tahun menjalani bahtera rumah tangga akhirnya berakhir dengan pecah dan tenggelamnya bahtera tersebut…
Apa yang hendak tertorehkan pada tulisan berikut ini hanyalah sebagian usaha yang mungkin bisa dilakukan untuk memperindah kehidupan rumah tangga…, agar rumah terasa seperti surga dunia…bukan sebaliknya menjadi neraka dunia…
Diantara kiat-kiat yang mungkin untuk dilakukan dan direnungkan adalah:
Pertama: Masing-masing dari pasutri berusaha memperbaiki hubungannya kepada Allah. Barang siapa yang indah hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperindah hubungannya dengan makhlukNya, diantaranya Allah yang akan memperindah hubungannya dengan pasangan dan belahan hatinya.
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْجَزَرِيِّ قَالَ: كَانَتِ الْعُلَمَاءُ إِذَا الْتَقَوْا تَوَاصَوْا بِهَذِهِ الْكَلِمَاتِ، وَإِذَا غَابُوا كَتَبَ بِهَا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ أَنَّهُ: مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ، وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ كَفَاهُ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ، وَمَنِ اهْتَمَّ بِأَمْرِ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ
Dari Ma’qil bin ‘Ubaidillah Al-Jazariy, ia berkata : “Para ulama dahulu jika mereka bertemu maka mereka saling mewasiatkan dengan kalimat-kalimat berikut ini dan jika mereka tidak bertemu maka mereka saling menuliskan surat satu kepada yang lainnya bahwasanya :
(1) Barang siapa yang memperbaiki rahasianya (kondisinya yang tidak diketahui dan tidak dilihat oleh orang lain-pen) maka Allah akan memperbaiki luarannya (yaitu kondisinya yang nampak dan terlihat oleh orang lain-pen)
(2) Barang siapa yang memperbaiki hubungan antara ia dengan Allah maka Allah yang akan mengatur/mengurus tentang hubungan antara dia dengan manusia
(3) Barang siapa yang memperhatikan perkara akhiratnya maka Allah akan mengatur urusan dunianya” (Kitab Al-Ikhlash karya Ibnu Abid Dunya hal 54 atsar no 25)
Jika seorang suami/istri meluruskan dan memperbaiki hubungannya dengan Allah, baik ibadah lahiriah maupun ibadah hati/batinnya kepada Allah maka Allah akan memperbaiki hubungan antara dia dengan pasangan hidupnya (suami/istrinya).
Bukankah Allah yang telah berfirman :
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
“Dan (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka” (QS Al-Anfaal : 63)
Ini menunjukkan bahwa yang bisa menyatukan hati, yang bisa menjadikan saling mencintai hanyalah Allah subhanaahu wa ta’aala. Karenanya jika seseorang memperbaiki hubungannya dengan Allah “Pencipta, Penguasa, dan Pengatur hati” maka Allah akan memperindah hubungannya dengan pasangan hidupnya.
Kedua: Berusaha untuk menjadikan kehidupan rumah tangga sebagai bentuk kerjasama antara pasutri untuk meraih akhirat. Jika orientasi pasutri adalah akhirat maka akan jadilah kehidupan rumah tangga mereka berdua langgeng dan penuh kebahagiaan. Akan tetapi kapan saja orientasi salah satu dari pasutri adalah dunia semata maka akan menghantarkan penderitaan dalam kehidupan berumah tangga. Karenanya butuh kerjasama (ta’aawun) antara suami dan istri dalam beribadah dan saling mengingatkan akan akhirat. Sungguh indah jika terjalin kerjasama antara pasutri dalam mengingat akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ, فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى, فَإِنْ أَبَى نَضَحَت فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat. Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud no 1308)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللّيْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا في الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di waktu malam hingga keduanya mengerjakan shalat atau shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang berzikir.” (HR Abu Dawud no 1309)
Dalam riwayat yang dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan dengan lafadz:
إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ, كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang lelaki (suami) bangun di waktu malam dan ia membangunkan istrinya lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat/berdzikir kepada Allah.”
Ketiga : Masing-masing pasutri harus merasa memiliki tanggung jawab.
Istri bukanlah seperti baju yang dibeli, yang jika seorang lelaki tidak suka atau bosan maka langsung ditanggalkan, atau disumbangkan kepada orang lain, atau bila perlu dibuang begitu saja. Bukan juga seperti mobil yang jika si pemiliknya sudah bosan maka tinggal dijual meskipun harus rugi beberapa juta. Istri adalah seorang teman hidup yang dimiliki melalui tali akad nikah yang suci dan sakral…istri merupakan amanah dan beban yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.
Jika seseorang yang membeli mobil dia sadar bahwasanya mobilnya tidak bisa hanya dipakai saja terus-menerus, akan tetapi mobil tersebut butuh perawatan dan perbaikan…maka bagaimana lagi dengan istri !!. Jangan sampai seorang lelaki hanya ingin beristri dan hanya memikirkan perkara-perkara yang enak-enak saja tanpa merasa bertanggung jawab sebagai seorang suami yang seharusnya…bertanggung jawab untuk menafkahi lahir dan batin…, menyisihkan waktu untuk keluarga (istri dan anak-anak)…, berusaha mengenal apa saja hak-hak istri dalam Islam untuk ia tunaikan.
Demikian juga sang istri, harus sadar bahwasanya tatkala ia menerima lamaran sang lelaki maka ia berarti telah menerima setumpuk kewajiban sebagai seorang istri…, berusaha mengenal hak-hak suaminya…, jangan sampai ia hanya ingin menjadi permaisuri…akan tetapi tidak mau berperan dengan peranan pembantu yang menjalankan kerjaan-kerjaan ibu rumah tangga.
Keempat : Pasangan kita adalah orang yang paling berhak untuk kita baiki
Ini adalah perkara yang harus selalu tertanam dalam benak setiap pasutri. Istri adalah orang yang paling berhak untuk dilembuti…, dihormati…, dihargai…, diberikan hadiah…, diramah-tamahi dengan tutur kata yang terlembut dan budi pekerti yang termulia…karena istrilah yang paling banyak berkorban untuk suami…
Renungkanlah…seorang lelaki melamar seorang gadis perawan yang hidup dengan kemanjaan di rumahnya, penuh dengan kasih sayang orang tuanya…dilayani dan dipenuhi kebutuhannya oleh kedua orang tuanya…bahkan terkadang di rumah orang tuanya ada pembantunya…Lantas iapun dikeluarkan dari rumah orang tuanya untuk hidup bersanding dengan seorang lelaki yang asing sebelumnya baginya…lantas ia harus mengurus kasur dan tempat tidur sang suami…, mengurus dapur sang suami…, mengandung anak-anaknya dengan berbagai kesulitan dan penderitaan…, harus mencuci baju suaminya…harus ini dan itu…semuanya harus ia lakukan.
Ini semua harus menjadikan sang istri sebagai orang yang paling berhak untuk dibaiki oleh sang suami !!. Bayangkan seorang lelaki yang memiliki 3 orang anak, lantas istrinya meninggal dunia, maka berapa pembantu yang harus ia bayar…pembantu, babysitter…??
Yang menyedihkan adalah seorang suami yang sangat lembut dan menghormati temannya akan tetapi jika dihadapan istrinya maka ia bertutur kata seenaknya tanpa ada penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa istrinya ??!!
Demikian pula seorang suami adalah orang yang paling berhak untuk dihormati dan dituruti oleh seorang istri…, suamilah yang telah bekerja keras mencari nafkah…suaminyalah yang sabar mendengarkan keluh kesahnya…suaminyalah yang telah sabar merawatnya tatkala ia sakit…suaminyalah yang begitu hangat membelainya tatkala ia lemah dalam kondisi mengandung….dan lain-lain… dan suaminyalah pintu terbesar dan terlebar yang memasukannya ke kebahagiaan abadi di akhirat kelak…
Maka sungguh memilukan dan menyayat hati suaminya jika sang istri begitu lemah lembut dan tertawa jika berbicara dengan teman-temannya, lantas tatkala berbicara dengan suaminya dengan pembicaraan yang datar apalagi kasar !!
Kelima : Tidak ada yang sempurna…
Barang siapa yang mengharapkan kesempurnaan di dunia ini, maka ia hanyalah mengharapkan sesuatu yang mustahil. Karena sesungguhnya Allah hanya menciptakan kesempurnaan kenikmatan di surga kelak, agar seorang muslim sadar dan selalu merindukan kesempurnaan di akhirat. Jika nampak kesalahan dan kekurangan pada pasangan hidup maka segera ingatlah kebaikan-kebaikannya dan juga jasa-jasanya serta kelebihan-kelebihannya. Jangan sampai seseorang didominasi oleh syaitan yang berusaha menjadikan seseorang hanya mengingat kejelekan dan keburukan (silahkan lihat Ceramah Singkat: “Kebahagiaan dan Kesempurnaan” di http://www.youtube.com/watch?v=XQwYxhJfDzw)
Keenam : Berusaha selalu mencintai pasangan hidup kita karena Allah
Tentu kita mencintai pasangan hidup kita dengan cinta tabiat (yaitu lelaki mencintai seorang wanita dan sebaliknya). Akan tetapi cinta yang dibangun hanya karena cinta tabi’at tidak akan pernah langgeng. Jika perkara yang kita hasratkan pada pasangan hidup kita telah pudar atau hilang maka hilang pula kecintaan kita. Apalagi ternyata ada wanita/lelaki yang lebih menarik hasrat kita daripada pasangan hidup kita, maka akan memudarlah kecintaan kita, dan akan mulai berpaling ke lain hati.
Berbeda halnya jika cinta yang secara tabi’at ini kita hiasi dengan kecintaan karena Allah… maka kecintaan ini akan lebih langgeng dan akan lebih menumbuhkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hati. Kita mencintai pasangan hidup kita karena Allah…karena ingin mewujudkan kehidupan mesra dan bahagia yang diperintahkan oleh Allah….
Jika pilihan pasangan hidup hanya dilandaskan perasaan, cinta, dan syahwat…, maka bisa jadi kondisi seseorang sebagaimana perkataan seorang penyair :
فَمَا فِي الأَرْضِ أَشْقَى مِنْ مُحِبٍّ وَإِنْ وَجَدَ الْهَوَى حُلْوَ الْمَذَاقِ
Tidak di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang yang mencintai…
Meskipun nafsu jiwanya telah mendapatkan manisnya rasa cinta…
تَرَاهُ باَكِيًا فِي كُلِّ حِيْنٍ مَخَافَةَ فُرْقَةٍ أَوْ اشْتِيَاقٍ
Engkau melihatnya menangis setiap saat…
Karena takut akan perpisahan atau karena kerinduan…
فَيَبْكِي إِنْ نَأَوْا شَوْقًا إِلَيْهِم وَيَبْكِي إِنْ دَنَوْا خَوْفَ الْفِرَاقِ
Ia menangis jika jauh darinya karena kerinduan…
Dan ia juga menangis jika dekat karena takut perpisahan…
فَتْسْخَنُ عَيْنَيْهِ عِنْدَ الْفِرَاقِ وَتَسْخَنُ عَيْنَهُ عِنْدَ الطَّلاَقِ
Matanya berlinang air mata tatkala perpisahan….dan matanya juga berlinang air mata tatkala perceraian…
Akan tetapi jika mencintai pasangan hidup dibangun atas kecintaan dan agama serta tujuan akhirat, maka insya Allah keberkahan akan meliputi kebahagiaan rumah tangga. Wallahu A’lam
Ketujuh : Hiasilah kecantikan dengan manisnya akhlak
Kecantikan paras wanita merupakan dambaan dan impian seorang suami, akan tetapi kenyataannya akhlak seorang wanita lebih mendominasi kecantikannya di mata suami. Jika akhlaknya buruk maka pudarlah kecantikan dan indahnya paras tersebut…
Apa manfaatnya paras yang cantik jika hari-hari dipenuhi dengan teriakan suara istri…tidak pernah bersyukur…banyak menuntut…, tidak ‘nurut’…, dll
Sebaliknya dengan indahnya akhlak seorang istri maka sangat bisa memoles dan mempercantik parasnya di mata suaminya…
Lebih indah lagi paras yang cantik dihiasi dengan keindahan akhlak….
Jika sang istri telah tua dan mengeriput…maka yang tersisa di mata suaminya hanyalah akhlak yang indah…yang tidak akan terlupakan…yang menjadikan sang suami setia…dan mungkin tidak akan pindah ke lain hati…
Kedelapan : Tinggalkan metode “Studi Banding”.
Diantara perkara yang sangat menyakitkan seorang suami adalah jika istrinya membanding-bandingkan dirinya dengan lelaki lain, atau dengan suami orang lain !!!. Apalagi jika pembandingan tersebut dimaksudkan untuk menyalahkan atau merendahkan dan menjatuhkan sang suami.
Bisa jadi perbandingan tersebut dari sisi ketampanan, atau perawakan tubuh, atau harta dan kekayaan, atau dari sisi perhatian dan lain sebagainya … Secara naluri hal ini tentu sangat dibenci oleh sang suami yang merasa direndahkan oleh istrinya. Dan hal ini termasuk perkara yang sangat memicu perceraian.
Demikian juga sebaliknya seorang istri terlebih lagi sangat sakit hatinya jika sang suami membanding-bandingkan dirinya dengan wanita lain, apalagi istri orang lain. Sungguh pilu dan tersayat-sayat hatinya.
Karenanya jika seseorang ingin menegur kesalahan atau kekurangan yang ada pada pasangannya, maka janganlah teguran tersebut dengan metode “studi banding” akan tetapi dengan cara yang lain…
Kesembilan : Berusaha merubah suasana sesekali untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan.
Merubah suasana bisa dengan berbagai cara, bisa dengan mencari suasana indah di luar rumah…atau bisa dengan merubah suasana di dalam rumah. Bercinta tidak mesti selalu di kamar tidur, akan tetapi bisa di ruangan lain…
Dan tidak ada salahnya sesekali bersafar berdua tanpa membawa anak-anak…agar bisa menghidupkan kembali suasana mesra antara suami istri. Dan jika memiliki kelebihan harta maka semakin indah lagi jika bisa berumroh berdua atau berhaji berdua…. Merupakan pemandangan yang indah dan romatis tatkala saya mendapati pasangan suami istri yang sudah cukup berumur (sekitar 50 tahunan) lalu mereka berdua berumroh bersama. Sungguh indah “berpacaran” setelah menikah…dan juga sungguh indah “berpacaran kembali” di masa tua…
Kesepuluh : Sesekali berbicara dengan pasangan tentang nostalgia-nostalgia indah atau yang lucu dan berkesan…yang ini akan sangat memupuk rasa cinta diantara pasutri.
Ingatlah kisah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengajak Aisyah lomba lari, lalu ternyata Nabi kalah dalam lomba pertama tersebut. Sebabnya karena Aisyah masih remaja ditambah dengan perawakan tubuh yang ringan. Kekalahan Nabi dalam lomba lari ini senantiasa dalam nostalgia Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menunggu sehingga tatkala tubuh Aisyah mulai gemuk maka ketika itu Nabi mengajaknya untuk lomba lari lagi. Ternyata pada lomba yang kedua Nabi yang menang, seraya Nabi berkata kepada Aisyah “هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ” “Ini sebagai tebusan kekalahan lomba yang pertama”. Lihatlah…ternyata Nabi terus mengenang nostalgia yang indah tersebut. Lomba lari antara Nabi dan Aisyah, antara seorang suami dan istri…tentunya merupakan nostalgia yang penuh kemesraan…terus diingat oleh Nabi hingga menunggu tubuh Aisyah agak gemuk baru Nabi mengajaknya berlomba lari kembali … (silahkan baca kembali https://firanda.com/index.php/artikel/keluarga/400-cintaku-maafkanlah-suamimu-ini)
Kesebelas : Membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata cinta dan panggilan-panggilan sayang diantara pasutri, dan tidak perlu canggung meskipun di hadapan orang lain. Jangan pelit untuk mengirim sms kepada istri dengan berkata “Aku mencintaimu…”. Sepertinya ini perkara yang ringan akan tetapi ini sangat berkesan di hati istri. Demikian juga sebaliknya..
Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh seorang sahabat : “Siapakah yang paling anda cintai?”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tidak canggung menjawab : “Aisyah”
Tidak ada salahnya jika sedikit bergombal ria terhadap istrinya (selama tidak berlebihan). Gombalan tersebut ternyata sering menumbuhkan dan mempererat rasa cinta. Dan ternyata sebagian para wanita tetap saja suka -meskipun ia menyadari suaminya sering gombal-.
Berikut ini contoh gombalan seorang penyair yang menggambarkan kecintaan yang sangat mendalam terhadap istrinya yang sangat sholehah:
أُحِبُّكِ مِثْلَمَا أَنْتِ ………..أُحِبُّكِ كَيْفَمَا كُنْتِ
Istriku…, aku mencintaimu apa adanya dirimu…aku mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu
وَمَهْمَا كَانَ مَهْمَا صَارَ …أَنْتِ حَبِيْبَتِي أَنِت ..
Apapun yang terjadi engkau tetaplah kekasihku
زَوْجَتِي …أَنْتِ حَبِيْبَتِي أَنْتِ ..
Istriku…, engkaulah kasih dan cintaku
حَلاَلِي أَنْتِ لاَ أَخْشَى عَذُوْلاً هَمُّهُ مَقْتِي….لَقَدْ أَذِنَ الزَّمَانُ لَنَا بِوَصْلٍ غَيْرِ مُنْبَتِّ
Kekasihku aku tidak pernah khawatir dirimu adalah seorang istri yang hobinya hanya memarahiku…
Sungguh zaman telah mengizinkan kita untuk bersatu dengan sambungan yang tidak terputuskan…
سَقَيْتِ الْحُبَّ فِى قَلْبِي بِحُسْنِ الْفَعْلِ وَالسَّمْتِ….يَغِيْبُ السَّعْدُ إِنْ غِبْتِ وَيَصْفُو الْعَيْشُ إِنْ جِئْتِ
Engkau menyiram hatiku dengan indahnya akhlak dan perangaimu…
Sungguh kebahagiaan sirna tatkala engkau pergi dan kehidupan menjadi indah jika engkau datang….
نَهَارِي كَادِحٌ حَتَّى إِذَا مَا عُدْتُ لِلْبَيْتِ…لَقِيْتُكِ فَانْجَلَى عَنِّي ضَنَايَ إِذَا تَبَسَّمْتِ ..
Siang hariku terasa kacau hingga tatkala aku kembali ke rumah..
dan tatkala melihatmu maka dengan senyumanmu sirnalah semua gundah gulana dan kegelisahanku…
أُحِبُّكِ مِثْلَمَا أَنْتِ …أُحِبُّكِ كَيْفَمَا كُنْتِ
Istriku…, aku mencintaimu apa adanya dirimu…aku mencintaimu bagaimanapun juga kondisimu
تَضِيْقُ بِيَ الْحَيَاةُ إِذَا بِهَا يَوْماً تَبَرَّمْتِ …فَأَسْعَى جَاهِداً حَتَّى أُحَقِّقَ مَا تَمَنَّيْتِ
Terasa sempit kehidupan ini jika sehari saja engkau gelisah …
Maka aku akan berusaha untuk bisa mewujudkan impianmu
هَنَائِي أَنْتِ فَلْتَهْنِئي بِدِفْءِ الْحُبِّ مَا عِشْتِ ….فَرُوْحَانَا قَدِ ائْتَلَفَا كَمِثْلِ الْأَرْضِ وَالنَّبَتِ
Kebahagiaanku adalah engkau maka berbahagialah engkau dengan hangatnya cintaku selama hidupmu…
Maka sungguh kedua ruh kita telah bersatu sebagaimana bersatunya tanah dan tanaman…
فَيَا أَمَلِي وَيَا سَكَنِي وَيَا أُنْسِي وَمُلْهِمَتِي ….يَطِيْبُ الْعَيْشُ مَهْمَا ضَاقَتِ الْأَيَّامُ إِنْ طِبْتِ
Wahai harapanku…wahai ketenanganku…wahai ketenteramanku dan pemberi ilham dalam hidupku…
Kehidupanku menjadi indah meskipun bagaimanapun sulitnya hari-hari jika engkau baik
Keduabelas : Berusaha menunjukkan penghormatan dan penghargaan kepada kerabat keluarga pasangan. Jika seseorang menghormati dan melayani keluarga dan kerabat pasangannya maka hal ini merupakan bentuk pelayanan dan penghargaan kepada pasangannya tersebut. Ini adalah jasa yang akan sangat dihargai oleh pasangannya. Maka pasangannya tersebut akan semakin cinta kepadanya dan akan semakin siap berkorban kepadanya.
Ketigabelas : Bermu’amalah dengan istri bukan dengan “keperkasaan dan kejantanan” akan tetapi dengan kelembutan dan kehangatan.
Seorang suami janganlah menjadi seorang diktator di rumahnya sehingga menimbulkan suasana “ketakutan” bagi istri. Jika dia ingin mengarahkan istrinya maka tidak perlu menggunakan kekerasan dan kejantanannya. Akan tetapi hendaknya ia memperhatikan sang istri sebagai seorang wanita yang berhati lembut dan perasa. Bukankah tujuan dari nasehat adalah perubahan sifat istri ke arah atau akhlak yang lebih baik??. Maka apakah perubahan tersebut diperoleh dengan kekerasan dan paksaan??. Kalaupun terjadi perubahan maka itu bukan dibangun di atas kesadaran akan tetapi di atas “ketakutan”…!.
Keempatbelas : Kapan seorang istri merasa sangat disayang oleh suaminya maka sang istri akan semakin ikhlas dan semangat dalam melayani suami.
Banyak wanita cantik yang suaminya tidak tampan membuktikan bahwa ternyata ketampanan lelaki bukanlah nomor satu bagi para wanita….bahkan bisa jadi nomor ke 4 atau ke 10..…, ketampanan bisa terkalahkan dengan budi pekerti, atau harta, atau kedudukan…
Seorang istri tidak begitu membutuhkan ketampanan anda…akan tetapi membutuhkan anda untuk menjadikannya merasa bahwa ia adalah nomor 1 di hati anda…
Pintarlah para suami bertutur kata…bermanis-manis kata…romantis, dll. Ingatlah wanita senang untuk dipuji…, pujilah kecantikannya…, pujilah masakannya…, pujilah dia karena Allah…Yang memerintahkan untuk menciptakan kehidupan harmonis dan agamis dalam keluarga…pujilah dia niscaya dia akan lebih mencintaimu dan lebih menservismu
Sebaliknya pula, kapan seorang seuami merasa bahwa istrinya sangat mencintainya maka ia akan lebih percaya dan sayang kepada istrinya. Karenanya selain suami yang romantis, demikian juga istri menyambut keromantisan suami dengan tutur kata yang indah yang menunjukkan kasih sayang akan tetapi tetap dengan aroma penghormatan dan penghargaan kepada suami.
Sumber: https://firanda.com/
Video kajian fikih nikah bersama Dr. Firanda Andirja, Lc. M. A