Type Here to Get Search Results !

 


ANTARA SYIAH DAN IMPERIUM PERSIA #1


Pendahuluan

Salah satu faktor munculnya aliran aliran sesat dalam tubuh umat islam adalah faktor eksternal. Yaitu berupa usaha dan konspirasi dari musuh musuh Islam untuk melemahkan umat Islam. Salah satu caranya adalah dengan memunculkan aliran aliran yang menyimpang. Sehingga dengan adanya aliran-aliran tersebut umat Islam akan menjadi lemah karena jauh dari ajarannya, sekaligus umat Islam akan terpecah belah. Terkhusus aliran Syiah, selain usaha kaum Yahudi yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba1, kemunculannya juga tidak lepas dari usaha orang-orang Persia yang ingin balas dendam terhadap umat Islam atas runtuhnya impremium Persia.

Impremium persia dan agama majusi2

Sebagaimana kita ketahui bersama, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di utus, ada dua impremium besar yang disegani oleh bangsa arab. Yaitu impremium Romawi yang beragama nashrani, dan Impremium persia yang beragama majusi. Agama majusi merupakan agama terakhir di persia yang menggabungkan ajaran-ajaran agama Persia sebelumnya seperti mazda, manawiyah, mazdikiyah dan yang lainnya3.

Ajaran agama Majusi dikenal dengan penyembahannya kepada matahari, bulan, air, dan api. Mereka meyakini bahwa tuhan pencipta ada dua; tuhan yang menciptakan kebaikan yaitu cahaya dan yang menciptakan keburukan yaitu kegelapan. Kedua tuhan tersebut selalu bermusuhan hingga hari kiamat. Namun mereka mengatakan bahwa tidak mungkin kedua duanya azali atau tanpa permulaan, yang azali hanyalah cahaya, sedang kegelapan adalah tuhan yang diciptakan oleh cahaya.4 Mereka juga meyakini adanya hulul5 dan tanasukhul arwah (reinkarnasi). Dan begitulah, keyakinan mereka penuh dengan takhayul dan khurofat.

Keyakinan orang orang persia juga terpengaruhi dengan keyakinan orang orang yahudi, nashrani, dan budha yang dalam beberapa periode sejarah mereka banyak yang tinggal di negara persia. Diantara pengaruh yahudi paling menonjol adalah gerakan rahasia atau gerakan bawah tanah dan taqiyyah (menyembunyikan keyakinan). Semua agama agama di persia, baik itu mazdikiyah, manawiyah, Zardisytiun menyebarkan ajaran mereka lewat gerakan bawah tanah, maka tidak heran jika kita juga melihat orang orang syiah sekarang begitu lihai dalam menyebarkan ajarannya melalui gerakan yang terselubung, dan kita juga mengenal ajaran taqiyah yang begitu erat dipegang oleh orang orang Syiah.

Adapun pengaruh agama Nasrani yang paling menonjol adalah keyakinan trinitas dan hulul. Begitu juga dengan agama Budha, pengaruh sangat terlihat sekali dari penyembahan terhadap berhala yang menjadi ciri hal agama orang orang Persia yang juga merupakan ajaran agama Budha.

Para pemuka agama di Persia dibagi menjadi kabilah-kabilah. Yang mana tiap kabilah memiliki pemuka masing-masing. Bahkan mereka menjadikan para pemuka mereka sebagai wakil Allah di muka bumi, yang mana mereka diciptakan untuk membantu tuhan tuhan mereka. Maka mereka pun mengkultuskan pemuka kabilah mereka, bahkan meyakini bahwa dzat ketuhanan telah menyatu dalam jasad pemuka kabilah mereka.

Hal inilah yang mendorong mereka untuk mengkultuskan ahlul bait, bukan karena cinta dengan ahli bait keturunan Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tapi karena merupakan pradigma berpikir mereka yang mengkultuskan kabilah.

Kemudian kalau kita melihat sejarah persia, kehidupan orang orang persia sangat penuh dengan fitnah dan banyaknya demonstrasi, kudeta, perang saudara dan revolusi berdarah. Dan tidak jarang dalam sengketa tersebut seorang saudara membunuh saudaranya sendiri, seorang ayah membunuh anaknya tanpa kasih sayang, hanya karena masalah yang sepele. Maka tidak heran jika hari ini kita juga melihat hal yang serupa. Bagaimana suatu negri yang disitu banyak orang orang syiah, selalu terjadi keributan dan kekacauan disana. Lihat saja contoh di Suriah, Libanon, Yaman, Irak, dan negeri-negeri lainnya.

Kerajaan persia dan umat islam

Di hadapan impremium Persia ketika itu, bangsa arab merupakan bangsa yang rendah. Mereka melihat bangsa Arab sebagai budak, yang tidak bermartabat sama sekali. Maka ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus, dan beliau mengirim surat kepada Kisra atau raja Persia, dia pun tanpa ragu menyobek surat tersebut dengan penuh penghinaan dan perendahan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kisra menyobek surat tersebut sambil berkata, “bagaimana dia menulis surat ini kepadaku padahal dia adalah budakku?”. Maka Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun berdoa semoga Allah menyobek kerajaan Kisra.

Waktu terus berjalan dan agama islam kian menyebar menguasai jazirah arabia, hingga tiba waktunya umat islam untuk menaklukan negri persia. Ketika itu Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan pemimpin yang ditunjuk oleh Khalifah Umar bin Khattab sebagai pemimpin pasukan umat islam untuk menaklukan Persia. Dan merupakan kebiasaan ketika itu diantara dua pasukan yang hendak bertempur untuk saling mengirim utusan untuk berdialog. Maka Sa’ad pun mengutus beberapa orang dari sahabat untuk menghadap kisra menawarkan ajaran Islam.

Ketika para utusan itu datang menjumpai raja persia (Yazdajird), orang orang pun keluar melihat mereka dengan penampilannya yang sangat sederhana. Mereka heran, bagaimana orang orang arab pedalaman dengan penampilan seperti itu menantang impremium persia dengan segala kekuatan adidayanya?!

Maka terjadilah dialog seru yang panjang antara yazdajird dengan utusan kaum muslimin yang diwakili oleh Nu’man bin Muqrin.6 Terlihat sekali dalam dialog tersebut bagaimana pandangan yazdajird yang penuh peremehan terhadap kaum muslimin. Kemudian dialog pun diakhiri dengan kemarahan Yazdajird hingga terjadinya pertempuran dahsyat yang dinamakan perang Qodisiyah7, yang akhirnya menjadi parit kuburan kerajaan persia!!

Tuduhan orientalis

Orang orang orientalis barat merasa heran dengan keruntuhan bangsa persia di bawah kaum muslimin. Mereka pun berusaha mencari sebab kekalahan bangsa Persia. Hingga akhirnya mereka mengatakan bahwa bangsa persia runtuh karena banyaknya konflik internal yang menyebabkan kelemahan dalam tubuh mereka. Mereka mengatakan bahwa bangsa persia sudah tua dan diambang keruntuhannya ketika berhedapan dengan kaum muslimin.

Padahal kalau kita melihat sejarah, justru ketika kaum muslimin berhadapan dengan bangsa Persia, mereka sedang dalam kondisi kuat kuatnya, yaitu setelah kembali mereka bersatu dalam satu pemimpin yaitu Yazdajir setelah sebelumnya mereka diperselisihkan dengan kepemimpinan yang berbeda. Mereka justru memiliki kekuatan tempur yang tangguh yang ditakuti oleh musuh musuh mereka. Bahkan kaum muslimin pun benci untuk bertempur melawan mereka. Kaum muslimin lebih memilih untuk berhadapan dengan bangsa arab atau bangsa romawi ketimbang berhadapan dengan bangsa persia.

Hal ini juga terlihat dari peperangan kaum muslimin melawan persia yang memakan waktu lebih dari tujuh tahun lamanya. Dan telah syahid dari kaum muslimin dua puluh ribu lebih. Khalid bin Walid pun telah menyaksikan kehebatan orang orang persia dalam pertempuran. Beliau berkata, “sungguh aku telah berperang pada hari mu’tah, dan telah terpotong di tanganku sembilan pedang, dan aku tidak melihat suatu kaum yang seperti orang orang persia, dan tidak aku jumpai dari orang orang persia yang seperti bangsa Ulayis9”.

Maka kita katakan bahwa tidak ada sebab kemenangan kaum muslimin atas bangsa Persia kecuali karena faktor keimanan. Kaum muslimin menghancurkan mereka dengan penuh kesabaran sambil berharap salah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid!!

Sumber pertama

Pasca kekalahan telak Persia di hadapan kaum muslimin, tidak ada pilihan lain bagi orang-orang Persia kecuali menyerah dan masuk Islam. Namun ternyata tidak banyak dari mereka yang bagus keislamannya. Sebagian besar masuk Islam karena terpaksa, bahkan sebagian dari mereka masuk Islam dengan rencana membuat makar dan menusuk Islam dari dalam.

Pembunuhan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu1

Orang-orang Persia begitu paham, bahwa tokoh utama di balik kehancuran kerajaan mereka adalah Amirul Mu’minin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Mereka pun -bekerjasama dengan orang Romawi dan Yahudi- berencana untuk membunuh Amirul Mu’minin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu.

Untuk melancarkan rencananya, orang-orang Persia selalu berusaha untuk bisa tinggal di kota Madinah, tempat keberadaan Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Awalnya Khalifah selalu menolak karena tidak suka dengan keberadaan orang Persia dan Romawi yang tinggal di Madinah. Namun mereka selalu mencari cara dan berusaha keras untuk bisa tinggal di Madinah, hingga akhirnya ada sebagian dari orang-orang Persia dan Romawi yang di izinkan untuk bisa tinggal di Madinah.

Diantara mereka yang diizinkan tinggal di Madinah adalah Hurmuzan salah satu mantan komandan perang Persia yang terkenal. Juga Fairuz atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Lu’luah Al Majusi. Abu Lu’luah pada asalnya merupakan salah satu tawanan perang kaum muslimin yang dijadikan budak oleh Mughiroh bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu. Dikarenakan kemahirannya dalam berbagai bidang, Mughiroh bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu meminta izin kepada Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu untuk mengizinkannya supaya dia bisa tinggal di Madinah. Tentu dengan harapan kaum muslimin mendapatkan banyak manfaat dari kemahirannya. Karena alasan ini maka Khalifah pun memberikan Izin kepadanya untuk tinggal di Madinah. Namun ternyata, justru Abu Lulu’ah inilah yang nantinya menjadi tokoh utama pembunuhan Khalifah.

Setelah mereka di izinkan untuk tinggal di Madinah, mereka pun tinggal menunggu waktu untuk menjalankan rencana mereka, membunuh Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu. Hingga pada tahun 23 Hijriyah, pada saat sholat subuh terjadilah pembunuhan Khalifah oleh Abu Lu’lu’ah Al Majusi.

Ketika itu baru saja Khalifah Umar bin Khattab bertakbir, hingga tiba tiba Abu Lu’lu’ah menusukkan belati bermata dua ke tubuh beliau. Kemudian tidak cukup disitu, dia pun menyerang para sahabat yang lain dengan belati tersebut hingga tertusuk tiga belas sahabat dan meninggal tujuh diantaranya. Ketika para sahabat akhirnya berhasil menangkapnya, Abu Lu’luah pun menusukan belati tersebut ke tubuhnya sendiri, dan dia pun mati bunuh diri.

Adapun Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, ketika tertusuk langsung mengambil tangan Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘Anhu untuk menggantikan beliau menjadi imam sholat. dan setelah sholat diselesaikan dengan ringan, Khalifah pun meminta kepada Ibnu Abbas Rodhiyallahu ‘Anhum untuk melihat siapa yang telah membunuhnya. Setelah ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma melihatnya, beliaupun segera kembali dan mengabarkan kepada Khalifah bahwa yang membunuhnya adalah Abu Lu’luah al Majusi. Khalifah Umar pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang sujud kepada Allah”.

Kemudian Khalifah Umar Radhiyallahu ‘anhu di bawa ke rumah dan diberi minum. Namun ternyata, setiap kali air diminum langsung keluar lagi melalui luka tusukannya. Maka beliau pun mengetahui bahwa ajal beliau sudah dekat. orang-orang pun mendatangi beliau dan memberikan pujian yang baik kepada beliau. Adapun beliau setelah mengetahui ajalnya sudah semakin dekat, meminta kepada para sahabat untuk dihitung hutang hutangnya dan segera dilunasi. Beliaupun juga meminta izin kepada Ummul Mu’minin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha untuk diperbolehkan dikuburkan di samping kuburan Rosulullah Shallalllahu Alaihi Wasallam dan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, maka beliaupun di izinkan.

Selain Abu Lu’luah, para sahabat pun mengetahui siapa saja dalang pembunuh khaliafah. Yaitu melalui kesaksian seorang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar Radhiyallahu ‘anhu. Pagi hari sebelum pembunuhan Khalifah, Abdurrahman melihat Abu Lu’lu’ah, Hurmuzan, dan Jafinah seorang Nashroni sedang berunding dengan berbisik bisik. Yang ketika mereka tiba tiba melihat Abdurrahman terjatuh dari mereka belati yang memiliki dua mata. Maka setelah apa yang terjadi dengan Khalifah, para sahabat pun menindak mereka semua.

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu dan Abu Lu’luah Al Majusi di mata Syiah

Setelah meninggalnya Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, ternyata orang-orang syiah majusi belum juga berhenti memerangi beliau. Hingga saat ini kita masih saja menyaksikan kebiasaan mereka mencela dan menghina Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu.

Bahkan kalau kita membaca kitab-kitab mereka, kita akan menemukan banyak sekali hujatan kepada dan pengkafiran kepada para sahabat nabi secara umum dan khusunya kepada Abu Bakar dan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Sebagai contoh, disebutkan dalam Roudhotul Kafi2, “Dua orang tersebut (yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab Rodhiyallahu ‘anhuma) meninggalkan dunia dan belum bertaubat serta tidak mengingat apa yang telah mereka lakukan terhadap Amirul Mu’minin (Ali Bin Abi Thalib) –(yaitu berupa merampas kekuasaan menurut mereka), maka bagi mereka berdua laknat Allah, malaikat, dan semua orang”3

Disisi lain, kita justru menyaksikan bagaimana mereka bagitu bersimpati kepada pembunuh Khalifah Umar bin Khattab, yaitu Abu Lu’luah. Bahkan mereka memberikan gelar kepadanya sebagai As Syahid (seorang yang mati syahid) dan Baba Syuja’ud Din (tokoh pemberani). Merekapun menjadikan kuburannya -yang bertempat di kota Kasyan negara Iran- sebagai tempat ibadah yang dikeramatkan.4

Fakta bahwa orang-orang syiah begitu membenci Amirul Mu’minin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu dan justru membela Abu Lu’luah seorang majusi menambah keyakinan kita bahwa Syiah bukan bagian dari agama Islam. Namun merupakan sempalan dari agama majusi yang menyusup dalam tubuh umat islam.


____
Catatan Kaki Sumber Ketiga:

1 Tentang Abdullah bin Saba insya Allah akan dibahas dalam tulisan yang lain.

2 Penjelasan lengkapnya bisa di lihat di Wa Jaa’a Daurul Majuus, Muhammad Surur Zainal Abidin, (Dar Al Jaabiyah, London, cet. 10; 1430 H) hal, 50-53.

3 Mazda, manawiyah, dan mazdakiyah merupakan agama agama yang pernah berkembang di persia.

4 Lihat As Syahrstani, Al Milal Wan Nihal (Muassasah Ar Risalah, cet 1; 1434 H) ha. 257.

5 Hulul adalah keyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluknya. (Mustholahat fie kutubil Aqoid, Dr Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, hal. 40).

6 Rincian dialog bisa dilihat di Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir (7/41).

7 Merupakan peperangan puncak antara kaum muslimin dengan bangsa persia, yang berakibat runtuhnya kerajan persia (kisah selengkapnya bisa dibaca di Tarikh Khulafaur Rosyidin, Dr. Muhammad Abdul Khoil, hal.138-152).

8 Lihat :Wa Jaa’a Daurul Majuus, hal. 67-70.

9 Nama sebuah tempat di sebelah barat eufrat, salah satu peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dengan persia di tempat tersebut. (lihat Tarikh Khulafaur Rosyidin, hal 95).

Catatan Kaki Sumber Keempat:

1 Lihat Wa Jaa’a Daurul Majus hal. 73-75, Tarikh Khulafaur Rosyidin, hal. 257-259

2 Roudhotul Kaafi merupakan bagian dari kitab Al Kaafi karya Al Kulaini, merupakan salah satu kitab pokok ajaran syiah.

3 Roudhotul Kaafi (12/323), dinukil dari Mas’alatut Taqrib, Dr. Nasir Al Kifari, Cet. 10, Dar Thayibah (2/365)

4 Bisa dilihat foto kuburannya di http://alburhan.com/main/articles.aspx?article_no=2224

Penulis: Muhammad Singgih Pamungkas

Tags