Khutbah Pertama
إن الحمد لله، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسنا، وسيئات أعمالنا، من يهدِه الله فلا مضلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهدُ أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهدُ أن محمداً عبده ورسوله. لا نبي معده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
فإن أصدق الحديث كتابُ الله، وخيرَ الهدي هديُ محمد صلى الله عليه وسلم، وشرَّ الأمورِ محدثاتُها، وكلَّ محدثة بدعةٌ، وكلَّ بدعة ضلالةٌ، وكلَّ ضلالة في النار.
معاشر المسلمين، أًوصيكم ونفسي بتقوى الله، فقد فاز المتقون
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa dijanjikan kemenangan dan surga oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (31)
“Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan.” (QS. An-Naba’ : 31)
Dan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ (185)
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan.” (QS. Ali-’Imaran : 185)
Allah menyebutkan banyak sifat orang-orang yang bertakwa. Di antaranya Allah sebutkan empat sifat orang yang bertakwa dalam firman-Nya,
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32) مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33) ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34)
“Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka).(Kepada mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang ikhlas, masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi.” (QS. Qaf : 31-34)
Ma’syiral Muslimin, di dalam firman Allah ini, Allah Subhanahu wa ta’ala membuka firmannya dengan mengatakan, “Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka)”. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang bertakwa akan dimuliakan pada hari kiamat karena surga didekatkan kepada mereka, sehingga mereka bisa melihat surga dari dekat. Berbeda dengan orang-orang kafir, mereka dilemparkan ke dalam neraka jahannam dengan cara diseret di atas wajah-wajah mereka sehingga mereka tersungkur di dalam neraka jahannam.
Kemudian firman Allah Subhanahu wa ta’ala, “(Kepada mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu”, sebagian para ulama mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata هذا (inilah) sebagai isyarat dekat. Sehingga disimpulkan bahwa orang-orang bertakwa itu melihat surga dari dekat, dan mereka melihat keindahan-keindahan di dalam surga. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa surga itu didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa di dunia yaitu dengan kerinduan mereka kepada surga, sehingga tatkala di akhirat kelak surga didekatkan kepada mereka.
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang ciri-ciri orang yang akan didekatkan kepada mereka surga. Allah mengatakan, “(yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang ikhlas”.
Sifat orang yang pertama adalah أَوَّابٍ (awwab) yaitu yang senantiasa bertaubat. Di dalam bahasa Arab, أَوَّابٍ bermakna rajaa yaitu senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah orang yang senantiasa kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam segala kondisi. Tatkala dia diberi kenikmatan, da tidak ujub karena dia sadar bahwa segala kenikmatan datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Tatkala dia melakukan dosa, dia juga senantiasa kembali kepada Allah tanpa menunda-nunda taubatnya. Seketika dia beristighfar tatkala terjatuh dalam perbuatan dosa, karena dia takut meninggal dalam kondisi belum bertaubat kepada Allah. Tatkala dia terkena musibah, dia juga selalu kembali kepada Allah. Dia sadar bahwa musibah yang menimpanya adalah di antara takdir Allah Subhanahu wa ta’ala, dan dia tahu bahwasanya yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi hambaNya, sehingga dia senantiasa berhusnudzan kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa. Inilah sifat orang bertakwa yang pertama.
Sifat yang kedua adalah حَفِيظٍ (hafidzh) yaitu yang senantiasa menjaga. Sebagian ahli tafisr mengatakan bahwa yang dimaksud menjaga adalah menjaga perintah-perintah Allah, dan juga menjaga larangan-larangan Allah Subhanahu wa ta’ala. Dia tidak melanggar karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagian ulama mengatakan bahwa yang termasuk dalam golongan ini adalah orang-orang yang menjaga dosa-dosa yang telah dia lakukan, yaitu dengan tidak melupakan dosa-dosa yang dia lakukan agar dia senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Sifat yang ketiga adalah مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ (orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya), yaitu orang yang takut kepada Allah tatkala bersendirian. Dia takut kepada Allah tatkala tirai-tirai telah tertutup, tatkala kamar-kamar telah terkunci. Dan sesungguhnya inilah ketakutan yang hakiki. Adapun rasa takut kepada Allah tatkala di hadapan orang lain, maka itu bukanlah hakikat takut yang sebenarnya. Rasa takut yang sesungguhnya dari seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala baru akan tampak tatkala dia sedang bersendirian, tatkala sebab-sebab maksiat mudah untuk dia lakukan, tatkala tidak ada orang yang dapat melihatnya, maka saat itulah dia diuji bahwa apakah rasa takutnya kepada Allah berasal dari hatinya atau hanya sekedar dari lisannya.
Sifat yang keempat adalah orang yang datang dengan hati yang semangat beribadah dan ikhlas kepada Alla Subhanahu wa ta’ala.
Itulah empat ciri-ciri orang yang bertakwa. Maka barangsiapa yang di dalam dirinya terdapat empat ciri-ciri ini, maka sungguh dia beruntung dan berbahagia, karena akan dikatakan kepada mereka,
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34)
“Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi.” (QS. Qaf : 34)
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)
“Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” (QS. Qaf : 35)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ.} صحيح مسلم (1/ 163{(
“Bila penduduk surga telah masuk ke surga, maka Allah berfirman: ‘Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah kami putih? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?’ Beliau bersabda: “Lalu Allah membukakan hijab pembatas (wajahNya), lalu tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada mereka yang lebih dicintai daripada anugerah (dapat) memandang Rabb mereka.” (HR. Muslim 1/163 no. 181)
Ma’asyiral Muslimin,
Di antara empat sifat tersebut, yang perlu kita renungkan pada kesempatan kali ini adalah takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala bersendirian. Sesungguhnya takut kepada Allah tatkala bersendirian adalah ibadah yang mulia dan akan diberikan ganjaran yang besar. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12)
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk : 12)
Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46)
“Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya (untuk dihisab) ada dua surga (baginya).” (QS. Ar-Rahman : 46)
Sebagian ulama menafsirkan, tatkala seseorang sedang bersendirian, dan dia hendak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, kemudian dia ingat bahwasanya dia akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat kelak, sehingga akhirnya dia meninggalkan maksiat tersebut. Gajaran bagi orang yang seperti ini adalah dua surga dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Oleh karenanya perlu untuk kita senantiasa ingat sifat ini terutama di zaman sekarang, dimana sangat mudah bagi seseorang untuk bermaksiat tatkala sedang bersendirian. Sebagian orang atau pemuda di waktu sahur mereka disibukkan berpindah dari satu perkara yang haram kepada perkara haram yang lainnya, sementara sebagian orang lain sedang shalat malam dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagian orang disibukkan dengan website demi website yang berisi sampah. Hendaknya kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan takut akan hari dimana kita akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ma’asyiral Muslimin,
Di antara hal yang dapat membantu kita untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tatkala kita sedang bersendirian adalah mengingat bahwasanya kita akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Para ulama telah sepakat bahwa jika seseorang berdosa kemudian bertaubat dan beristaghfar kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa, maka dosanya, hukumannya akan dihapus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi para ulama khilaf apakah catatan dosanya terhapus atau tidak.
Pendapat pertama, sebagian para ulama berpendapat bahwa jika seseorang telah bertaubat, maka catatan dosanya akan dihapus bersama dengan siksaannya. Mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114)
“Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud : 114)
Dan juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا} .سنن الترمذي
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmdzi 4/355 no. 1987)
Pendapat yang kedua yang juga pendapat yang dipilih oleh para muhaqqiqin sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wa Al-Hikam, bahwasanya yang dihapus hanyalah siksa dan hukuman, sedangkan catatan tidak akan terhapus. Mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah : 7-8)
Menurut ulama yang memilih pendapat kedua, yang dimaksud kebaikan akan menghilangkan keburukan adalah menghilangkan hukuman tanpa menghilangkan catatannya. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُدْنَى الْمُؤْمِنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، حَتَّى يَضَعَ عَلَيْهِ كَنَفَهُ، فَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، فَيَقُولُ: هَلْ تَعْرِفُ؟ فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ أَعْرِفُ، قَالَ: فَإِنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَإِنِّي أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ، فَيُعْطَى صَحِيفَةَ حَسَنَاتِهِ، وَأَمَّا الْكُفَّارُ وَالْمُنَافِقُونَ، فَيُنَادَى بِهِمْ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ
“Pada hari kiamat orang mukmin akan dihadapkan kepada Allah Azza Wa Jalla dengan sangat dekat sekali hingga tubuhnya menyentuh Allah. Setelah itu, Allah akan memberikan pengukuhan atas dosa-dosanya. Kemudian Allah akan bertanya: ‘Apakah kamu tahu dosamu?’ Orang mukmin itu menjawab; ‘Ya Tuhanku. Saya tahu dosa saya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku telah menyembunyikannya untukmu ketika di dunia dan pada hari ini Aku telah mengampunimu. Lalu orang mukmin itu diberi catatan amal baiknya. Sementara orang-orang kafir dan munafik akan di panggil dengan suara yang keras di hadapan semua makhluk: ‘Mereka inilah orang-orang yang telah mendustakan Allah Azza Wa Jalla’.” (HR. Muslim 4/2120 no. 2768)
Secara dzahir hadits ini menunjukkan bahwasanya orang-orang akan kembali diingatkan akan dosa-dosa yang telah dia lakukan meskipun dia telah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka sungguh memalukan tatkala kita melakukan maksiat, kemudian tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala, kemudian Allah ingatkan akan hal itu pada hari kiamat kelak tatkala kita sedang dihisab oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sungguh kondisi yang sangat memalukan. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahh berkata,
واسوأتاه منك وإن عفوت} مجموع رسائل ابن رجب (2/ 800}
“Sungguh aku malu dihadapanMu meskipun Engkau telah mengampuniku.” (Majmu’ Rasail Ibnu Rajab 2/800)
Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah ditanya tentang nasib seseorang di akhirat yang berbuat dosa kemudian bertaubat dan beristighfar. Beliau mengatakan,
يُغفر له، ولكن لا يُمحاه من كتابِهِ دونَ أن يقِفَه عليه، ثم يسأله عنه، ثم بكى الحسنُ بكاءً شديدًا، وقال: لو لم نبكِ إلا للحياءِ من ذلك المقامِ، لكان ينبغي لنا أن نبكي} تفسير ابن رجب الحنبلي (1/ 660{(
“Dia akan diampuni, akan tetapi dosanya tidak akan terhapus dari buku catatannya sampai Allah memperlihatkan kepadanya dosa tersebut. Kemudian Allah bertanya kepadanya tentang dosa yang dia lakukan.”
Kemudian Al-Hasan menangis dengan terisak-isak, lalu berkata, “Jika kita tidak menangis meskipun karena rasa malu tatkala diperlihatkan dosa-dosa kita pada saat itu, maka sudah sepantasnya kita menangisi diri kita.” (Tafsir Ibnu Rajab Al-Hanbali 1/660)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sumber: https://firanda.com/