Type Here to Get Search Results !

 


EMPAT FAIDAH DAKWAH NABI KEPADA KELUARGANYA

📚 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah ﷺ berdiri ketika diturunkan kepadanya ayat:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

_"Dan peringatkanlah keluargamu yang terdekat."_ (QS. Asy-Syu’araa’: 214).

Lalu beliau ﷺ bersabda:

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا

_‘Wahai sekalian kaum Quraisy (atau ucapan semacamnya), peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membelamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah."_ (HR. Bukhari: 2753, Muslim: 206)

📝 Hadits Abu Hurairah tentang dakwah nabi kepada keluarganya ini, memberikan beberapa faidah: 

1. Dakwah yang paling utama adalah mendakwahi keluarga.

2. Nabi tidak bisa memberi manfaat atau menolak mudharat dari keluarganya sendiri. Sehingga tidak berhak untuk sembah.

3. Keselamatan adalah dengan amal masing-masing bukan dengan nasab.

4. Ahlul bait Nabi tidak mesti semuanya benar, yang menjadi tolak ukur adalah kesesuaian amal mereka dengan ajaran Rasulullah ﷺ.

☑️ Kita tidak memungkiri untuk memuliakan serta mengikuti para keturunan Rasulullah ﷺ , selama amal perbuatan mereka sesuai timbangan yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi dengan pemahaman yang benar.

Dari hadits ini jelaslah bahwa memiliki hubungan nasab dengan Rasulullah ﷺ namun menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya, bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah maka tidak memberi manfaat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:

فَهَذَا كَلَامُ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَقَارِبِهِ الأَقْرَبِيْنَ: عَمِّهِ، وَعَمَّتِهِ، وَابْنَتِهِ؛ فَمَا بَالُكَ بِمَنْ هُمْ أَبْعَدُ؟!…. إِذْ الَّذِي يَنْفَعُ بِالنِّسْبَةِ لِلرَّسُولِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الإِيْمَانُ بِهِ وَاتِّبَاعُهُ

“Inilah ucapan Nabi ﷺ kepada karib kerabat terdekatnya; paman, bibi, dan putrinya, lantas bagaimana lagi dengan mereka yang lebih jauh hubungan nasabnya?! Jadi, hubungan nasab ke Rasulullah ﷺ yang dapat memberi manfaat adalah apabila dibangun di atas keimanan dan ittiba’ (mengikuti ajaran beliau).” (Al-Qaulul Mufid: 1/296)

✍️ Oleh sebab itu, anggaplah jika seorang itu benar keturunan Rasulullah ﷺ maka tetap yang menjadi pedoman adalah kesesuaian amalannya dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Jika malah menyelisihi maka harus ditinggalkan, karena nasabnya tersebut saja tidak bisa menolong dirinya sendiri, apalagi diri kita.

*🔰Semoga bermanfaat.*

Ditulis oleh: _Zahir al-Minangkabawi_

Sumber: Maribaraja.com