Sedangkan sebelah selatan dibatasi oleh Kelurahan Kauman. Seperti Sugihwaras wilayah ini merupakan pusat bisnis atau perniagaan di Pekalongan. Di wilayah ini terdapat pasar Banjarsari yang merupakan pasar induk Pekalongan.
Mata pencaharian penduduk Sampangan sebagian besar adalah pedagang, pegawai dan buruh dari perniagaan. Wilayah ini merupakan kawasan multi etnis yang kompleks. Ada etnis pribumi Jawa, Cina dan Arab yang mendiaminya.
Tidak diketahui persis mengapa disebut dengan Sampangan. Merujuk dari kata sampangan, dapat diuraikan menjadi kata sampang dan akhiran an. Beberapa narasumber mengungkapkan bahwa Sampangan berasal dari kata Sampang yang merupakan suatu daerah di Madura.
Di masa lalu masyarakat asal Sampang banyak bermukim di sekitar tempat ini sehingga masyarakat pribumi menyebutnya dengan “nggon wong sampang (tempat orang Sampang)” yang dipersingkat dengan kata Sampangan.
(Matikan illustrasi musiknya!, ketika anda menonton video dibawah ini, itu jauh lebih baik)
Lalu bagaimana masyarakat Sampang bisa berada di Pekalongan? Hampir semua orang mengerti bahwa orang Madura adalah pelaut ulung dan pedagang yang ulet. Ketekunan dan kerja kerasnya dibuktikan dengan keberadaannya hampir di semua tempat di Nusantara.
Mereka berniaga hingga tempat-tempat yang jauh dari kampung halamannya walaupun harus menyeberang lautan. Sebagian dari mereka bermukim di Pekalongan mengingat daerah ini dianggap memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.
Selain dari perdagangan, di masa lalu Madura juga memiliki ulama-ulama dengan tingkat keilmuan maupun kesalihan yang tinggi. Banyak ulama-ulama besar dari daerah Arab yang menjadi penyebar agama Islam berdatangan bahkan berdiam di sana. Salah satu ulama besar tersebut ada yang berpindah dari Madura ke Pekalongan dan berdiam di Sampangan.
Berdasarkan cerita dari orang tua, di masa lalu ada seorang tokoh penyebar agama Islam yang disebut dengan Wali atau Waliyullah dengan sebutan Syeh Wali Sampang. Seperti nama Sunan Kudus yang berasal dari Kudus atau Sunan Gunung jati dari Gunung jati Cirebon, sebelum bermukim di Pekalongan beliau lebih dulu lama bermukim di Sampang Madura.
Nama beliau adalah Habib Abdullah Syamsuddin keturunan dari Hadramaut Yaman. Tidak diketahui dengan jelas tahun berapa beliau bermukim dan berdakwah di Pekalongan namun namun nama Sampang itu sangat terkenal hingga diabadikan menjadi nama tempat dimana beliau bermukim. Makamnya diperkirakan berada di halaman rumah seorang keturunan Cina di Sampangan gang V. Namun ada pula yang berpendapat bahwa makam wali tersebut berada di daerah Jaratan.
Kondisi Makam Wali Sampang
Mereka berniaga hingga tempat-tempat yang jauh dari kampung halamannya walaupun harus menyeberang lautan. Sebagian dari mereka bermukim di Pekalongan mengingat daerah ini dianggap memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.
Selain dari perdagangan, di masa lalu Madura juga memiliki ulama-ulama dengan tingkat keilmuan maupun kesalihan yang tinggi. Banyak ulama-ulama besar dari daerah Arab yang menjadi penyebar agama Islam berdatangan bahkan berdiam di sana. Salah satu ulama besar tersebut ada yang berpindah dari Madura ke Pekalongan dan berdiam di Sampangan.
Berdasarkan cerita dari orang tua, di masa lalu ada seorang tokoh penyebar agama Islam yang disebut dengan Wali atau Waliyullah dengan sebutan Syeh Wali Sampang. Seperti nama Sunan Kudus yang berasal dari Kudus atau Sunan Gunung jati dari Gunung jati Cirebon, sebelum bermukim di Pekalongan beliau lebih dulu lama bermukim di Sampang Madura.
Nama beliau adalah Habib Abdullah Syamsuddin keturunan dari Hadramaut Yaman. Tidak diketahui dengan jelas tahun berapa beliau bermukim dan berdakwah di Pekalongan namun namun nama Sampang itu sangat terkenal hingga diabadikan menjadi nama tempat dimana beliau bermukim. Makamnya diperkirakan berada di halaman rumah seorang keturunan Cina di Sampangan gang V. Namun ada pula yang berpendapat bahwa makam wali tersebut berada di daerah Jaratan.
Kondisi Makam Wali Sampang
Selain kedua cerita tersebut, keberadaan orang Sampang di Pekalongan juga dikaitkan dengan legenda utama Pekalongan yaitu Tumenggung Baurekso yang dikenal sebagai panglima perang Mataram yang mampu memimpin tentara dengan pasukan dari berbagai daerah di nusantara.
Salah satu brigade yang dimiliki oleh Bahurekso adalah pasukan dari Sampang Madura yang dikenal sangat gagah berani dan tidak takut mati. Sebelum berangkat ke Batavia seluruh pasukan berkumpul di Pekalongan untuk menyusun strategi dalam penyerangan. Pasukan dibagi menjadi dua pasukan darat dan pasukan laut. Ketika berkumpul di Pekalongan di daerah Sampangan itulah pasukan dari Sampang makuwon atau bermarkas sebelum bersama-sama berangkat ke Batavia.
Selain menjadi nama kelurahan, Sampangan juga menjadi nama kampung yang pada masa lalu paling banyak dihuni oleh penduduk di wilayah tersebut. Kampung Sampangan terletak disebelah selatan Jalan Krimunan (Jl Salak) sampai dengan kampung Medelan, tepatnya pada Sampangan Gang 7, 6, & 5.
Untuk selanjutnya, ada beberapa nama tempat yang syarat akan sejarah yang menarik. Untuk itu akan dibahas pada postingan selanjutnya.
Sumber: www.cintapekalongan.com/