Type Here to Get Search Results !

 


HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL


Hukum Muslim Mengucapkan Selamat Natal, Mutlak Haram!

Telah beredar berita yang mengatakan bahwa hukum mengucapkan natal bagi seorang muslim adalah halal. Informasi ini diterbitkan langsung oleh salah satu situs berita Suara.com. Mirisnya, orang yang dijadikan sumber informasi ini adalah sosok yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai ulama, berinisial Q.S. dan juga S.A.S., dan yang serupa dengan mereka.

Suara: https://www.suara.com/news/2020/12/14/140821/ada-dalilnya-di-alquran-quraish-shihab-muslim-boleh-ucap-selamat-natal

Dalam sebuah wawancara yang di publikasikan oleh salah satu channel Youtube, mengatakan bahwa halal mengucapkan “Selamat Natal” kepada orang-orang nasrani yang merayakan hari kelahiran tuhan mereka, Yesus Kristus. Bahkan tak tanggung-tanggung, narasumber itu berkata, bahwa halalnya mengucapkan selamat natal ada di dalam Al-quran.

Artikel ini akan membantah apa yang disampaikan oleh media dan ulama atas pernyataannya itu, sekaligus menyangkal anggapan bahwa dalam Al-quran terdapat dalil bolehnya mengucapkan selamat natal. Berikut sanggahannya:

  • 1. Nabi Isa عليه السلام Adalah Seorang Muslim, Beliau Beragama Islam

Perlu dicermati, bagaimana seorang liberal bisa dengan mudahnya memutar balikkan arti Al-quran. Berikut ini adalah ayat yang digunakan oleh orang-orang liberal untuk menghalalkan mengucapkan selamat natal, sesuatu yang sejatinya adalah haram di mata Allah dan rasulnya:

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Artinya:

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

– QS Maryam:33

Untuk menyanggahnya, kata السَّلامُ (as salaam) pada ayat di atas maksudnya bukanlah mengucapkan selamat, melainkan doa beliau (Nabi Isa) untuk meminta ‘keselamatan dari Allah‘ kepada dirinya sendiri (pada saat dilahirkan, saat meninggal, dan saat dibangkitkan kembali pasca hari kiamat). Bahkan oke-lah, jika kita terima arti dari kata السَّلامُ (as salaam) adalah “selamat” seperti yang dimaksud oleh narasumber diatas, maka perhatikan dalam ayat tersebut, nabi Isa berkata السَّلامُ عَلَيَّ ‘as salaam alayya (artinya: kepadaku). Sekarang saya tanya, kepada siapa nabi Isa mengucapkan selamatnya? Kepada dirinya sendiri. Lalu apa agama nabi Isa? Dalam Al-quran, Allah menceritakan:

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِيۡسٰى مِنۡهُمُ الۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِىۡۤ اِلَى اللّٰهِ‌ؕ قَالَ الۡحَـوَارِيُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ‌ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ‌ۚ وَاشۡهَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ

Artinya:

“Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyµn (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim (Muslim artinya adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah).”

QS. Ali ‘Imran: 52

Dari ayat di atas telah jelaslah bahwa nabi Isa عليه السلام dan para Hawariyyµn (para sahabatnya nabi Isa) adalah seorang muslim, mereka beragama Islam. Maka jika kita menelaah QS Maryam:33 diatas, dan jika saja kita menerima bahwa arti dari kata السَّلامُ (as salaam) pada QS Maryam:33 di atas maksudnya adalah ucapan selamat, maka nabi Isa mengucapkannya kepada dirinya sendiri yang beragama Islam. Sementara tokoh ulama yang menghalalkan ucapan selamat natal dan para liberalis lainnya mengucapkan selamat natal kepada orang-orang Nasrani.

Jadi telah rontoklah hujjah media Suara.com dan narasumbernya yang berkata bahwa dalam Al-quran terdapat dalil yang membolehkan mengucapkan selamat kepada orang-orang nasrani.

  • 2. Nabi Isa Tidak Lahir Pada 25 Desember di Musim Dingin, Lantas Kepada Siapa Sebenarnya Ucapan Selamat itu Ditujukan?

Tidak ada kesepakatan diantara orang-orang nasrani, bahkan mereka sebenarnya dalam kebingungan  yang tiada henti-henti, dan tidak tau pasti kapan sebenarnya waktu tepatnya hari lahir Isa عليه السلام. Jadi mereka yang merayakan natal sebenarnya tidak benar-benar merayakan hari lahirnya Isa عليه السلام. Lantas siapa sebenarnya yang lahir pada tanggal 25 Desember atau pada musim dingin/salju, dan dirayakan setiap tahunnya itu?

Dalam Al-quran Allah telah menjelaskan perkiraan pasti waktu kelahiran Isa عليه السلام dari rahim Maryam Radhiyallahu’anha. Yaitu pada musim panen kurma.

فَنَادَىٰهَا مِن تَحْتِهَآ أَلَّا تَحْزَنِى قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

Artinya:

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

Artinya:

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

Artinya:

“…maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini”.

– QS Maryam: 24-26

Jadi, kapan nabi Isa عليه السلام lahir? Pada musim panen kurma. Kapan tepatnya musim panen kurma itu? Pada puncak musim panas, yaitu bulan Oktober. Pada bulan April pohon kurma mulai berbuah, dan akan masak pada bulan Oktober, bukan musim dingin seperti yang di rayakan oleh mayoritas orang-orang nasrani, yaitu pada tanggal 25 Desember.

Meskipun tidak ada tanggal pasti kelahirannya, dan memang tidak ada satupun diantara para nabi-nabi dan rasul-rasul yang diketahui pasti tanggal lahirnya, termasuk nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Allaihi wa sallam.” Nabi Muhammad Shalallahu ‘Allaihi wa sallam lahir pada hari Senin, tak ada seorang pun ulama yang mengingkarinya. Namun para ulama berbeda pendapat dalam hal tanggal kelahirannya. Penetapan hari lahirnya nabi kita pada tanggal 12 Rabiul Awal tak lain hanyalah pendapat saja, bukan fakta pasti.

Lantas, jika nabi Isa عليه السلام tidak lahir pada 25 Desember, siapa yang dirayakan hari lahirnya oleh orang-orang nasrani? Lalu siapa pula sosok yang di imani oleh orang2 yang diberi ucapan selamat oleh orang-orang liberal yang mengaku ‘muslim’? Jika kamu meruntut pada fakta sejarahnya, peringatan 25 Desember asalnya adalah peringatan hari dewa matahari (baca: Apakah Yesus lahir tanggal 25 Desember? : https://www.katolisitas.org/apakah-yesus-lahir-tanggal-25-desember/ ).

Jadi, sebenarnya, dengan kamu mengucapkan “Selamat natal” kepada orang-orang nasrani, maka kamu sama saja merayakan hari lahirnya “dewa matahari”, bukan lahirnya Isa عليه السلام.


3. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Para Sahabat Tidak Memahami Ayat Ini Sebagai Pembolehan Dalam Mengucapkan Selamat Dalam Perayaan Orang-orang Kafir

Jika kita merujuk pada sirah nabawiyah, apakah ada orang-orang nasrani yang tinggal di sekitar Mekkah dan atau Madinah semasa Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam masih hidup? Tentu saja ada, tapi apakah beliau pernah mengucapkan selamat natal kepada orang-orang nasrani itu? Tidak pernah dan tidak ada satupun riwayat yang membolehkannya. Bahkan salah satu sahabat yang paling tersohor, Umar bin Khathab radhiallahu’anhu yang juga adalah seorang Khulafaur Ar Rasyidin pernah berkata:

أَعْدَاءَ اللَّهِ ؛ الْيَهُودَ , وَالنَّصَارَى ، فِي عِيدِهِمْ يَوْمَ جَمْعِهِمْ , فَإِنَّ السَّخَطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ , فَأَخْشَى أَنْ يُصِيبَكُمْ

Artinya:

“jauhilah perayaan-perayaan kaum musuh Allah yaitu Yahudi dan Nasrani. Karena kemurkaan Allah turun atas mereka ketika itu, maka aku khawatir kemurkaan tersebut akan menimpa kalian”

– HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hasan

  • 4. Mengucapkan Selamat Natal Berarti Mengakui Allah Punya Anak

Sang profesor berinisial Q.S itu berkata:

“Selama aqidah anda tetap terjaga, maka bisa saja. Mau ucapkan (sampai) keriting “selamat natal”, boleh saja.”

Simak baik-baik, bagian ini akan meruntuhkan perkataan yang disampaikan oleh orang berinisial Q.S itu. Ia berkata, bahwa kita boleh mengucapkan “selamat natal” kepada orang nasrani selama aqidah kita tetap terjaga. Maka Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam QS Al-Ma’idah: 17, 72 dan 73 yang membantah perkataan orang itu.

Seorang nasrani jelas mereka kufur kepada Allah. Kekufuran mereka terletak pada dua hal, yaitu perkataan dan keyakinan. Sebagaimana semua orang tau, bahwa mayoritas orang-orang nasrani berkata dengan mulut mereka bahwa Isa عليه السلام (Yesus) adalah salah satu dari yang tiga, yaitu Bapa, Putra (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Selain berkata, mereka juga berkeyakinan dalam hati mereka bahwa Isa عليه السلام (Yesus) adalah salah satu dari yang tiga, Yesus adalah penjelmaan dari Allah (Bapa), begitu pula dengan roh kudus. Maka letak kekufuran mereka ada dua. Yaitu pada Perkataan dan juga Keyakinan.

Sementara itu, perlu kita ketahui bahwa dalam Islam yang membuat kita kufur atau keluar dari Islam bukan hanya masalah keyakinan saja, tapi perkataan (tanpa udzur) juga bisa membuat kita keluar dari Islam. Hanya sekedar berkata bahwa Allah subhanahu wa ta’ala atau tuhan semesta alam memiliki anak saja, bisa membuat kita keluar dari keislaman.

Tak perduli apakah seseorang itu berkata bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah salah satu dari yang tiga (trinitas), atau berkata Allah adalah Yesus, juga berkata Allah dilahirkan atau memiliki anak, semua itu akan membuat kita kufur.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?”. Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

– QS Al-Ma’idah: 17

Perhatikan dalam QS Al-Ma’idah: 17 diatas (yang saya tulis tebal/bold), Allah menegaskan bahwa orang-orang yang kufur adalah orang-orang yang berkata “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”.

Pada ayat diatas, Allah tidak berkata “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkeyakinan“, melainkan Allah berkata “…telah kafirlah orang-orang yang berkata“. Kenapa? karena hanya dengan berkata saja bisa membuat kita kufur dari Islam, apalagi berkeyakinan seperti orang-orang nasrani. Jadi perlu di garis bawahi, bahwa hanya dengan perkataan saja, kita bisa kufur. Berkata Allah adalah trinitas, membuat kita kufur. Hanya dengan perkataan syahadat kita bisa masuk Islam, dan hanya dengan perkataan yang salah pula kita bisa keluar dari Islam. Hanya dengan perkataan talak kita juga bisa bercerai dari istri. Maka berfikirlah sebelum berkata.

Jadi, termasuk dalam hal ini adalah berkata “Selamat Natal”, merupakan bentuk tidak langsung dari berkata bahwa “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Sekali lagi, dalam QS Al-Ma’idah: 17 Allah berfirman “siapa saja yang BERKATA Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam, maka ia telah kafir”. Apakah itu secara langsung seperti yang di katakan oleh orang-orang nasrani, maupun secara tidak langsung dengan mengucap “Selamat Natal” oleh orang-orang Islam liberal. Semua itu bisa membawa seseorang pada kekufuran.

Dan bukan hanya sekali, Allah subhanahu wa ta’ala menekankan sampai tiga kali tentang penggunaan kata yang sama, Allah memilih kata yang sama di ayat lainnya, yaitu “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan“. Allah selalu menggunakan kata yang sama, yaitu Berkata atau Mengatakan. Seperti pada QS Al-Ma’idah: 72-73

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Artinya:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”

– QS Al-Ma’idah: 72

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya:

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”

– QS Al-Ma’idah: 73

Jadi telah jelaslah, bahwa sekedar berkata “Selamat Natal” saja bisa membuat kita keluar dari Islam, kufur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka berhati-hatilah dalam berkata-kata. Jangan ringan berucap “Selamat natal” karena akhiratmu dipertaruhkan disini. Biarkan ‘sang profesor’ berkata apa, yang penting aqidahmu tetap terjaga. Dan ingatkan sanak saudaramu, keluargamu, kerabatmu, kolegamu, dan teman-temanmu, bahwa apa yang disampaikan oleh ‘profesor’ di atas bisa berdampak kekufuran dari Islam.

Miris memang, bagaimana bisa seorang ulama yang dikenal masyarakat dengan keilmuannya bisa sampai menyesatkan umat seperti ini. Terlebih sosok ini dikenal oleh khalayak dengan ilmunya dalam menafsirkan Al-quran. Sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh orang tersebut ini pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Meskipun berbeda dengan pada masa itu, setelah diturunkannya kitab terakhir dan penyempurna, Allah menjaga dan memelihara kitab terakhirnya yaitu Al-quran, dari kerusakan-kerusakan yang di buat oleh tangan-tangan umat manusia yang jahil.

وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُۥنَ أَلْسِنَتَهُم بِٱلْكِتَٰبِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمَا هُوَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya:

“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.”

– QS Ali ‘Imran: 78

Dengan tidak mungkinnya merusak isi Al-quran, maka dengan beragamnya bahasa di dunia, ada orang-orang liberal yang sengaja menyesatkan umat ini dengan cara mengubah-ubah terjemahan dan tafsir dari Al-quran itu sendiri. Tujuannya adalah menyesatkan umat yang tidak tau apa-apa tentang Islam, atau yang masih sedikit ilmu agamanya. Termasuk salah satunya adalah penyesatan umat dengan memutarbalikkan arti terjemahan Al-quran. Tentu saja, yang menjadi sasaran dari penyesatan ini tak lain adalah orang-orang yang kurang memahami isi kitabnya, sementara mereka yang paham dengan agamanya tentu tidak akan tersesat dengan hal seperti ini. Maka dari itu, perdalamlah ilmu agamamu. Jemputlah ilmu itu, dan pelajarilah agama Islam agar kamu tidak disesatkan oleh orang-orang liberal.

Nasihat kepada kaum Muslimin

Khusus untuk masalah agama, jangan percaya, jangan yakini, dan jangan terima informasi yang tidak jelas asal-usulnya, yang tidak ada landasan dalilnya. Karena kita tidak tau, siapa sosok dibalik pemilik atau penulis di situs-situs tersebut, termasuk di situs Suara.com, apakah seorang muslim, atau jangan-jangan adalah seorang kafir. Bahkan jika pemilik atau penulisnya adalah seorang muslim, kita tidak tau bagaimana aqidah, manhaj dan ilmu agamanya, apakah lurus atau tidak. Jangan gadaikan agamamu pada sesuatu yang tidak pasti.

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Artinya:

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul (Muhammad) sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An-Nisaa’: 115)

Satu-satunya sumber pasti yang harus di percaya dan diyakini dalam Islam adalah Al-quran dan Assunnah (Hadits shahih). Pun begitu, kita tidak boleh menerima bulat-bulat apa yang di sampaikan oleh ulama. Sampai kita tau asal-usul dan gerak-gerik ulama tersebut apakah sesuai dengan Al-quran dan Assunnah, dan apakah ia memahami Al-quran sesuai dengan pemahaman Shalafusshalih. Karena Al-quran diturunkan kepada para sahabat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya:

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS At-Taubah: 100).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ يَجِئُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِيْنَهُ، وَيَمِيْنُهُ شَهَادَتَهُ.

Artinya:

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabiut Tabi’in). Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (Muttafaq ‘alaih. HR. Al-Bukhari (no. 2652, 3651, 6429, 6658)

Demikian, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi taufik dan hidayah kepada semuanya…

Read more: Manhaj DAN Aqidah Ahlus-Sunnah

Sumber: https://www.assunnah.id/