Berikut ini adalah penjelasan dan nasehat tentang Hukum yang berkaitan dengan Peringatan Isro' Mi'roj, yang biasa diperingati dan dirayakan oleh kebanyakan kaum Muslimin, karena menganggap hari itu termasuk Hari Raya atau Hari Besar agama Islam, yang harus dirayakan.
Tetapi benarkah demikian
Mari kita ikuti penjelasan para ulama yang terpercaya berikut ini :
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rohimahulloh berkata :
Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rosululloh, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du.
Tidak diragukan lagi, bahwa Isra’ Mi’raj termasuk tanda-tanda kebesaran Alloh, yang menunjukkan kebenaran Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam dan keagungan kedudukan beliau di sisi-Nya.
Juga menunjukkan kekuasaan Alloh yang Maha Agung dan ketinggian-Nya di atas semua makhluk-Nya.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Maha Suci Alloh, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Isro' : 1)
Telah diriwayatkan dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam secara mutawatir, bahwa beliau naik ke langit, lalu dibukakan baginya pintu-pintu langit sehingga mencapai langit yang ketujuh.Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepadanya dan , mewajibkan sholat yang lima waktu kepadanya.
Pertama-tama Alloh subhanahu wa ta’ala mewajibkannya lima puluh kali shalat, namun Nabi kita tidak langsung turun ke bumi, tapi beliau kembali kepada-Nya dan minta diringankan, sampai akhirnya hanya lima kali saja,* tapi pahalanya sama dengan lima puluh kali. Karena satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Puji dan syukur bagi Alloh atas semua nikmat-Nya.
Tentang kepastian (kapan) terjadinya malam Isra Mi’raj ini, tidak disebutkan dalam hadits-hadits shahih, tidak ada yang menyebutkan bahwa itu pada bulan Rajab dan tidak pula pada bulan yang lainnya.
Semua yang memastikannya, tidak benar berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian menurut para ahli ilmu (ulama).
Alloh mempunyai hikmah tertentu dengan menjadikan manusia lupa akan kepastian tanggal kejadiannya.
Kendatipun kepastiannya diketahui, kaum muslimin tidak boleh mengkhususkannya dengan suatu ibadah dan tidak boleh merayakannya.
Karena Nabi Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak pernah merayakannya dan tidak pernah mengkhususkannya.
Jika perayaannya disyari’atkan, tentu Rosululloh telah menerangkannya kepada umat ini, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.
Dan jika itu syari’atkan, tentu sudah diketahui dan dikenal serta dinukilkan dari para sahabat beliau kepada kita, karena mereka senantiasa menyampaikan segala sesuatu dari Nabi mereka yang dibutuhkan oleh umat ini.
Bahkan merekalah orang-orang yang lebih dulu melaksanakan setiap kebaikan. *Jika perayaan malam tersebut disyari’atkan, tentulah merekalah manusia pertama yang melakukannya.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling loyal terhadap sesama manusia, beliau telah menyampaikan risalah dengan sangat jelas dan telah menunaikan amanat dengan sempurna.
Seandainya memuliakan malam tersebut dan merayakannya termasuk agama Alloh, tentulah Nabi tidak melengahkannya dan tidak menyembunyikannya.
Namun karena kenyataannya tidak demikian, maka diketahui bahwa merayakannya dan memuliakannya sama sekali bukan termasuk ajaran Islam.
Dan disamping itu Alloh telah menyatakan, bahwa dia telah menyempurnakan untuk umat ini agama-Nya dan telah menyempurnakan nimat-Nya serta mengingkari orang yang mensyariatkan sesuatu dalam agama ini yang tidak diizinkan-Nya.
Allah ta'ala telah berfirman :
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ
"Pada hari ini, Aku telah menyempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu." (QS Al-Maidah : 3)
Kemudian dalam ayat yang lainnya disebutkan:
أم لهم شركاء شرعوا لهم من الدي
ن ما لم يأذن به الله ولولا كلمة الفصل لقضي بينهم وإن الظالمين لهم عذاب أليم
"Apakah mereka memiliki *sesembahan-sesembahan selain Allah, yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sungguh orang-orang yang zalim akan memperoleh azab yang sangat pedih."_ (QS As-Syuro : 21).
Telah diriwayatkan pula dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yg shahih, peringatan terhadap bid’ah, dan penjelasan bahwa bid’ah-bid’ah itu sesat.
Hal ini sebagai peringatan bagi umatnya tentang bahayanya yang besar, dan agar mereka menjauhkan diri dari melakukannya.
Diantaranya adalah yang disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barangsiapa yang membuat-buat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka amalan itu tertolak.”_ (HR *Imam Al-Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan dgn lafadz :
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak.”
Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan, dari Jabir rodhiyallohu anhu yg mengatakan, bahwa dalam salah satu khutbah Jum’at Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
"Amma ba‘du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan (yakni bid'ah), dan setiap hal baru adalah sesat.”
An-Nasa’i menambahkan pada riwayat ini dengan lafadz :
"Dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka.” (HR *An-Nasa'i* no. 1578, sanadnya shohih)
Dalam As-Sunan disebutkan, dari Irbadh bin Sariyah* rodhiyallohu anhu, ia berkata :
“Rasulullah mengimami kami shalat Shubuh, kemudian beliau berbalik menghadap kami, lalu beliau menasehati kami dengan nasehat yang sangat mendalam, sehingga membuat air mata kami menetes dan hati kami bergetar. Kami mengatakan : "Wahai Rasulullah, tampaknya ini seperti nasehat perpisahan, maka berwasiatlah kepada kami."
Beliau pun bersabda :
“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, ta’at dan patuh, walaupun yang memimpin adalah seorang budak hitam".
"Sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup lama setelah aku tiada, akan melihat banyak perselisihan, maka hendaklah kalian berpegang teguh dgn sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah itu dengan gigi geraham kalian ! Dan hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara yang baru dlm agama ini, karena setiap perkara baru itu adalah bid ‘ah, dan setiap bid’ah itu adalah sesat’.”
(HR Abu Dawud no. 4607 dan Ibnu Majah no. 42)
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna dengan ini.
Telah disebutkan pula riwayat dari para sahabat beliau dan para Salafus sholih setelah mereka, tentang peringatan terhadap bid’ah.
Semua ini karena bid’ah itu merupakan penambahan dalam agama dan syari’at yang tidak diizinkan Allah, serta merupakan sikap tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Alloh dari kalangan Yahudi dan Nashrani, dalam penambahan ritual mereka dan bid’ah mereka yang tidak diizinkan Allah, dan karena melaksanakannya merupakan pengurangan terhadap agama Islam, serta tuduhan akan ketidaksempurnaannya.
Tentunya dalam hal ini terkandung kerusakan yang besar, kemungkaran yang keji dan bantahan (yakni sikap membantah) terhadap firman Allah subhanahu wa ta’ala :
اليوم أكملت لكم دينكم ...
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu.....” [Al-Ma’idah: 3].
Serta penentangan yang nyata terhadap hadits-hadits Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memperingatkan perbuatan bid’ah dan peringatan untuk menjauhinya.
Mudah-mudahan dalil-dalil yang kami kemukakan tadi, sudah cukup dan memuaskan bagi setiap pencari kebenaran, untuk mengingkari bid’ah ini, yakni bid’ah perayaan malam Isra’ Mi’raj.
Dan mewaspadainya, bahwa perayaan ini sama sekali tidak termasuk ajaran agama Islam.
Kemudian dari itu, karena Alloh telah mewajibkan untuk loyal terhadap kaum muslimin, menerangkan apa-apa yang disyari’atkan Alloh kepada mereka dalam agama ini, serta larangan menyembunyikan ilmu, maka saya merasa perlu untuk memperingatkan saudara-saudara saya kaum muslimin terhadap bid’ah ini, yang sudah menyebar ke berbagai pelosok, sampai-sampai dikira oleh sebagian orang, bahwa perayaan ini termasuk agama.
Hanya Alloh-lah tempat meminta pertolongan, semoga Alloh memperbaiki kondisi semua kaum muslimin, dan menganugerahi mereka pemahaman (yang benar) dalam masalah agama ini.
Dan semoga Alloh menunjuki kita dan mereka semua, untuk senantiasa berpegang teguh dengan kebenaran dan konsisten padanya, serta meninggalkan segala sesuatu yang menyelisihinya.
Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Shalawat, salam dan barokah, semoga dilimpahkan kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi kita, Muhammad shollallohu alaihi was sallam, keluarga dan juga para sahabatnya...."
[ At-Tahdzir minal Bida’, hal.16-20, Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rohimahulloh]
Dinukil dari kitab : [ Riyadhul Jannah, fii Al-Hatstsi 'ala At-Tamassuki bi As-Sunnah, hal. 133-135]
Semoga menjadi nasehat dan bimbingan yang bermanfaat bagi kita semua, aamiin...
Allohu yubaarik fiikum.....
Akhukum fillah, Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby
Silahkan joint pada channel telegram kami: https://t.me/fawaidabuabdirrahman