Type Here to Get Search Results !

 


SENI BERBAKTI KEPADA KEDUA ORTU

  

Ahmad Zainuddin, Lc.

Bagi yang belum maksimal berbakti kepada mereka

Ketauhilah…bahwa ternyata dalam usaha untuk melaksanakan bakti terdapat seni!

Seni bagaimana bertutur kata yang baik…mencari kata-kata yang tidak menyakiti orang tua.

Seni bagaimana membuat orang tua selalu tersenyum bahkan kalau bisa tertawa riang gembira.

Seni bagaimana menahan rasa ingin makanan dan minuman yang tersedia karena dikira orang tua juga menginginkannya.

Seni bagaimana berusaha mencari makanan dan minuman yang diinginkan oleh orang tua, meskipun terkadang harus kepanasan, kehujanan.

Seni bagaimana lebih mendahulukan mereka dibandingkan anak dan istri tanpa menelantarkan anak dan istri.

Seni bagaimana menjaga perasaan orang tua.

Seni bagaimana bersikap tawadhu’ di depan orang tua.

Seni ketika menafkahi orang tua, bagaimana kita harus lebih beriman kepada janji Allah Ta’ala dalam hal memberikan nafkah, meskipun terkadang kita dalam keadaan sulit dan kepepet.

Seni bagaimana agar orang tua tidak malu menerima pemberian kita, anaknya.


Dari sinilah akhirnya, semoga kita lebih memahami:

1- Kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh seseorang lebih mendahulukan berbakti kepada orang tuanya dibandingkan berjihad ( sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari)

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ ).

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata; “Pernah seseorang mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu ia minta izin untuk berjihad, Lalu Beliau bertanya: “Apakah kedua orang tua masih hidup?” Orang itu menjawab:”Iya”. Beliau bersabda: “Berjihadlah dalam mengurus keduanya.” HR. Bukahri.

2- Kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk tetap diam bersama ibunya, karena pada kedua kaki ibunya terdapat surga.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ، أَنَّ جَاهِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ فَجِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ. قَالَ: «أَلَكَ وَالِدَةٌ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «اذْهَبْ فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلَيْهَا» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.

Artinya: “Mu’awiyah bin Jahimah meriwayatkan bahwa Jhimah radhiyallahu ‘anhu pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Sungguh aku ingin berperang, dan aku datang meminta petunjuk kepada engkau?”, beliau bersabda: “Apakah kamu memiliki ibu?”, ia menjawab: “Iya”, beliau bersabda: “Pergilah dan tinggallah bersamanya, karena sesungguhnya surga pada kedua kakinya.” HR. Al Hakim, beliau berkata: “Hadits ini adalah yang shahih sanadnya dan belum disebutkan oleh kedua imam (Yaitu Imam Bukhari dan Muslim).

3- Kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang pemuda yang telah membuat ibunya menangis untuk kembali membuatnya tertawa.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ( أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي جِئْتُ أُرِيدُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَقَدْ أَتَيْتُ وَإِنَّ وَالِدَيَّ لَيَبْكِيَانِ قَالَ فَارْجِعْ إِلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا ).

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr berkata: “Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama, aku berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan kedua orang tuaku benar-benar menangis?”, beliau menjawab: “Kalau begitu, kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka berdua menangis.” HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai.

Sobat …

Sungguh pemandangan yang terindah, yang sangat sulit dilupakan bagi seorang anak shalih. semoga Allah Ta’ala membantu kita mewujudkannya. Allahumma amin.


KISAH NYATA KEMATIAN KEDUA ORTU YANG MENYAYAT HATI

 

Pasangan Lansia di Magelang Ditemukan Meninggal Mengenaskan

Kabupaten Magelang - Sukardjo (70) dan Surati (60) sepasang suami istri warga Dusun Sanggrahan, Desa Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya. Diperkirakan, mereka telah meninggal dua pekan tanpa diketahui keluarganya.

Menantu korban, Kholid, adalah yang mengetahui pertama kali kedua mertuanya itu telah meninggal, Minggu pagi. Dia sebelumnya dihubungi saudara-saudaranya yang tinggal di luar kota yang kesulitan menghubungi kedua orangtuanya itu karena HP Sukardjo selalu tidak aktif.

"Saya kemudian mengecek kesini (rumah korban) sampai dua kali, saya lihat lampu-masih menyala dan kondisi pintu jendela terkunci. Akhirnya saya meminta izin saudara yang lain untuk mendobrak pintu rumah dengan dibantu warga sekitar. (https://news.detik.com/)

Kematian pasangan Lansia di Magelang dirumahnya tanpa diketahui orang lain selama lebih kurang dua minggu ini memberikan pelajaran bagi kita sebagai anak... Rawatlah orang tua bersama kita di saat masa tuanya atau kalau mereka tidak mau dan tetap ingin hidup di rumah mereka sendiri... kunjungilah mereka setiap hari..

Sedih dan haru membaca berita ttg kematian pasangan suami isteri ini... 

Kemarin sore seorang teman menunjukkan sebuah foto yang ada dari grup WA RT-nya, wilayah Magelang. Mayat dua orang tua sepuh yang sudah membengkak, menghitam dan mulai berair. Saya hanya melihat sekilas karena tidak punya cukup nyali memandangnya dekat.

Jenasah Kakek-Nenek itu baru ditemukan setelah berhari-hari sejak kematiannya, oleh menantu dan tetangga. Tak ada yang tahu persis kapan mereka berdua wafat. Kata polisi kemungkinan sudah dua mingguan berlalu. Mereka meninggal tanpa kata, tanpa pamit dan yang pasti tanpa didampingi oleh anak, menantu dan cucu-cucunya. 

Bukan karena mereka tak punya keturunan, namun tak ada satu pun anak yang bisa menemani dan merawat  mereka di hari-hari tuanya. Anak-anak mereka tinggal di luar kota.

Lelaki  sepuh itu  akhirnya  meninggal dalam keadaan duduk  bersandar pada  kursi kayu di ruang tamunya.

Lelaki itu sehari-harinya adalah suami yang merawat istrinya yang stroke dan sudah tidak bisa beraktivitas apapun kecuali berbaring di tempat tidur. Polisi memperkirakan kematian lelaki sepuh ini terjadi lebih dulu. Istrinya menyusul wafat kemudian, banyak orang mereka-reka : sang istri meninggal karena selama berhari-hari tak makan minum atau melakukan aktivitas lainnya, karena sang suami yang selama ini menjadi satu-satunya  'perawat'  terlebih dahulu meninggal dunia. 

Bisakah anda bayangkan keadaan mereka berdua ?

Saat sang istri memanggil suaminya berkali-kali dalam resah namun tak ada jawaban apapun.   Resah bukan saja karena ia sendiri merasa lapar, sakit dan tak berdaya. Namun mengkhawatirkan keadaan belahan jiwa namun tak bisa berbuat apa-apa karena badan tak lagi bisa digerakkan  karena stroke menahun. 

Sang suami juga tak bisa mengabarkan siapapun untuk menggantikannya merawat istri tercinta. Kematian datang tanpa mengucapkan salam pemberitahuan. Begitu tiba-tiba dan sangat nyata. 

Mereka berdua meninggal di dalam rumah mereka sendiri.   Rumah yang menjadi saksi saat pernikahan mereka bermula, saat mereka melahirkan anak demi anak. Membesarkan anak-anak mereka dari bayi merah,  hingga akhirnya bisa merangkak perlahan, berjalan, berlari … dan akhirnya pergi sendiri-sendiri menapaki jalan takdirnya. 

Menjadi orang tua memang adalah jalan panjang untuk melepaskan seorang anak agar mampu menjalani kehidupan mereka sendiri.. karena itulah mengapa kisah pengasuhan anak menjadi rumit. Karena pengasuhan  telah melibatkan berjuta ragam emosi dan kenangan. Anak-anak lahir dari Rahim ibunya, membawa DNA bapaknya, besar dengan keringat dan airmata orang tuanya, namun bukan milik orang tuanya..

Orang tua harus ikhlas melepaskan anaknya menjalani peran kehidupannya sendiri, suatu waktu. Bahkan saat sang anak memutuskan untuk pergi mengembara menggapai mimpi-mimpi mereka..

Dan bagi orang tua, ternyata berpisah dengan anak itu bukan urusan mudah.

Meski teknologi membuat kita bisa menatap wajah keriput mereka di layar HP,  ternyata tak ada yang bisa mengobati rindu sebaik dekapan hangat dan ketulusan cinta.  Sebanyak apapun uang tak akan bisa membeli perhatian,  senyuman,  dukungan dan pelayanan tulus.

Saya menuliskan ini bukan hendak menyalahkan si anak atau keluarganya,  saya pun tak tahu persis apa kesulitan mereka.  Saya hanya ingin menuliskan catatan untuk diri saya sendiri.

Mereka adalah pintu surga yang terbuka. Berbuat baik pada mereka bahkan lebih didahulukan daripada bersedekah pada orang lain.  Menafkahi mereka adalah keutamaan yang besar. Bersabar atas mereka adalah pahala yang besar dihadapan ALLAH. 

Waktu berlalu, usia mereka bertambah, badan mereka makin lemah, kematian semakin mendekat. Bukan tentang kematian mereka, namun juga tentang jatah kematian diri kita. Adakah yang bisa menjamin bahwa kita bisa setua mereka dan punya waktu untuk melanjutkan mimpi yang tak ada habisnya ?

Pulanglah nak, ada sorga yang bisa kita raih dalam bakti padanya. Pulanglah, ada berkat dan kebaikan yang besar yang akan kita dapatkan untuk memperbaiki kehidupan kita sendiri. 

Pulanglah nak, kesempatan terbatas dan tak bisa diulang. Sempatkanlah pulang, supaya kita bisa memohon maaf atas bakti yang tak sempurna, atas semua kedurhakaan dan belum mampu kita membahagiakan mereka. 

Pulanglah, karena sampai kita menjadi orang tua bagi anak-anak kita pun masih saja merepotkan mereka. Pulanglah, untuk mengucapkan terimakasih yang tak pernah cukup…

Jika mereka sakit hari ini, sungguh sakit mereka pun bisa jadi karena kita anak-anaknya. Masa muda dan kekuatan mereka berkurang untuk membesarkan kita anak-anaknya. 

“Rindu itu berat, hidup dalam sepi tanpa anak cucu di akhir masa tua itu jauh lebih berat”‼️

Sungguh tak ada orang tua yang ingin merepotkan anak-anaknya. Tak ada yang ingin sakit di masa tua lemahnya. 

Tak ada yang ingin berhitung budi dengan anak-anaknya, mereka ikhlas. 

Bukan orang tua yang sebenarnya membutuhkan anak-anaknya. Tapi justru anak-anaknya lah yang sangat membutuhkan orang tuanya. Karena sadar bahwa amal yang tak seberapa ini, dosa yang banyak ini hanya bisa lebur dengan amalan istimewa di mata ALLAH. 

Salah satunya adalah berbakti pada orang tua. 

Memang tak ada orang tua yang sempurna namun yang pasti bahwa setiap anak berhutang budi pada orang tuanya. Bukan tentang nominal angka-angka yang mereka habiskan untuk membesarkan dan mendidik kita, namun tentang cinta, ketulusan, perhatian, doa dan pegorbanan yang tak berbilang.

Semoga Allah Selalu meramati KITA SEMUA, semoga kita bisa mengambil ibroh pelajaran, Aamiin Allahumma Aamiin.