Setiap manusia pasti menginginkan masuk kedalam surga, bahkan itu merupakan impian hati sanubarinya. Dan tidak ada seseorang pun yang menginginkan hatinya mati, hingga menimbulkan kemalasan untuk beribadah dan taat kepada Allah, menentang ayat-ayatnya, melanggar larangan-Nya, melalaikan dan membenci perintah dan hadits–hadits Nabi-Nya. Semoga Allah menjadikan kita hidup hatinya, dengan mencintai-Nya dan melaksanakan perkara–perkara kebaikan yang lainnya. Kemudian dengan kita mencintai-Nya maka kita akan dicintai Allah Ta’ala dan merasakan manisnya iman. Sesungguhnya semakin besar rasa kecintaanya kepada Allah maka semakin sempurna pula keimanan pada hatinya.
Apakah hakekat cinta kepada Allah Ta’ala?
Diantara perkara yang telah diketahui bersama bahwa cinta kepada Allan Ta’ala dan rosulnya termasuk seagung-agungnya ibadah, yang hendaknya seorang muslim mendekatkan diri kepada Allah dengan rasa cinta kepada Allah Ta’ala, akan tetapi hendaknya seorang muslim jujur dalam kecintaanya kepada Allah Ta’ala. Dan adapun timbangan cinta kepada Allah Ta’ala adalah dengan mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya-pen). (Kitab Uluwwil himmah, 124).
Betapa gamblang dan jelas Allah mengatakan dalam Al Qur’an, artinya : “Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh maka ikutilah aku (nabi muhammad sholAllahu ‘alaihi wa sallam ), niscaya Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Māhapengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-‘Imrân: 31)
Al-‘Allâmah ‘Abdurrahman bin Nâshir As-Sa’di rahimahullah menerangkan, “Dalam ayat ini terkandung makna kewajiban mencintai Allah, tanda-tanda orang yang mencintai-Nya, serta hasil dan buah kecintaan kepada-Nya. Allah berfirman, “Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allah..” yakni apakah kalian mengaku telah mencapai derajat yang tinggi ini (yaitu mencintai Allah) dimana tidak ada lagi tingkatan di atasnya? Sungguh pengakuan lisan semata tidaklah cukup, bahkan pengakuanmu itu haruslah dibangun di atas kejujuran, dan sebagai tanda kejujuran dari pengakuanmu itu ialah dengan mengikuti sunnah Nabi-Nya shāllallahu‘alaihi wa alihi wasallam dalam segenap keadaan, segenap perkataan dan perbuatan, dalam perkara ushul maupun furu’ secara lāhir maupun bātin. Maka orang yang mengikuti Rasul shāllallahu ‘alaihi wa âlihi wasallam itu menunjukkan kejujuran ia dalam pengakuan kecintaannya kepada Allah ta’aala (Taisirul Karimirrahman fi Tafsir Kalâmil Mannân – Surat Al-‘Imrân 31).
Sungguh indah apa yang dikatakan Al-Imam Ibnul Mubarak: “seandainya cintamu ( kepada Allah ) sejati maka kamu akan mentaatiNya, sesungguhnya orang yang cinta pada siapa yang dicintainya maka akan dibuktikan dengan ketaatan padanya. (Tazkiyatun Nufuus /105 ).
Keutamaan cinta kepada Allah Ta’ala
- Cinta kepada Allah Ta’ala merupakan sebab masuk syurga
Sesungguhnya cinta kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya termasuk sebab yang terpenting masuknya seorang muslim ke dalam syurga, dan telah menunjukan tentang hal ini kisahnya orang arab badui yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kapan hari kiamat itu? ( Kitab Uluwwil himmah /123-124).
Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apakah yang engkau persiapkan untuk menemui hari kiamat?”, ia berkata, “Aku tidak menyiapkan apa-apa (dalam riwayat yang lain: “Aku tidak mempersiapkan diri untuk menemui hari kiamat dengan banyaknya shalat, puasa, dan sedekah”, kecuali aku mencintai Allah dan RasulNya”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya engkau bersama dengan siapa yang engkau cintai” (Dalam riwayat yang lain: Anas berkata, “Lalu kami berkata, “Apakah kami juga demikian?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ya” . Anas berkata, “Maka kami pun pada hari itu sangat gembira” ( HR. Bukhori)
- Allah Ta’ala akan mencintai orang – orang yang mencintaiNya
Berdasarkan firman Allah ta’âla, artinya :
“Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Māhapengampun lagi Mahapenyayang” (QS. Al-‘Imrân: 31)
Al-Hafizh Ibnu Katsiir rahimahullah menerangkan, “Ayat yang mulia ini menjadi hakim atas orang-orang yang mengaku mencintai Allah namun ia tidak berjalan di atas sunnāh Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa âlihi wasallam. Maka sesungguhnya ia telah berdusta dalam pengakuannya itu, kecuali ia telah benar-benar mengikuti syari’at dan agama Muhāmmad shāllallahu ‘alaihi wa âlihi wasāllam dalam segenap perkataannya dan keadaan dirinya. Sebagaimana hal ini telah tsabit dalam shahih Al-Bukhâri, bahwa Rasulullah shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalān yang bukan dari urusan kami, maka amalan itu tertolak.”
Sebab itulah Allah berfirman, “Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian..” yakni kalian akan mendapatkan lebih dari apa yang kalian inginkan dari kecintaan kalian kepada Rabb kalian, yaitu kecintaan Allah atas kalian, dan ini lebih tinggi kedudukannya dari yang pertama. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian Ulama, “Persoalannya itu bukan bagaimana engkau mencinta, tapi bagaimana supaya engkau dicinta.” Al-Hasan Al-Bashri dan selain beliau dari kalangan salaf menuturkan, “Ada suatu kaum yang mereka mengaku mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini, Allah berfirman, “Katakanlah (hai Muhammad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian” (Tafsir Ibnu Katsir – surat Al-‘Imrân ayat 31).
- Orang yang mencintai Allah Ta’ala hatinya akan menjadi hidup
Cinta kepada Allah Ta’ala merupakan jalan yang menjadikan hati manusia itu hidup dan gizi bagi semua ruh. Dan tidaklah ada kelezatan, kenikmatan, kemenangan dan kehidupan pada hati manusia melainkan dengan rasa cinta kepada Allah Ta’ala. Dan apabila hati manusia telah melalaikan dan menghilangkan rasa cinta kepada Allah Ta’ala maka rasa sakitnya lebih besar daripada sakitnya mata ketika mata itu kehilangan cahaya pandangan matanya. Dan lebih besar pula sakitnya daripada telinga ketika kehilangan pendengarannya. Bahkan rusaknya hati ketika kosong dari rasa cinta kepada Allah Ta’ala lebih besar daripada rusaknya anggota badan ketika tiada dan hilang ruh didalamnya. Dan perkara ini tidak akan dibenarkan dan diyakini kecuali bagi seseorang yang hidup hatinya. Dan sesungguhnya luka itu tidak akan terasa sakit bagi orang yang mati (hatinya) (Tazkiyatun Nufus/105).
- Cinta kepada Allah Ta’ala lebih dari segala sesuatu merupakan ciri utama orang-orang yang sempurna imannya
Sesungguhnya Orang yang mencintai Allah Ta’ala lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan ciri utama orang-orang yang sempurna imannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman sangat besar kecintaan mereka kepada Allah” (QS al-Baqarah: 165).
- Merasakan kelezatan dan manisnya iman
Artinya : Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga sifat, barangsiapa yang memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman (kesempurnaan iman): menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih dicintai daripada (siapapun) selain keduanya, mencintai orang lain semata-mata karena Allah, dan merasa benci (enggan) untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah sebagaimana enggan untuk dilemparkan ke dalam api” (HR. Bukhori dan Muslim )
Hadits yang agung ini merupakan salah satu landasan utama agama Islam (lihat kitab Fathul Baari, 1/61). Kemudian maksudnya dari “manisnya iman” adalah merasakan kenikmatan (ketika melaksanakan) ketaatan (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), tabah menghadapi segala kesulitan dalam agama dan lebih mengutamakan semua itu di atas semua perhiasan dunia (lihat kitab Syarhu shahihhi Muslim, 2/13, dan Fathul Baari, 1/61).
Mutiara Do’a untuk menggapai cintaNya
Akhirnya, saya mengajak pada diri pribadi dan kaum muslimin supaya kita sering berdo’a agar mendapatkan cinta Allah yang tidak ternilai dan rasa cinta dari orang-orang yang mencintai Allah serta perbuatan yang mengantarkan kita kepada cintaNya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِى إِلَى حُبِّكَ (رواه الترميذي، حديث حسن صحيح، وصححه الألباني )
“Ya Allah, sesungguhnya saya memohon cintaMu dan cintanya orang yang mencintaiMu serta kecintaan pada suatu amalan yang dapat mendekatkanku untuk senantiasa mencintaiMu” ( HR. Tirmidzi, Hadits hasan shohih dan dinyatakan shohih oleh syaikh Al Bani).
Wallahu a’lam .
Penulis : Ustadz Abu Hammam Kiryani, BA.
Muroja’ah : Ustadz Zaenudin Al Anwar
Sumber: https://muslim.or.id/