Type Here to Get Search Results !

 


DIAM IBADAH


Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

Khutbah Pertama

إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.

معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون

Sesungguhnya di antara kenikmatan yang Allah Subhanahu wata’ala berikan kepada hambaNya adalah kenikmatan lisan dan nikmat berkata-kata. Nikmat ini adalah nikmat yang membedakan antara manusia dengan hewan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (8) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (9)

“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata,dan lidah dan sepasang bibir?” (QS. Al-Balad : 8-9)

Dengan nikmat lisan, seorang hamba bisa meraih pahala sebanyak-banyaknya. Dengan lisan pula seorang hamba bisa menaikkan derajatnya setinggi-tingginya di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ- صحيح البخاري

“Sesungguhnya seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, suatu kalimat yang ia tidak memperdulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat.” (HR. Bukhari 8/101 no. 6478)

Dengan lisan, seseorang juga bisa berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ-  سنن الترمذي

“Hendaknya senantiasa lidahmu (lisanmu) basah karena berdzikir kepada Allah.”(HR. Tirmidzi 5/458 no. 3375)

Dengan lisan, seseorang bisa membaca Alquran siang dan malam hari. Dengan lisan pula seseorang bisa berdakwah, dan Allah telah berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS. Fusshilat : 33)

Akan tetapi sebaliknya, lisan bisa sangat berbahaya jika tidak dijaga. Bahkan bahaya yang ditimbulkan oleh lisan bisa lebih berbahaya daripada bahaya yang ditimbulkan anggota tubuh yang lainnya. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ –  صحيح البخاري

“Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.. (HR. Bukhari 1/11 no. 10)

Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan penyebutan kejahatan lisan daripada kejahatan tangan, karena bahaya yang ditimbulkan akibat kejahatan lisan jauh lebih berbahaya. Meskipun lisan itu kecil, akan tetapi cara kerjanya cepat dan bisa menjangkau tempat yang jauh. Berbeda halnya dengan tangan dan kaki yang memiliki keterbatasan dalam aktivitasnya. Tangan dan kaki hanya bisa mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya, adapun lisan bisa menjangkau orang yang jauh seperti beda negara, bahkan orang yang telah meninggal pun dia mampu menjangkaunya.

Oleh karenanya banyak dosa-dosa besar yang bisa disebabkan oleh lisan. Contohnya adalah dusta dan perbuatan dusta adalah dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا-  سنن أبي داود

“Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan hingga di sisi Allah ia akan ditulis (dicap) sebagai seorang pembohong.” (HR. Abu Daud 4/297 no. 4989)

Demikian pula ghibah (membicarakan kejelakan orang lain) adalah dosa besar yang ditimbulkan oleh lisan. Begitupula dengan namimah (mengadu domba) di antara kaum muslimin, dan menebar kebencian. Dosa besar lain yang ditimbulkan oleh lisan adalah berkata-berkata tentang agama Allah tanpa ilmu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (169)

“Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.” (QS. Al-Baqarah : 169)

Tentunya banyak dosa-dosa besar yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka jahannam karena disebabkan oleh lisannya. Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ- صحيح البخاري

“Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak meperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka jahannam.” (HR. Bukhari 8/101 no. 6478)

Abu Bakar radhiallahu ‘anhu pernah memegang lisannya dan mengatakan,

هذا الذي أوردن الموارد

“Inilah yang banyak menjerumuskanku dalam kesalahan.”

Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu,

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ} سنن الترمذي (5/{(11

“Tahanlah (lidah) mu ini.” Aku (Mu’adz) bertanya; ‘Wahai Nabi Allah, (Apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan?’ Beliau menjawab; “(Celakalah kamu) ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz, Tidaklah manusia itu disunggkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan lisan mereka?”(HR. Tirmidzi 5/11 no. 2616)

Semoga Allah Subhanahu wata’ala menjauhkan kita dari kejahatan-kejahatan lisan.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه

Hadirin Ma’asyiral Muslimin,

Sesungguhnya di sana ada suatu ibadah yang terlupakan. Ibadah tersebut tidak kalah mulia daripada ibadah mengucapkan kata-kata yang baik. Ibadah tersebut adalah diam dari keburukan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits,

مَنْ صَمَتَ نَجَا- سنن الترمذي ت شاكر

“Barangsaipa diam, (maka) ia selamat.” (HR. Tirmidzi 4/660 no. 2501)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ- صحيح البخاري

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam,.” (HR. Bukhari 8/100 no. 6475)

Seseorang yang yakin akan adanya hari akhirat, yang dimana seseorang yakin akan adanya pembalasan atas apa yang dia kerjakan, ucapkan, maka hendaknya dia berkata-kata dengan perkataan yang baik, akan tetapi jika dia tidak bisa, maka hendaknya dia diam. Kalau sekiranya ada yang mengatakan,

الكلام من فضةف السكوت من ذهب

“Berbicara itu dari perak, maka diam berasal dari emas.”

Ingatlah bahwa setiap perkataan yang kita ucapakan akan dicatat oleh malaikat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf : 18)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ (80)

“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf : 80)

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala,

Di zaman ini, banyak orang yang ingin berkomentar atas setiap berita yang sampai kepadanya. Di zaman ini banyak orang yang asal share sebuah berita tanpa di cek terlebih dahulu kebenarannya. Padahal para ulama menjelaskan bahwa hukum tulisan sama dengan ucapan. Maka sebagaimana seseorang berhati-hati dalam ucapan, maka hendaknya dia berhati-hati pula dalam tulisan. Buktinya adalah banyak kita dapati akad terjadi tanpa pembicaraan. Seseorang hanya menulis di sebuah tempat jual beli online tatkala hendak menjual sesuatu. Sehingga dari sini disimpulkan bahwa hukum perkataan sama dengan perbuatan.

Di zaman sekarang ini, betapa banyak hal-hal yang memancing diri kita untuk berkomentar. Dan memang sifat manusia adalah ingin selalu berkomentar. Sehingga sangat menyedihkan tatkala kita melihat terjadi pertikaian, saling merendahkan satu dengan yang lainnya, saling dusta, di media sosial karena disebabkan rasa ingin selalu berkomentar. Berhati-hatilah karena semua hal itu bisa mengantarkan kita ke dalam neraka jahannam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang yang di azab di alam barzakh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada orang yang sedang duduk, kemudian datang orang yang lain membawa benda tajam, kemudian merobek bibir orang tersebut sampai ke lehernya di sebelah kanan. Kemudian orang tersebut memindahkan pisaunya ke sebelah kiri dan merobek bibir sebelah kirinya hingga ke lehernya. Setelah dia selesai merobek bagian kiri, maka yang sebelah kanan telah sembuh dan dia merobeknya kembali hingga ke lehernya. Setelah selesai dirobek yang sebelah kanan, ternyata yang sebelah kiri telah sembuh. Maka dia berpindah dan merobek kembali bibir sebelah kiri hingga leher. Hal itu terus terjadi hingga datangnya hari kiamat. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tentang orang tersebut, maka dijelaskan kepada beliau,

أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

“Adapun orang yang kamu lihat mulutnya ditusuk dengan besi adalah pendusta. Dia berbicara dengan satu kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari 2/101 no. 1386)

Di zaman dahulu, seseorang sangat susah untuk menyebarkan sebuah kedustaan karena tidak ada sarana komunikasi. Dahulu seseorang harus menyewa seseorang pendusta yang harus berjalan dengan unta atau kudanya untuk menyebarkan kedustaan tersebut. Akan tetapi di zaman sekarang, menyebarkan kedustaan sangatlah mudah. Seseorang hanya berkata suatu hal yang dusta, kemudian menuliskannya di media sosial, maka kedustaan tersebut akan tersebar ke seluruh penjuru dunia, sehingga dia terjerumus ke dalam neraka jahannam.

Maka jangan sampai kebencian seseorang terhadap orang yang lain, atau suatu kaum, menjadikan dia berbuat zalim terhadap mereka dengan berdusta atas nama mereka dan menjelek-jelekkan mereka tidak sebagaimana mestinya. Hati-hatilah, karena meskipun masa (waktu) telah berlalu, segala ucapan kita tetap terjaga di sisi Allah Subhanahu wata’ala, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah pada hari kiamat kelak.

Semoga Allah Subhanahu wata’ala menjaga lisan kita dan mejauhkan kita dari hal-hal yang bisa menjerumuskan kita dalam neraka jahannam. Seseorang hendaknya berhati-hati dan mengingat sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ- سنن الترمذي

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi 4/558 no. 2317)

Jika Anda pakar dalam suatu bidang, maka silahkanAnda berbicara tentang hal tersebut. Akan tetapi jika Anda bukan pakarnya, maka jagalah lisan Anda. Ketahuilah bahwa jika ucapan telah keluar dari lisan, maka tidak bisa ditarik kembali, karena telah tercatat di sisi malaikat yang akan ditampakkan kepada kita pada hari kiamat kelak.

إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ