Ulama besar abad ini, Syaikh Al-Albani rahimahullah sudah menyadari hal ini sebelumnya. Beliau berkata,
كنت أظن أن المشكلة في العالم الإسلامي إنما هي فقط ابتعادهم عن فهمهم لحقيقة معنى لا اله إلا الله ولكني مع الزمن صرت أتبيّن أن هناك مشكلة أخرى في هذا العالم تُضاف إلى المشكلة الأولى الأساسية – ألا وهي بُعدهم عن التوحيد – المشكلة الأخرى: أنهم أكثرهم لا يتخلقون بأخلاق الإسلام الصحيحة إلا بقدر زهيد
“Saya dahulunya MENGIRA bahwa problem utama dunia Islam saat ini hanyalah SEMATA-MATA jauhnya mereka dari pemahaman yang benar terhadap hakikat “La ilaha illallah”. Namun setelah beberapa waktu, tampaklah pada diriku bahwa ada “masalah lain” (yang tidak kalah penting) sebagai tambahan atas masalah pokok yang pertama tadi, yaitu problem jauhnya mereka dari tauhid. MASALAH LAIN tersebut adalah: banyaknya orang yang tidak berakhlak dengan akhlak Islam yang benar, kecuali sedikit saja”[1. Fatawa Jeddah, kaset no 34 menit 4:38].
Baca juga: Sudahkah kita meneladani akhlak Salaf Shalih?
Iya akhlak yang mulia, ini adalah cerminan keimanan seseorang. Bukan hanya ilmunya, karena seseorang diberi ganjaran karena amal bukan karena ilmu. Bisa jadi seorang ilmunya “terlihat tinggi” tetapi akhlaknya jelek, maka akhlaknya itulah cerminan imannya.
كف الأذى ؛ وبذل الندى ؛ وطلاقة الوجه
“Tidak menganggu; suka menolong dan; berwajah ceria/optimis”
- Kafful adza: yaitu, tidak suka mengganggu atau membuat orang lain susah, baik dengan lisan/ucapannya, seperti ghibah, namimah, tajassus, dan sebagainya maupun dengan perbuatannya.
- Badzlu nada: yaitu mudah berbuat baik dan suka menolong orang lain, baik dengan harta, ilmu maupun kedudukan dan kebaikan lain yang dimilikinya.
- Thalaqatul wajhi: yaitu murah senyum dan berwajah ceria, ramah bila berjumpa dengan orang lain, tidak suka marah-marah dan bermuka masam serta membuang muka.
Perlu kita ingat bahwa amalan yang paling banyak memasukkan surga adalah akhlak mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ
“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia”[2. HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani].
Semoga kita tidak hanya fokus pada ilmu, tetapi juga pada amal dan akhlak kita. Syaikh Al-Albani berkata melanjutkan,
أنا ألاحظ مع الأسف أن الناس اليوم يهتمون بالجانب الأول ألا وهو العلم ولا يهتمون بالجانب الآخر ألا وهو الأخلاق والسلوك
“Saya perhatikan, disayangkan sekali banyak orang di zaman ini lebih mementingkan pada satu aspek, yaitu ilmu namun tidak menaruh perhatian pada aspek yang lain, yaitu perkara akhlak dan perangai”[3. Fatawa Jeddah, kaset no 34 menit 4:38].
Semoga Allah selalu memperbagus akhlak kita dengan doa yang kita panjatkan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu do’anya beliau mengucapkan:
,أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ, فَإِنَّهُ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَالَايَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَاإِلَّاأَنْتَ
“Ya Allah, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang tidak baik, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau”[4. HR. Muslim no. 771].
Penulis: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
Sumber: https://muslim.or.id/