Type Here to Get Search Results !

 


APA YANG MEMBUATMU MARAH, WAHAI RASULULLAH?


Marah? Ya, Rasulullah ﷺ pernah marah. Beliau adalah pribadi dengan kesabaran luar biasa. Gelar ulul azmi sebagai bukti nyatanya. Beliau tidak marah karena pribadinya di dzalimi. Ummul mukminin Aisyah radliallahu ‘anha pernah bertanya kepada Nabi ﷺ, “Apakah engkau menghadapi suatu hari yang lebih berat daripada hari Uhud?”

Hari Uhud adalah saat Rasulullah ﷺ terluka. Wajah beliau yang mulia luka karena hantaman pedang yang membuat helm perangnya bengkok menusuh wajah. Dan gigi beliau patah karena serangan itu. Nyawa beliau terancam. Dan sahabat-sahabatnya gugur di medan perang.

Namun beliau menjawab pertanyaan Aisyah dengan menyatakan ada yang lebih berat di bandingkan dengan hari Uhud. Kata beliau ﷺ, “Aku telah mengalami penderitaan dari kaumku. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat di Aqabah…”. Yakni saat beliau berdakwah ke Thaif. Mengajak penduduk Thaif untuk memeluk Islam. Namun di balas dengan cara yang hina. Mereka mengeluarkan anak-anak dan budak-budak untuk melempari Nabi ﷺ dengan batu. Hingga beliau pingsan menahan luka. Setelah tersadar, beliau ﷺ di tawari malaikat penjaga gunung, kalau mau membalas. Namun beliau tidak marah. Malah berharap kebaikan untuk penduduk Thaif.

Nabi menjawab, “Bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang menyembah Allah…,”.

Kalau derita berat ini tidak membuat beliau marah, tentu yang membuat beliau marah adalah sesuatu yang lebih besar dari peristiwa ini.

Apa Yang Membuat Nabi ﷺ Marah?

Ummul mukminin Aisyah meriwayatkan sebuah hadits tentang marahnya Rasulullah ﷺ.

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لِأَرْبَعِ مَضِيْنَ مِنْ ذِيْ الحِجَّةِ، أَوْ خَمْسٍ، فَدَخَلَ عَلَيَّ وَهُوَ غَضْبَانُ، فَقُلْتُ: مَنْ أَغْضَبَكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ، قَالَ: أَوَمَا شَعَرْتِ أَنِّي أَمَرْتُ النَّاسَ بِأَمْرٍ، فَإِذَا هُمْ يَتَرَدَّدُوْنَ… ( رواه مسلم )

“Pada hari ke-4 atau ke-5 Dzul Hijjah, Rasulullah ﷺ datang menemuiku dalam keadaan marah. Aku berkata, ‘Siapa yang membuatmu marah wahai Rasulullah? Semoga Allah memasukkannya ke neraka’. Beliau menjawab, ‘Apakah pendapatmu ketika aku memerintahkan orang-orang dengan suatu perintah, lalu mereka bimbang (ragu dalam pelaksanaannya)’.” (HR. Muslim).

Peristiwa ini terjadi pada haji wada’ tahun

10 H.


Pelajaran:

  • Pertama: Aisyah radhiallahu ‘anha tidak mengetahui apa yang menyebabkan Rasulullah ﷺ marah. Namun serta merta Aisyah mendoakan orang yang membuat beliau marah dengan masuk neraka. Bagaimana respon Rasulullah ﷺ? Beliau ﷺ sama sekali tidak mengoreksi ucapan Aisyah. Artinya apa yang diucapkan Aisyah adalah benar.
  • Kedua: Orang yang membuat Nabi ﷺ marah akan masuk neraka jika tidak bertaubat.
  • Ketiga: Sebab beliau marah adalah orang-orang meragukan apa yang beliau perintahkan. Nabi ﷺ tidak mengatakan mereka mengingkari, memaksiati, dan membantah perintahku.Tapi beliau katakan mereka ragu dalam mengamalkannya.
  • Keempat: Renungan bagi kita, seandainya Rasulullah ﷺ saat ini diutus kepada kita, betapa banyak kita yang terancam masuk neraka karena meragukan perintahnya. Bahkan bukan lagi ragu, sebagian ada yang malah menentangnya. Nabi ﷺ katakan jilbab wajib bagi muslimah, dikatakan tidak wajib. Rasulullah perintahkan sesuatu, sebagian orang mencari-cari tafsiran yang sesuai hawa nafsunya. Yang sesuai kepentingan dunianya.
  • Kelima: Meragukan atau bahkan menentang perintah beliau ﷺ lebih besar keburukannya dibanding derita fisik yang beliau rasakan. Beliau dilempari penduduk Thaif dengan batu, namun beliau ﷺ tidak marah malah mendoakan kebaikan. Namun ketika umat Islam sendiri meragukan perintah beliau, maka beliau ﷺ marah. Artinya musibah duniawi itu jauh lebih ringan dibanding musibah agama berupa mengingkari perintah Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

Sedikit menyinggung tentang pemimpin non muslim, banyak orang yang mendustakan dan membantah, bukan hanya perintah Rasulullah ﷺ, tapi perintah Allah ﷻ dalam Alquran. Berbaik sangkalah kepada Allah ﷻ. Apa yang Allah ﷻ tetapkan adalah keadilan dan kemaslahatan untuk manusia.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Sumber: https://kisahmuslim.com/