Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Sesungguhnya hari kiamat adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak ada keraguan di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7)
“Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (QS. Al-Hajj : 7)
Setelah manusia dibangkitkan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas segala perbuatan yang kita lakukan sesuai dengan catatan tentang segala perbuatan kita selama di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
نَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ (12)
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin : 12)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan dalam ayat ini bahwasanya Allah mencatat apa yang telah dilakukan manusia selama kehidupan mereka di dunia, baik itu kebaikan maupun keburukan, semuanya tercatat dan tidak ada yang terluput dari catatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Adapun makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “(Kami juga telah mencatat) bekas-bekas yang mereka tinggalan”, terdapat dua penafsiran di kalangan para ulama. Tafsiran pertama yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat bekas-bekas jejak kaki mereka. Karena اّثر dalam bahasa Arab berarti adalah bekas jejak yang pernah dipijak oleh kaki. Dan ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat segala hal. Jangankan mencatat amal perbuatan, bekas jejak langkah yang mungkin telah hilang karena air ataupun terkena debu pun di catat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka langkah-langkah kita menuju kebaikan dicatat oleh Allah, dan langkah-langkah kita menuju keburukan juga dicatat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits yang sahih disebutkan bahwa tatkala Bani Salimah mengetahui ada tempat yang kosong dekat Masjid Nabawi, maka mereka pun ingin pindah rumah agar dekat dengan Masjid Nabawi. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka,
إِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّكُمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَنْتَقِلُوا قُرْبَ الْمَسْجِدِ، قَالُوا: نَعَمْ، يَا رَسُولَ اللهِ قَدْ أَرَدْنَا ذَلِكَ، فَقَالَ: يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ، دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Rupanya telah sampai berita kepadaku bahwa kalian ingin pindah dekat masjid.” Mereka menjawab; “Benar wahai Rasulullah, kami memang ingin seperti itu.” Beliau lalu bersabda: “Wahai Bani Salimah, pertahankanlah rumah kalian, sebab langkah kalian akan dicatat, pertahankanlah rumah kalian, sebab langkah kalian akan dicatat.” (HR. Muslim no. 665)
Ini menunjukkan bahwa langkah kaki seseorang pergi maupun pulang dari masjid di catat oleh Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang para mujahidin,
وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (121)
“Dan tidak (pula mereka) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. At-Taubah : 121)
Maka jika bekas jejak kaki dicatat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka bagaimana lagi dengan amalan seseorang? Bagaimana lagi dengan perkataannya? Tentunya juga dicatat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka hendaknya seseorang waspada agar jangan sampai kakinya melangkah menuju kemaksiatan, karena langkah tersebut akan tercatat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada yang terluputkan. Oleh karenanya kembali saya ingatkan bahwa jika bekas kaki saja di catat, maka bagaimana lagi dengan amalan seseorang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang perkataan Luqman kepada putranya,
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16)
“(Lukman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti.” (QS. Luqman : 16)
Oleh karenanya amalan apapun yang kita lakukan sekecil apapun dan meskipun kita telah sembunyikan, baik itu kebaikan ataupun keburukan, maka tetap Allah akan hadirkan pada hari kiamat kelak.
Adapun tafsir yang kedua, yaitu apa-apa yang terjadi karena sebab seseorang baik kebaikan ataupun keburukan. Ada seseorang yaang terkadang banyak timbul kebaikan disebabkan olehnya. Maaka meskipun dia telah meninggal dunia dan kebaikan tersebut tetap berjalan, maka dia akan terus menerima pahala dari kebaikan-kebaikan yang muncul karena sebabnya. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ} صحيح مسلم (2/ 705{(
“Barangsiapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Muslim 2/705 no. 1017)
Oleh karenanya orang yang mencontohkan dan mengajarkan kebaikan, akan mendapatkan pahala dari orang-orang yang melakukan kebaikan tersebut. Contohnya adalah jika seseorang mengajarkan tata cara shalat kepada seorang anak, maka jika anak tersebut shalat hingga meninggal dunia, maka pahala shalatnya juga akan mengalir kepada orang yang mengajarkannya shalat. Demikian pula tatkala seseorang mengajarkan Alquran atau Al-Fatihah kepada seorang anak, maka jika sejak kecil anak tersebut telah menghafal surah Al-Fatihah dan dia baca disetiap shalatnya, maka seluruh pahala bacaannya juga akan mengalir kepada orang yang mengajarkannya. Demikian pula orang yang membangun masjid, jika masjidnya masih digunakan oleh orang-orang untuk shalat, maka pahala terus mengalir baginya meskipun dia telah meninggal dunia. Maka benarlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim 3/1255 no. 1631)
Sedekah jariyah itu biasanya berbentuk wakaf. Entah seseorang itu wakaf buku, masjid, rumah untuk anak-anak yatim, atau wakaf sumur yang digunakan oleh banyak orang, maka akan terus mengalir pahala baginya. Adapun dengan ilmu yang bermanfaat,contohnya adalah seseorang yang berdakwah dan didengar oleh orang-orang, atau seseorang menulis buku dan bukunya masih dibaca oleh orang-orang meskipun dia telah meninggal dunia sebagaimana halnya para ulama. Dan tentunya juga doa anak salih yang mendoakannya.
Oleh karenanya selain beramal salih, hendaknya seseorang berusaha melakukan sebab-sebab kebaikan. Bisa jadi timbul banyak kebaikan disebabkan oleh hal-hal yang tidak sangka. Bisa jadi karena satu nasihat yang dia sampaikan, sehingga orang-orang tergerak untuk melakukan kebajikan. Contohnya adalah Imam Al-Bukhari rahimahullah, beliau menuliskan kitab Sahih Al-Bukhari karena satu alasan. Beliau mengatakan,
كنا عند إسحاق بن راهويه فقال : لو جمعتم كتابا مختصرا لصحيح سنة النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال : فوقع ذلك في قلبي ، فأخذت في جمع الجامع الصحيح
“Suatu hari kami (para muhaddits) berkumpul di rumah Ishaq bin Rahawayh. Kemudian dia (Ishaq bin Rahawayh) berkata, ‘Jika sekiranya ada di antara kalian yang membuat kitab yang mengumpulkan hadits-hadits sahih saja dari sunnah-sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Aku berkata, ‘Nasihat itu masuk di hatiku, maka aku mulai mengumpulkannya dalam Al-Jami’ Ash-Shahih’.”
Oleh karenanya bisa jadi kita memotivasi seseorang dengan satu kalimat, dan kemudian dia bersemangat dalam melakukan suatu ibadah karena satu kalimat atau satu kata yang kita ucapkan. Maka yang demikian akan memberikan manfaat bagi diri kita tatkala kita masih hidup ataupun telah meninggal dunia.
Ada sebuah cerita bahwa ada laki-laki dari negara Filiphina yang membaca kitab kecil tentang tauhid. Kemudian dia masuk Islam, dan setelah itu menjadi da’i. Akhirnya ribuan orang masuk Islam gara-gara dirinya. Maka dia mmendapatkan pahala atas masuknya orang-orang ke dalam Islam, dan penulis kitab tauhid yang kecil tersebut juga mendapatkan pahala karena sebab itu orang asal Filiphina tersebut masuk Islam dan menjadi da’i yang mengislamkan ribuan orang.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Hadirin, Ma’asyiral Muslimin,
Sebagaimana seseorang yang telah meninggal dunia bisa dicatat baginya kebaikan yang terus mengalir, maka sebaliknya seseorang yang telah meninggal dunia juga bisa dicatat dosa yang terus mengalir kepadanya. Sebagaimana ada pahala jariyah, maka ada pula dosa jariyah. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Dan barangsiapa yang memulai kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim 2/705 no. 1017)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda,
لَيْسَ مِنْ نَفْسٍ تُقْتَلُ ظُلْمًا، إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ القَتْلَ أَوَّلًا
“Tidaklah seseorang dibantai secara zalim, selain anak Adam pertama turut menanggung dosanya, karena dia yang pertama melakukannya (mencontohkannya).” (HR. Bukhari 9/103 no. 7321)
Sehingga orang-orang yang membunuh dengan kezaliman setelahnya, akan mengalirkan dosanya kepada anak Adam yang pertama kali melakukan pembunuhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (25)
“(ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu.” (QS. An-Nahl : 25)
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa barangsiapa yang membuat bid’ah yang itu merupakan kesesatan yang diikuti oleh orang-orang hingga hari kiamat, maka dia akan memikul dosa bid’ah tersebut. Demikian pula barangsiapa yang mencotohkankesyirikan, kemaksiatan, maka jika orang-orang mengikutinya, maka dosa-dosa atas hal tersebut juga akan mengakir kepadanya meskipun dia telah meninggal dunia. Sungguh menyedihkan oeang-orang yang telah dikubur dan tidak bisa berbuat apa-apa, namun dosa-dosa terus mengalir kepadanya.
Oleh karenanya hendaknya seseorang berhati-hati tatkala melakukan sesuatu. Bisa jadi disebabkan oleh dirinya, timbul kerusakan-kerusakan yang baru. Cotoh sederhana adalah dalam perdangan. Ada seseorang yang berdagang baju yang tidak benar bagi wanita, yaitu baju-baju yang bisa menampakkan aurat wanita, dan dia tahu bahwa baju tersebut akan dikenakan di jalan dan tempat-tempat umum. Maka jika seorang wanita membeli dan mengenakannya, kemudian wanita tersebut dipandang oleh laki-laki sehingga menggairahkan syahwat mereka, sampai mungkin mengantarkan pada perkara perzinahan dan yang lainnya, maka seluruh dosa tersebut juga akan ditanggung oleh sang penjual, karena dia yang menjual pakaian tersebut. Oleh karenanya hendaknya seseorang berhati-hati, jangan sampai dia berdagang namun mengumpulkan dosa yang sangat banyak. Sebaliknya jika seseorang menjual baju yang syar’i, kemudian dibeli oleh seorang wanita sehingga mampu menjaga pandangan orang lain, maka diapun mendapatkan pahala dari hal tersebut. Demikian pula yang memiliki akun-akun media sosial yang menyesatkan umat Islam atau berisi konten-konten yang haram, meskipun pemilikinya telah meninggal dunia, akan tetapi akun tersebut masih dapat diakses oleh orang lain dan dilihat oleh banyak orang, maka dosa tetap akan mengalir kepada dirinya.
Maka seseorang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hidup kita ini hanya sekali dan tidaklah lama. Jangan berspekulasi dan cukupkan diri dengan mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya. Jika kita mampu untuk memiliki amal jariyah, maaka lakukanlah. Jika kita memiliki uang, maka wakaflah. Jika kita punya ilmu maka sebarkanlah. Jika kita punya nasiha maka sampaikanlah. Semoga tatkala kita meninggal dunia, pahala masih terus mengalir kepada diri kita semua.
إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللهم اغفر لنا ما قدّمنا وما أخرنا، وما أسررنا، وما أعلنا، وما أسرفنا، وما أنتأعلم به منا، أنت المقدّم وأنت المؤخر، لا إله إلا أنت
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sumber: https://firanda.com/