Type Here to Get Search Results !

 


BALASAN SESUAI PERBUATAN


Telah menjadi sunnatullah dan ketentuan dalam hidup ini bahwa “al jaza’u min jinsil amal” yang artinya balasan itu tergantung amalan atau perbuatan yang dilakukan. Orang yang melakukan kebaikan akan mendapatkan kebaikan yang semisal dan orang yang melakukan kejelekan akan dibalas kejelekan semisal. Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana, setiap hamba akan dibalas sesuai dengan amal yang dia lakukan.

Orang yang suka menolong orang lain dia akan ditolong, orang yang suka membantu dia akan dibantu, orang yang memudahkan urusan orang lain maka akan dimudahkan urusannya dan seterusnya. Allah befirman,

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahmaan: 60)

Begitu pula sebaliknya, orang yang suka mengganggu dan menyusahkan orang lain maka dia akan dibalas dengan yang serupa. Allah berfirman,

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. An-Nisa’: 123)

Sekarang kita lihat diri kita masing masing, kalau kita ingin kebaikan dan dibalas kebaikan maka kita lakukan kebaikan dan perlakukan orang lain secara baik. Selain itu, kalau kita tidak ingin keburukan atau tidak ingin diperlakukan secara buruk maka jangan melakukan keburukan atau memperlakukan orang lain secara buruk.

(Faedah dari khutbah Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syitsry (Jum’at, 13/3/1439H). Abu Zakariya Sutrisno)

Allâh berfirman: 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/ 16: 97] Juga firman-Nya: 

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ 

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.[Thaha/ 20: 124] 

Allâh membalas amal shalih dengan kehidupan yang baik. Sedangkan orang yang berpaling dari mengingat-Nya, maka iapun mendapatkan kehidupan yang sempit. Ia akan merasa terhimpit sebesar ia berpaling dari-Nya. Meski ia bergelimang nikmat di dunia, namun hatinya terasa gersang, penuh siksa mendera. Karena itulah ia mencari jalan untuk meringankan derita batinnya. Maka khamr pun menjadi pelariannya; narkoba menjadi pelampiasannya, atau nyanyian, dan sejenisnya. Ia tidak merasa nyaman dan tenang; tidak dengan hartanya, anak, atau keluarganya. Ini semua adalah siksa yang disegerakan di dunia. Bila ia tidak bertaubat, siksa akhirat yang lebih dahsyat pun menunggunya. 

لَهُمْ عَذَابٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَقُّ ۖ وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ 

Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia, dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras, dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allâh. [Ar-Rad/13: 34] Allâh berfirman: 

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ ﴿١٣﴾ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ 

Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. [Al-Infithâr/82: 13-14] 

Mengenai firman di atas, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata: Janganlah engkau sangka, bahwa firman tersebut khusus untuk hari akhirat saja. Bahkan kaum Muttaqin berada dalam kenikmatan di tiga fase negeri kehidupan; yakni negeri dunia, di alam kubur, dan hari akhirat; sedangkan para pendosa berada dalam siksa di tiga negeri tersebut. Baca Juga  Mari Memakmurkan Masjid Bukan Hanya Sekedar Membangun Maksiat memang menorehkan dampak dan pengaruh buruk. Di antara efek maksiat adalah bahwa itu menyebabkan berbagai kerusakan dalam banyak hal; termasuk merusak air, udara, tanaman, pemukiman dan lain sebagainya. Setiap kali manusia melakukan dosa, Allâh pun memberikan balasan kepada mereka. 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allâh menimpakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [Ar-Rum/ 30: 41] 

Sekiranya Allâh menimpakan kepada mereka akibat dari semua dosa mereka, pastilah Allâh tidak akan menyisakan apapun di muka bumi ini. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Di antara efek dari maksiat adalah bahwa maksiat memperpendek umur dan menghilangkan keberakahan umur. Sebagaimana umur bisa bertambah dengan perbuatan kebaikan, iapun berkurang karena dosa. Beliau menyebutkan bahwa ulama berselisih tentang penafsirannya dalam dua pendapat: 

1.Bahwa maksiat mengurangi umur dalam artian menghilangkan keberkahannya. 2.Artinya bahwa maksiat mengurangi jatah waktu umurnya. Sebagaimana usia bisa bertambah karena sebab tertentu, demikian pula ia berkurang karena sebab tertentu. Efek dan pengaruh dari maksiat banyaklah ragamnya. Bisa menimpa alam sekitar, atau melayangnya banyak nyawa, atau terusirnya mereka dari negeri, juga munculnya penyakit yang membuat para ahli medis tak berdaya. Padahal tidaklah Allâh menurunkan penyakit, melainkan Dia pun menurunkan penawarnya. Akan tetapi ketika manusia membangkang terhadap Allâh, mereka pun tidak bisa mengetahui obatnya; sebagai siksaan terhadap mereka. Dan di antara hukuman atas maksiat adalah bahwa mereka ditindas dan dihinakan oleh kaum lalim lagi sewenang-wenang. Berbagai tekanan melanda mereka; dan hidup mereka pun menjadi sengsara penuh hina; atau dengan terjadinya berbagai gejolak dan kekacauan, sehingga stabilitas dan keamanan pun hilang. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ 

Dan Allâh telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allâh; karena itu Allâh merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [An-Nahl/ 16: 112] 

Sungguh, betapa merebak dan menyeruak maksiat dan dosa dewasa ini. Di pasar-pasar, di perkantoran, bahkan di rumah. Berbagai hal yang wajib, ditinggalkan; yang haram, diterjang, kemungkaran pun merajalela. Banyak rumah yang lengang dari shalat. Padahal shalat adalah tiang penyangga Islam; yang membedakan antara kekufuran dan keimanan. Atau sebagian penghuni rumah melakukan shalat, namun yang lain tidak. Yang shalat pun tidak mengingkari yang tidak shalat. Para kaum wanita bertabarruj; mengumbar perhiasan dan auratnya di luar rumah. Mereka berikhtilath bercampur baur dengan kaum lelaki; tanpa ada rasa malu. Ada pula yang bermudah-mudah, sehingga membiarkan lelaki asing bersama istrinya. Atau membiarkan keluarganya mengkonsumsi tontonan cabul, yang merusak akhlak dan mengundang perbuaan keji. Atau membiarkan keluarganya menikmati kaset-kaset nyanyian cabul, atau percintaan, dan yang semacamnya. Ini semua adalah hal yang memporak-porandakan akhlak, sekaligus mengundang kehinaan. 

Bila kita layangkan pandang pada hal lain, kita dapati hal-hal yang memiriskan hati. Berbagai tindakan penipuan, makar, khianat, memakan riba, suap, perjudian, mengkhianati amanat; ini semua dan hal lain yang tidak bisa disebut satu-satu, semuanya begitu menjamur di tengah kita. Ini semua adalah peringatan akan datangnya bahaya, bila kaum Muslimin tidak tanggap dalam mengupayakan perbaikan-perbaikan. Masing-masing melakukan perbaikan sesuai kapasitasnya dan kemampuannya. Bila tidak begitu, maka sekedar mendeteksi tindakan maksiat dan saling melempar cela atas hal tersebut, itu tidaklah bermanfaat apapun. Dan ketahuilah, bila siksa telah menimpa, maka itu akan menimpa semuanya; termasuk mereka yang tidak mencegah kemungkaran, meski mereka tidak melanggarnya. 

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ 

Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. [Al-A’raf/ 7: 165] 

Nabi ﷺ, bersabda: 

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

“Jagalah batas-batas Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah batas-batas Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.” (HR. at-Tirimidzi).

_______ 

Footnote [1] Disarikan dari Al-Khuthab al-Minbariyyah fi al-Munasabat al-Ashriyyah Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah hlm. 131

Sumber: https://almanhaj.or.id/

Rerensi tambahan: https://khotbahjumat.com/

Tags